99
BAB IV TANGGUNG JAWAB SERTA KETENTUAN PENYELESAIAN
KEWAJIBAN BANK PENERBIT LC TERHADAP EKSPORTIR DAN IMPORTIR APABILA BANK PENERBIT LC DINYATAKAN PAILIT
ATAU LIKUIDASI
A. Tanggung jawab bank penerbit LC yang sudah dinyatakan pailit terhadap
eksportir dan importir Akibat hukum dari kepailitan adalah:
1. Boleh dilakukan kompensasi
Kompensasi piutang dapat dilakukan oleh kreditur dengan debitur asalkan:
a. Dilakukan dengan itikad baik
b. Dilakukan terhadap tranksaksi yang sudah ada sebelum debitur
dinyatakan pailit Rasio dibenarkannya kompensasi bagi kreditur jika debitur dinyatakan pailit
adalah bahwa dirasakan tidak adil jika kreditur harus berusaha sekuat tenaga untuk membayar semua utangnya sementara piutang dari debitur pailit hanya menunggu
pembagian yang kemungkinan besar tidak terbayarkan seluruhnya 2.
Kontrak timbal balik boleh dilanjutkan Terhadap perjanjian timbal balik antara debitur dengan kreditur
yang dibuat sebelum debitur dipailitkan, maka kreditur dapat meminta kepastian dari kurator mengenai kelanjutan pelaksanaan kontrak tersebut dan waktu
pelaksanaannya. Jika kontrak tersebut dilanjutkan, maka kreditur dapat meminta kepada kurator untuk memberikan jaminan atas pelaksanaan kontrak tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3. Berlaku penangguhan eksekusi jaminan utang
Sejak putusan pailit dijatuhkan, kreditur separatis memasuki masa menunggu dimana pada masa ini mereka tidak boleh mengeksekusi jaminan utang
mereka. Masa tunggu ini maksimum 90 hari dan berlaku karena hukum tanpa harus dimintakan oleh kedua belah pihak
4. Berlaku actio pauliana
5. Berlaku sitaan umum terhadap seluruh harta debitur
6. Termasuk terhadap suamiistri
7. Debitur kehilangan hak mengurus
8. Perikatan setelah debitur pailit tidak dapat dibayarkan kecuali
perikatan tersebut menghasilkan keuntungan bagi harta pailit 9.
Gugatan hukum harus dilakukan olehterhadap kurator 10.
Perkara pengadilan ditangguhkan atau diambil alih oleh kurator 11.
Jika kurator dan kreditur berpekara, maka kurator dan kreditur dapat meminta perbuatan hukum debitur dibatalkan
12. Pelaksaan putusan hakim dihentikan
13. Semua penyitaan dibatalkan
14. Debitur dikeluarkan dari penjara
15. Uang paksa tidak diperlukan
16. Pelelangan yang sedang berjalan dilanjutkan
17. Tranksaksi forward dibatalkan, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
1. Tanggung jawab bank terhadap perikatan antara importir dan eksportir
Semua perikatan debitur yang terbit sesudah putusan pernyataan pailit, tidak lagi dapat membayar dari harta pailit
111
111
Sunarmi, Op.cit, hlm. 108
, kecuali perikatan tersebut menguntungkan harta pailit Pasal 26 UUK. Tuntutan mengenai hak dan
kewajiban yang menyangkut harta pailit harus diajukan oleh atau Kurator. Dalam hlm tuntutan tersebut diajukan atau diteruskan oleh atau terhadap debitur pailit
maka apabila tuntutan tersebut mengakibatkan suatu penghukuman terhadap debitur pailit, penghukuman tersebut tidak mempunyai akibat hukum terhadap
harta pailit Pasal 26 UUK. Dengan demikian, putusan pernyataan pailit berakibat bahwa segala penetapan pelaksanaan pengadilan terhadap setiap bagian dari
kekayaan debitor yang telah dimulai sebelum kepailitan harus dihentikan seketika dan sejak itu tidak ada putusan yang dapat dilaksanakan termasuk atau juga
dengan menyandera debitor. Pihak-pihak yang terkait dalam pengurusan harta pailit dalam penguasaan dan pengurusan harta pailit yang terlibat tidak hanya
Kurator, tetapi masih terdapat pihak-pihak lain yang terlibat adalah Hakim Pengawas, kurator dan panitia kreditor.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa, kontrak yang mendasari penerbitan LC adalah kontrak antara importir dan eksportir. Bank
penerbit bukanlah para pihak dalam kontrak walaupun nama bank tersebut tertulis dalam kontrak. LC yang diterbitkan atas dasar konrak penjualan, menurut hukum
LC merupakan suatu kontrak yang terpisah dari penjualan.
