Putri Ginting Pase Jenis-Jenis Tindak Tutur dalam Kumpulan Cerita Rakyat dari Karo

Dalam tuturan pada data 8 telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin. Lokusinya merujuk kepada pemberitahuan dan perintah kepada Si Beru Dayang. Tuturan pada data 8 mempunyai daya ilokusi menyuruh atau memerintah. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya merupakan perintah atau suruhan, dengan demikian daya perlokusinya adalah setelah membaca tuturan pada data 8 pembaca akan mengetahui bahwa pada saat menuai padi, penduduk Tanah Karo akan berseru bahwa padi atau Si Beru Dayang yang sudah mereka kumpulkan itu disuruh untuk bertambah banyak dan akan mereka beri nama kembali Si Beru Dayang Petambunen. Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori. Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa tindak ilokusi yang terkandung dalam tindak tutur pada data 8 termasuk ke dalam ilokusi direktif, yaitu ilokusi yang berupa tindakan yang dilakukan oleh petutur, yaitu memerintah dan ilokusi deklaratif yang menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan, yaitu memberi makan dan nama kepada Si Beru Dayang.

4.1.3 Putri Ginting Pase

Cerita ini merupakan legenda karena dahulu banyak orang percaya bahwa cerita ini benar-benar pernah terjadi. Isi cerita ini cukup bagus karena menunjukkan kepada kita bahwa rasa cemburu akan menghilangkan akal sehat, dan dapat menjerumuskan orang untuk berbuat jahat. Orang yang berbuat jahat karena cemburu, pada akhirnya akan mendapat hukuman Lubis, 1997: 27. Universitas Sumatera Utara Contoh data 9: Kutipan wacana yang menunjukkan pertuturan dalam cerita Putri Ginting Pase ini sebagai berikut. Pada suatu hari paman Putri Ginting Pase berkata kepadanya, “Besok aku dan bibimu akan membawa kau ke Kahe.” “Untuk apa kita ke sana Paman?” tanya Putri Ginting Pase. “Mengunjungi keluarga,” jawab pamannya. Dalam tuturan pada data 9 telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin. Lokusinya merujuk kepada pemberitahuan. Tuturan pada data 9 mempunyai daya ilokusi ajakan. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya merupakan ajakan, dengan demikian daya perlokusinya adalah setelah Putri Ginting Pase mendengar ajakan pamannya pada tuturan data 9 Putri Ginting Pase bertanya tujuan pamannya mengjaknya pergi ke Kahe. Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori. Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa tindak ilokusi yang terkandung dalam tindak tutur pada data 9 termasuk ke dalam ilokusi komisif, yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, yaitu sang Paman mengajak Putri Ginting Pase pergi ke Kahe. Contoh data 10: Kutipan wacana yang menunjukkan pertuturan dalam cerita Putri Ginting Pase ini sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara Tidak berapa lama kemudian datanglah kembali paman dan bibi Putri Ginting Pase bersama seorang lelaki yang hendak membelinya. Laki-laki si pembeli itu memeriksa keadaan Putri Ginting Pase. Setelah dia periksa, laki-laki itu berkata kepada paman Putri Ginting Pase, “Maaf, saya tidak berani membelinya.” “Mengapa? Tanya paman Putri Ginting Pase. “Tidak apa-apa, tapi saya tidak berani membelinya,” jawab laki-laki itu Lubis, 1997: 24. Dalam tuturan pada data 10 telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin. Lokusinya adalah laki-laki itu memberitahukan kepada paman Putri Ginting Pase bahwa dia itu tidak berani membeli keponakannya. Tuturan pada data 10 mempunyai daya ilokusi memberi penolakan. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya penolakan, maka daya perlokusinya adalah seharusnya kesadaran Paman Ginting Pase. Dengan demikian, setelah mendengar laki-laki itu menolak untuk membeli keponakannya, paman Putri Ginting Pase akan menyadari bahwa tindakan menjual Putri Ginting Pase adalah tindakan yang salah. Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori. Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa tindak ilokusi yang terkandung dalam tindak tutur pada data 10 termasuk ke dalam ilokusi ekspresif, yaitu ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, yaitu laki-laki itu menolak untuk membeli Putri Ginting Pase. Universitas Sumatera Utara Contoh data 11: Kutipan wacana yang menunjukkan pertuturan dalam cerita Putri Ginting Pase ini sebagai berikut. Pada suatu hari, suami Putri Ginting Pase bertanya kepadanya mengapa dia dahulu datang ke Kahe yang begitu jauh dari Tanah Karo. Maka berceritalah Putri Ginting Pase mengenai segala hal yang terjadi atas dirinya sehingga dia dibawa oleh pamannya ke Kahe untuk dijual. Setelah mendengar semua cerita itu, suami Putri Ginting Pase bertanya kepadanya, “Sekarang apa yang kau kehendaki?” “Aku ingin agar kita segera pulang ke kampung asalku,” jawab Putri Ginting Pase. “Baiklah, dalam waktu dekat kita akan pulang ke sana,” kata suaminya Lubis, 1997: 26. Dalam tuturan pada data 11 telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin. Lokusinya adalah laki-laki itu menanyakan keinginan Putri Ginting Pase apa yang dia inginkan. Tuturan pada data 11 mempunyai daya ilokusi tawaran. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya berupa tawaran, maka daya perlokusinya adalah Putri Ginting Pase memberi jawaban atas tawaran yang diberikan oleh suaminya itu. Dengan demikian, setelah mendengar tawaran suaminya itu Putri Ginting Pase memberitahukan kepada suaminya bahwa dia ingin pulang ke Tanah Karo dan suaminya menjanjikan akan memenuhi permintaan Putri Ginting Pase. Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori. Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa tindak ilokusi yang terkandung dalam tindak tutur pada data 11 Universitas Sumatera Utara termasuk ke dalam ilokusi komisif, yaitu ilokusi yang terikat pada suatu tindakan di masa depan, yaitu suami Putri Ginting Pase menjanjikan akan pulang ke Tanah Karo. Contoh data 12: Kutipan wacana yang menunjukkan pertuturan dalam cerita Putri Ginting Pase ini sebagai berikut. Setibanya mereka di kampung asal Putri Ginting Pase, pengawal yang mereka bawa mengepung kampung itu. Penduduk kampung itu jadi ketakutan dan paman serta bibi Putri Ginting Pase berusaha melarikan diri. Namun, pengawal Putri Ginting Pase berhasil menangkap mereka. Ketika pengawal menghadapkan mereka kepada Putri Ginting Pase, dengan terhiba-hiba mereka berkata, “Maafkanlah segala kesalahan kami kepadamu, Nak.” “Kesalahan paman dan bibi kepadaku dapat kumaafkan. Tetapi kesalahan membunuh kedua orang tuaku tak dapat dimaafkan,” sahut Putri Ginting Pase. “Untuk itu kalian berdua harus diberi hukuman,” kata suami Putri Ginting Pase Lubis, 1997: 26-27. Dalam tuturan pada data 12 telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin. Lokusinya adalah paman dan bibi Putri Ginting Pase memohon maaf atas kesalahannya namun Putri Ginting Pase tidak dapat memaafkan kesalahan paman dan bibinya yang telah membunuh orang tuanya sehingga harus dihukum. Tuturan pada data 12 mempunyai daya ilokusi permohonan maaf dan penjatuhan hukuman. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya permohonan dan penjatuhan hukuman, maka daya perlokusinya adalah Universitas Sumatera Utara seharusnya Putri Ginting Pase memaafkan paman dan bibinya, namun dia menolak permintaan maaf dari paman dan bibinya itu. Dengan demikian, setelah mendengar permohonan maaf dari paman dan bibinya, Putri Ginting Pase tidak bisa memaafkan paman dan bibinya yang telah membunuh. Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori. Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa tindak ilokusi yang terkandung dalam tindak tutur pada data 12 termasuk ke dalam ilokusi direktif, yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh petutur, yaitu paman dan bibi Putri Ginting Pase memohon maaf kepadanya, dan ilokusi deklaratif, yaitu ilokusi yang menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan, yaitu Putri Ginting Pase dan suaminya menjatuhkan hukuman kepada paman dan bibinya.

4.2 Komponen Peristiwa Tutur dalam Kumpulan Cerita Rakyat dari Karo