Tindak Tutur Landasan Teori .1 Konsep Pragmatik dan Sosiolinguistik

Crystal, 1989: 83, dalam Sudaryat, 2008: 121 mengemukakan bahwa pragmatik merupakan kajian yang menghubungkan struktur bahasa dan pemakaian bahasa. Sudaryat, 2008: 121 mengatakan bahwa pragmatik menelaah hubungan tindak bahasa dengan konteks tempat, waktu, keadaan pemakainya, dan hubungan makna dengan aneka situasi ujaran. Adapun yang dihantam oleh aliran pragmatik adalah tindakan aliran struktural yang melucuti kalimat yang pada hakikatnya berkonteks, dan ada karena digunakan dalam komunikasi.

2.2.2 Tindak Tutur

Pertuturan adalah perbuatan berbahasa yang dimungkinkan oleh dan diwujudkan sesuai dengan kaidah-kaidah pemakaian unsur-unsur bahasa Kridalaksana, dalam Siregar 1997:36. Teori tindak tutur dikemukakan oleh J. L. Austin dalam Rani, 2000: 160. Ia mengatakan bahwa secara analitis dapat dipisahkan tiga macam tindak tutur yang terjadi secara serentak: 1. Tindak ‘lokusi’ makna dasar, yaitu mengaitkan suatu topik dengan satu keterangan dalam suatu ungkapan. Tindak lokusi oleh Searle dalam Rani, 2000: 160 disebut tindak proposisi propotional act mengacu pada aktivitas bertutur kalimat tanpa disertai tanggung jawab penuturnya untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Dalam tindak lokusi seorang penutur mengatakan sesuatu secara pasti. Gaya bahasa si penutur langsung dihubungkan dengan sesuatu yang diutamakan dalam isi ujarannya. Universitas Sumatera Utara Contoh: Saya sakit. Saya diartikan sebagai orang pertama tunggal si penutur, dan sakit mengacu pada keadaan fisik yang tidak sehat, tanpa bermaksud melakukan suatu tanggung jawab untuk segera berobat. 2. Tindak ‘ilokusi’ maksud kalimat, yaitu suatu tindak yang dilakukan dalam mengatakan sesuatu seperti membuat janji, membuat pernyataan, mengeluarkan perintah atau permintaan. Dalam tindak ilokusi didapatkan suatu daya atau kekuatan yang mewajibkan si penutur untuk melaksanakan suatu tindak tertentu Austin 1962:142, dalam Rani, 2000: 160. Contoh: Saya sakit, maksudnya adalah agar lawan tuturnya melakukan sesuatu untuknya, jadi tindak lokusinya adalah bukan sekedar pernyataan saja, tetapi bisa juga mengandung dayakekuatan bahwa si penutur meminta agar lawan tuturnya melakukan tindakan yang nyata yaitu memberinya obat. 3. Tindak ‘perlokusi’ efek suatu ungkapan, yaitu hasil atau efek yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu. Contoh: dari kalimat Saya sakit yang dituturkan oleh si penutur menimbulkan efek kepada pendengar atau lawan tuturnya yaitu dengan memberi obat kepada si penutur. Secara khusus, Searle dalam Rahardi, 2005: 36 mendeskripsikan tindak ilokusi ke dalam lima jenis tindak tutur, yaitu Universitas Sumatera Utara 1. Asertif atau Representatif ialah ilokusi yang bertujuan menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan dan sebagainya. 2. Direktif adalah ilokusi yang berfungsi mendorong pendengar melakukan sesuatu, misalnya menyuruh, meminta, menasihati, memohon, menuntut. 3. Ekspresif adalah ilokusi yang bertujuan mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya berupa tindakan meminta maaf, berterima kasih, menyampaikan ucapan selamat, memuji, menyatakan belasungkawa, mengkritik dan sebagainya. 4. Komisif adalah ilokusi yang mendorong penutur melakukan suatu tindakan, misalnya menjanjikan, menawarkan, bersumpah, mengusulkan dan sebagainya. 5. Deklaratif yaitu ilokusi yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan, misalnya mengundurkan diri, membaptis,menghukum, menetapkan, memecat, memberi nama dan sebagainya.

2.2.3 Peristiwa Tutur