Universitas Sumatera Utara
Jadi pada hakikatnya, pernyataan pailit terhadap bank penerbit ataupun issuing bank tidak berpengaruh terhadap perikatan ataupun hubungan
antara importir dan eksportir. Perjanjian antara importir dan importir berada di luar keadaan pailit dari bank penerbit.
2. Tanggung jawab bank terhadap perikatan antara bank penerbit dengan
dengan penerus Hubungan hukum antara Issuing Bank dan Advising Bank didasarkan
pada instruksi Issuing Bank kepada Advising Bank yang disetujui Advising Bank. Hubungan hukum ini pada intinya merupakan hubungan keagenan dimana
Advising Bank bertindak sebagai agen dari Issuing Bank untuk meneruskan LC yang diterbitkan oleh Issuing Bank kepada Beneficiary.
Mengingat Advising Bank tidak memiliki kewajiban untuk selalu meneruskan LC yang diterimanya, maka Advising Bank wajib segera
memberitahukan Issuing Bank apabila ia tidak berkenan atau tidak setuju untuk meneruskan LC kepada Beneficiary. Hlm demikian sebagaimana dinyatakan
dalam pasal 7 a UCP yang berbunyi: “A Credit may be advised to a Beneficiary through another bank the
“Advising Bank” without engagement on the part of the Advising Bank, but that bank, if it elects to advise the Credit, shlml take reasonable care to check the
apparent authenticity of the Credit which it advises. If the bank elects not to advises, it must so inform the Issuing Bank without delay.”
112
112
UCPdc 600 Tahun 200
Universitas Sumatera Utara
Apabila akibat satu dan lain hlm Issuing Bank tersebut dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga, pada saat kontrak perjanjian LC dijalankan, maka
ada beberapa hlm yang dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan Pasal 42 UU Kepailitan:
a. Bahwa perbuatan hukum tersebut dilakukan dalam jangka waktu 1
Tahun sebelum putusan pernyataan pailit. b.
Bahwa perbuatan hukum tersebut tidak wajib dilakukan debitur, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.
c. Bahwa debitur dan pihak dengan siapa perbuatan tersebut
dilakukan dianggap mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditor.
d. Bahwa perbuatan hukum itu dapat berupa :
1. Merupakan perjanjian dimana kewajiban debitur jauh melebihi
kewajiban pihak dengan siapa perjanjian itu dibuat. 2.
Merupakan pembayaran atas atau pemberian jaminan untuk utang yang belum jatuh tempo dan atau belum atau tidak dapat
ditagih Dalam hlm kesepakatan mengenai jangka waktu tersebut tidak
tercapai, Hakim Pengawas menetapkan jangka waktu tersebut Pasal 36 ayat 3 UU Kepailitan. Apabila dalam jangka waktu tersebut, Kurator tidak memberikan
jawaban atau tidak bersedia melanjutkan pelaksanaan perjanjian tersebut maka perjanjian berakhir dan pihak dalam perjanjian tersebut dapat menuntut ganti rugi
dan akan diperlakukan sebagai kreditor konkuren. Apabila Kurator menyatakan
Universitas Sumatera Utara
kesanggupannya atas pelaksanaan perjanjian tersebut, Kurator wajib memberi jaminan atas kesanggupan untuk melaksanakan perjanjian tersebut. Pelaksanaan
perjanjian tersebut tidak meliputi perjanjian yang prestasinya harus dilaksanakan sendiri oleh debitur misalnya debitur adalah seorang penyanyi atau seorang
pelukis, dimana debitur diwajibkan untuk melukis wajah pihak tersebut, dalam hlm tersebut tidak mungkin bagi Kurator untuk melaksanakan perjanjian.
