Hubungan hukum antara pemohon dengan bank penerbit

dengan melihat pada akibat selanjutnya, bahwa penjual barulah akan menyerahkan setelah pembeli menyuruh bank membuka kredit untuk kepentingan penjual. d Hak penjual kepada pembeli setelah perintah untuk membuka kredit Mengenai hak penjual atas harga pembelian terhadap pembeli tidaklah berarti akan hapus karena pembeli telah melakukan pembukaan kredit pada bank untuk kepentingan penjual. Hapusnya wajib membayar dari pembeli barulah ada apabila bank sungguh-sungguh melakukan pembayaran sesuai dengan perjanjian kepada penjual. Dengan demikian , adanya perbuatan menyuruh membuka kredit harus juga mengandung suatu pengertian bahwa resiko tentang insovabilitas dari bank tempat memohon membuka kredit itu tetaplah menjadi resiko ataupun beban dari si pembeli.

2. Hubungan hukum antara pemohon dengan bank penerbit

Hubungan hukum antara pemohon dengan bank penerbit didasarkan pada kontrak yang dinamakan permintaan penerbitan LC. permintaan penerbitan LC diperlukan dalam rangka merealisasi cara pembayaran sebagaimana diarur dalam kontrak penjualan. Jika bank penerbit setuju untuk melaksanakan permintaan pemohon, maka bank penerbit menerbitkan LC. 37 Perjanjian yang menjadi dasar hubungan antara pemohon dengan bank penerbit dapat dipandang sebagai pemberian kuasa dengan penggantian upah. Akan tetapi hubungan hukum itu lebih tepat dipandang timbul dari suatu perjanjian yang mempunyai unsur-unsur campuran antara perjanjian pemberian 37 Dr.Ramlan Ginting, S.H., LL.M, Letter Of Credit, Tinjauan dan Aspek Hukum Bisnis, Salemba Empat 2000, hal. 86 Universitas Sumatera Utara kuasa dengan dan perjanjian melakukan beberapa pekerjaan. Di dalam kedua hubungan hukum yang sedemikian rupa itulah terdapat kewajiban dan hak dari kedua belah pihak yang bersangkutan. Di dalam hubungan itu ditentukan bahwa bank tidak boleh membayar kepada penjual setelah lewatnya tenggang waktu yang ditetapkan berlaku sah untuk kredit itu dnegan ancaman hilangnya hak menagihmenuntut dari bank terhadap pembeli. Kewajiban dari bank adalah membayar kepada penjual sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh pembeli, tetapi bersamaan dengan itu ia juga mempunyai hak untuk menuntut pergantian terhadap apa yang dibayarkannya kepada penjual serta upahnya dari pemohon. Selanjutnay juga adalah merupakan kewajiban dari bank dalam hal pembukaan kredit berdokumen, meneliti apakah semua dokumen yang telah diserahkan penjual sudah memenuhi persyaratan- persyaratan pasal 13a UCP revisi 1993. Memeriksa dokumen dan menyerahkannya kembali kepada pembeli dapat dipandang sebagai hubungan hukum yang timbul antara pemohon dengan bank penerbit yang timbul dari perjanjian melakukan beberapa pekerjaan. Permintaan penerbitan LC terdiri dari 2 dua bagian, yaitu: format permintaan penerbitan LC dan perjanjian jaminan ganti rugi security agreement. 38 38 Ibid, hal. 87 Perjanjian jaminan ganti kerugian di Inonesia dan di Negara lain ditetapkan oleh masing-masing bank penerbit secara sepihak. Artinya, jika pemohon menyetujuinya, pemohon tinggal membubuhkan tandatangan pada perjanjian tersebut, dan apabila pemohon ingin menambahkan ketentuan Universitas Sumatera Utara tambahan, maka hal tersebut harus terlebih dahulu disetujui oleh bank penerbit. Perjanjian jaminan ganti kerugian memuat hak dan kewajiban pemohon dan bank penerbit secara relative rinci. Sementara, format permintaan penerbitan LC di Indonesia ditetapkan oleh Bank Indonesia sehingga keberadaannya sama bagi semua bank penerbit. 39 Namun, terhitung sejak tanggal 4 Juni 1996 Bank Indonesia memberi kebebasan kepada semua bank devisa untuk menambahkan klausul-klausul lainnya sesuai dengan kebutuhan bank penerbit dan pemohon, sehingga materi cakupan format permintaan penerbitan LC dapat diperluas 40 Bank penerbit menerbitkan LC kepada penerima tidsk boleh menyimpang dari permintaan penerbitan LC. jika bank penerbit melakukan penyimpangan, maka bank penerbit bertanggung jawab akan dampak negative resiko yang mungkin timbul dari tindakannya. Pemohon hanya bertanggung jawab sebatas isi permintaan penerbitan LC. Pemohon berhak menolak pembayaran kembali kepada bank penerbit atas LC yang diterbitkan oleh bank tersebut yang menyimpang dari permintaan penerbitan LC. sikap ini sejalan dengan Trust Theory yang mengatakan bahwa dana pemohon yang dibayarkan langsung kepada bank penerbit merupakan dana khusus yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai pembayarn kepada pemegang wesel apakah penerima atau format permintaan penerbitan LC berisi hak dan kewajiban pemohon dan bank penerbit yang melengkapi hak-hak dan kewajiban pemohon dan bank penerbit sebagaimana dimuat dalam perjanjian jaminan ganti kerugian. 39 Ibid, hal. 87 40 Surat Edaran Bank Indonesia No. 181ULNtanggal 17 April 1985 Universitas Sumatera Utara bank pengaksep yang telah melakukan pembayaran LC kepada penerima. Bank penerbit berfungsi sebagai trustee. Dana pemohon tersebut sudah pasti hanya boleh digunakan oleh bank penerbit sepanjang bank penebrit bertindak sesuai dengan isi permintaan penerbitan LC yang telah disepakati antara pemohon dnegan bank penerbit. Apabila bank penerbit bertindak di luar kesepakatan sehingga merugikan pemohon, maka pembayaran yang telah dilakukan oleh bank penerbit kepada penerima baik langsung ataupun melalui kuasanya menjadi tanggung jawab bank penerbit dan tidak boleh dibebankan kepada pemohon. Permintaan penerbitan LC diatur oleh hukum nasional masing-masing Negara yang dalam hal-hal tertentu dapat berbeda antara satu Negara dengan Negara lainnya. Akan tetapi, hakikat permintaan penerbitan LC sama secara internasional, yaitu bank penerbit menerbitkan LC karena pemohon berjanji membayar kembali nilai LC kepada bank penerbit yang melakukan pembayaran baik langsung maupun melalui bank yang ditunjuk kepada penerima. UCPDC revisi 1993 yang mengatur hubungan hukum antara pemohon dan bank penerbit pada dasarnya terbatas pada pelaksanaan prosedur yang meliputi instruksi penerbitan dan perubahan LC, instruksi penerbitan LC yang tidak jelas atau tidaj lengkap, gangguan dalam penyampaian instruksi dan gangguan dalam pelaksanaan instruksi. 41 41 UCPDC revisi 1993, Artikel 5, 12, 16, dan 18 Selain UCPDC revisi 1993, hak dan kewajiban pmohon dan bank penerbit dalam rangka pelaksanaan prosedur juga didasarkan pada hukum kebiasaan internasioanal. Hukum kebiasaan internasional Universitas Sumatera Utara diperlukan karena tidak semua masalah-masalah hukum dari tranksaksi LC diatyr dalam UCPDC revisi 1993.