Kemudian Pasal 24 ayat 3 UU Kepailitan mengatakan: “Dalam hlm sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan transfer dana melalui bank
atau lembaga selain bank pada tanggal putusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, transfer tersebut wajib diteruskan.”
Sedangkan menurut UU No. 10 Tahun 1998 beberapa cara untuk menyelesaikan permasalahan bank yang telah dinyatakan pailit dengan pihak
ketiga, adalah: a.
meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, dan atau mengubah kontrak yang mengikat bank dengan pihak ketiga, yang menurut pertimbangan
badan khusus merugikan bank ; b.
menjual atau mengalihkan kekayaan bank, Direksi, Komisaris, dan pemegang saham tertentu di dalam negeri ataupun di luar negeri, baik
secara langsung maupun melalui penawaran umum; menjual atau mengalihkan tagihan bank dan atau menyerahkan pengelolaannya kepada
pihak lain, tanpa memerlukan persetujuan Nasabah Debitur. Jadi selama perjanjian LC yang mengikat antara Issuing Bank dengan
Advising Bank dapat dibuktikan dan selama perjanjian itu dianggap tidak
Universitas Sumatera Utara
merugikan bagi bank, maka bank akan menyelesaikan isi kontrak tersebut sesuai dengan batas waktu yang telah diperjanjikan sebelumnya antara
pihak-pihak terkait dalam LC.
B. Ketentuan penyelesaian kewajiban oleh bank penerbit LC yang sudah
diputus pailit terhadap eksportir dan importir 1.
Ketentuan eksekusi harta bank penerbit LC yang dinyatakan pailit Kepailitan dalam bank sebenarnya tidak dikenal. Karena apabila
dillihat dari penjelaan-penjelasan sebelumnya, banyak pertimbangan yang harus dipikirkan terlebih dahulu. Peranan bank sebagai penghimpun dana masyarakat
dapat menjadi rancu dalam masyarakat apabila suatu bank dipailitkan. Maka dalam rangka restrukturisasi bank bermasalah yang tidak mampu lagi
menyelesaikan segala utangnya, Bank Indonesia mengambil tndakan likuidasi. Likuidasi dipilih oleh pembentuk Undang-Undang Perbankan
sebagai proses keperdataan untuk mengakhiri badan hukum bank dan menyelesaikan hak dan kewajiban bank dengan tujuan agar nasabah penyimpan
dana terlindung haknya.
113
1. Setelah tim likuidasi terbentuk, tanggunh jawab dan kepengurusan bank
dalam likuidasi dilakukan oleh tim likuidasi; Akibat dari likuidasi adalah :
2. Tim likuidasi berwenang mewakili bank dalam segala hlm yang berkaitan
dengan penyelesaian hak dan kewajiban barang tersebut;
113
Adrian Sutedi, Op.cit, hlm. 139
Universitas Sumatera Utara
3. Setelah tim likuidasi terbentuk, direksi dan komisaris bank menjadi non
aktif dan berkewajiban setiap saat untuk setiap saat membantu memberi informasi dan data yang diperlukan oleh tim likuidasi;
4. Jika anggota direksi, anggota dewan komisaris, dan pemegang saham turut
serta menyebabkan kesulitan keuangan yang dihadapi bank atau menyebabkan kegagalan bank, maka bertanggung jawablah sampai dengan
harta pribadi ; 5.
Berlaku Actio Pauliana yang dapat membatalkan seluruh perbuatan hukum yang mengakibatkan kerugian terhadap harta bank yang dilakukan
dalam 1 satu tahun sebelum pencabutan izin usaha. Maksud dari penuntutan pembatalan adaalh supaya harta bank yang dialihkan kepada
pihak lain dapat kembali menjadi harta kekayaan bank.
114
1. Yang meminta pembatalan adalah kreditor dalam likuidasi yang
meminta pembatalan adalah tim likuidasi, sedangkan dalam kepailitan yang meminta pembatalan adalah kurator
Syarat untuk mengajukan pembatalan adalah:
2. Perbuatan perjanjian yang merugikan kreditor
3. Perbuatan perjanjian tersebut tidak diwajibkan
4. Debitur dan pihak yang mengadakan perjanjian dengannya sama-
sama mengetahui bahwa perbuatan tersebut merugikan kreditur
114
J.Satrio, Hukum Perjanjian Perjanjian Pada Umumnya, Bandung, PT Citra Adithya Bakti, 1992, hlm. 400
Universitas Sumatera Utara
Menurut Pasal 16 Peraturan Pemerintah Likuidasi, likuidasi bank dilakukan dengan cara
115
o Pencairan harta dan atau penagihan piutang kepada para debitur,
kemudian dari hasil pencairan harta dan atau penagihan tersebut melakukan pembayaran kewajiban bank kepada krediturnya, atau
:
o Pengalihan seluruh harta dan kewajiban bank kepada pihak lain yang
disetujui Bank Indonesia Menurut ketentuan Pasal 12 ayat 1 Peraturan Pemerintah Likuidasi,
tim likuidais hanya memiliki waktu 5 tahun untuk melaksanakan likuidasi bank. Jangka waktu tersebut diubah dengan Pasal 48 Undang-Undang Penjamin
Lembaga Simpanan, yaitu dua tahun dan dapat diperpanjang maksimal dua kali dengan lama perpanjangan masing-masing satu tahun. Jika dalam jangka waktu
yang telah ditentukan proses likuidasi belum selesai, maka menurut Pasal 12 ayat 2 Peraturan Pemerintah Likuidasi, penjualan harta bank dilakukan secara lelang
2. Pihak-pihak yang terlibat dalam melakukan eksekusi terhadap harta
pailit atau likuidasi bank Dalam mengurus harta benda bank yang sudah dilikuidai, dibentuklah
tim likuidasi. Pelaksana dari likuidasi yaitu Tim Likuidasi, yang bekerja dalam jangka waktu 5 lima tahun terhitung sejak tanggal dibentuknya Tim Likuidasi
tsb utk menyelesaikan semua hak dan kewajiban dari bank yg dilikuidasi. Apabila dalam jangka waktu yg ditetapkan penyelesaian tidak tercapai maka ditetapkan
115
Jono, Hukum Kepailitan, Jakarta, Sinar Grafika, 2008, hlm.15
Universitas Sumatera Utara
penjualan harta bank dilakukan secara lelang. Semua beban tanggungjawab dan kepengurusan bank dalam likuidasi berada pada pada Tim Likuidasi.
Kewenangan yg dimiliki Tim tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 adalah:
1. Mewakili bank dalam likuidasi dalam segala hlm yang berkaitan dengan
penyelesaian hak dan kewajiban bank tersebut Psl 10 ayat 3 2.
Dapat meminta pembatalan kepada pengadilan mengenai segala perbuatan hukum yg merugikan harta bankapabila perbuatan hukum tersebut
dilakukan dalam kurun waktu 1 tahun sebelum pencabutan ijin usaha Pasal 14 ayat 1
Kewajiban Tim Likuidasi
1. Melakukan pencairan harta dan atau penagihan piutang kepada para
debitur; 2.
Melakukan pembayaran kewajiban bank kepada para kreditur dari hasil pencairan dan atau penagihan piutang bank tersebut;
3. Melakukan pengalihan seluruh harta dan kewajiban bank kepada pihak lain
apabila disetujui oleh BI; 4.
Menyusun Neraca Akhir Likuidasi. 5.
Melaporkan Neraca Akhir Likuidasi kepada BI serta mempertanggungjawabkannya kepada RUPS;
6. Mengumumkan berakhirnya likuidasi dan menempatkannya pada Berita
Negara Republik Indonesia, memberitahukan kepada instansi yg
Universitas Sumatera Utara
berwenang, Deperindag agar badan hukum bank tsb dicoret dari Daftar Perusahaan.
7. Membubarkan Tim Likuidasi apabila telah selesai menjalankan tugasnya.
Larangan bagi Tim Likuidasi
a.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dilarang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri. Apabila melanggar larangan tsb mereka
secara pribadi bertanggungjawab atas perbuatannya tersebut.
b.