3. Hubungan hukum bank penerbit dengan penerima

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab PT. Eric Dirgantara Tour & Travel Terhadap Penumpang Pesawat Udara Ditinjau Dari Undang-Undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009 Dan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999

1 75 113

Kedudukan Dan Tanggung Jawab Komisaris Independen Pada Perseroan Terbuka Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 (Riset : PT. Central Proteinaprima Tbk.)

0 44 131

Tanggung Jawab Dewan Komisaris Perseroan Terbatas Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Berdasarkan Undang-Undang RI No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan

0 44 146

Wewenang Dan Tanggung Jawab Direksi Dalam Prinsip Corporate Opportunity Yang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

1 90 158

Tanggung Jawab Pengawasan Bank Indonesia Terhadap perbankan Syariah Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Studi : Kantor Bank Indonesia Medan)

0 36 133

Tanggung Jawab Pengelola Mal Terhadap Pelanggaran Hak Cipta yang Dilakukan oleh Penyewa Menurut Undang –Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

0 54 127

TINJAUAN YURIDIS KEWENANGAN HAKIM PENGAWAS TERHADAP KURATOR YANG MERUGIKAN HARTA PAILIT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004.

0 0 1

Tanggung Jawab Bank Penerbit Letter Of Credits (Issuing Bank) Yang Diputuskan Pailit Terhadap Eksportir Dan Importir Berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004

0 0 2

Tanggung Jawab Bank Penerbit Letter Of Credits (Issuing Bank) Yang Diputuskan Pailit Terhadap Eksportir Dan Importir Berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004

0 0 17

Tanggung Jawab Bank Penerbit Letter Of Credits (Issuing Bank) Yang Diputuskan Pailit Terhadap Eksportir Dan Importir Berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004

0 2 38