Direksi dan Dewan Komisaris bank dalam likuidasi sejak terbentuknya tim, menjadi tdk aktif, tetapi tetap mempunyai kewajiban utk setiap
saat membantu memberikan segala data dan informasi yg diperlukan oleh Tim.
c.
Tim Likuidasi dalam menjalankan tugas dan wewenangnya diawasi oleh BI.
d.
BI mempunyai kewenangan utk: menilai pelaksanaan tugas dan wewenang dari Tim Likuidasi, memberhentikan dan mengganti
anggota Tim Likuidasi.
3. Penggolongan kedudukan eksportir dan importir sebagai kreditur dalam
rangka kepentingan penyelesaian utang menurut UU No. 37 Tahun 2004
Pasal 1131 KUH Perdata:
Universitas Sumatera Utara
“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada, maupun yang baru akan ada di kemudian
hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”
Pasal 1132 KUH Perdata: “Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang
yang mengutangkan padanya, pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbanganya itu menurut besar kecilnya piutang
masing-masing, kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan- alasan yang sah untuk didahulukan”.
Pasal 1134 KUH Perdata: “Hak istimewa ialah suatu hak yang oleh undang-undang diberikan
kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang yang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat
piutangnya. Gadai dan hipotik adalah lebih tinggi daripada hak istimewa, kecuali dalam hlm-hlm di mana olehUndang-Undang ditentukan
sebaliknya”.
Pasal 1135 KUH Perdata: “Di antara orang-orang berpiutang yang diistimewakan, tingkatannnya
diatur menurut berbagai-bagai sifat hak-hak istimewanya”
Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, Kreditor dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:
Universitas Sumatera Utara
Pertama adalah Kreditor Separatis yaitu kreditor pemegang jaminan kebendaan berdasarkan Pasal 1134 ayat 2 KUH Perdata yaitu Gadai dan Hipotik. Saat ini
jaminan-jaminan kebendaan yang diatur di Indonesia adalah: a.
Gadai Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 KUH Perdata; b.
Fidusia UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia; c.
Hak Tanggungan UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan Dengan Tanah d.
Hipotik Kapal Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232 KUH Perdata e.
Resi Gudang UU No. 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 Tahun 2011
Kedua adalah Kreditor Preferen yaitu kreditor yang mempunyai hak mendahului karena sifat piutangnya oleh undang-undang diberi kedudukan
istimewa. Kreditor Preferen terdiri dari Kreditor preferen khusus, sebagaimana diatur dalam Pasal 1139 KUH Perdata, dan Kreditor Preferen Umum,
sebagaimana diatur dalam Pasal 1149 KUH Perdata. Ketiga adalah Kreditor Konkuren yaitu kreditor yang tidak termasuk dalam
Kreditor Separatis dan Kreditor Preferen Pasal 1131 jo. Pasal 1132 KUH Perdata.
Perbedaan kreditor separatis dengan kreditor konkuren adalah kreditor separatis memiliki hak untuk melakukan eksekusi objek jaminannya seolah-olah
tanpa terjadinya kepailitan Pasal 55 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
Universitas Sumatera Utara
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dan mendapatkan pembayaran piutang terlebih dahulu daripada kreditor konkuren. Pembagian hasil penjualan
harta pailit, dilakukan berdasarkan urutan prioritas di mana kreditor yang kedudukannnya lebih tinggi mendapatkan pembagian lebih dahulu dari kreditor
lain yang kedudukannya lebih rendah, dan antara kreditur yang memiliki tingkatan yang sama memperoleh pembayaran dengan asas prorata pari passu prorata
parte Maka dari penjelasan tersebut kedudukan eskportir dan importir adalah
sebagai kreditor separatis. Karena sebelum putusan pailit dikeluarkan, bank memiliki perikatan hukum terhadap eksportir dan importir dalam rangka
penyelesaian tranksaksi LC. Maka bank haruslah menyelesaikan perjanjian LC terlebih dahulu apabila terbukti perjanjian itu tidak menimbulkan kerugian bagi
harta benda bank.
Universitas Sumatera Utara
113
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN