4.2.2.4 Peristiwa Tutur Keenam
Setting peristiwa tutur keenam ini berlangsung di ladang tempat padi itu tumbuh ketika penduduk Tanah Karo pergi ke ladang padi yang akan dituai. Scene
atau suasana peristiwa tutur itu berlangsung pada saat penduduk beramai-ramai pergi ke ladang padi yang akan dituai dan berseru “Sekarang kami akan menuai
kalian, dan kalian kami namakan Si Beru Dayang Pepulungken Lubis, 1997: 10.”
Participants peristiwa tutur yang keenam ini melibatkan beberapa pihak, yaitu para penduduk Tanah Karo dan orang tua yang sedang berseru kepada padi
yang akan dituai dan menempatkan jelmaan padi yang akan di tuai sebagai partisipannya. Bentuk komunikasi ini satu arah karena tidak ada respon verbal
secara langsung para partisipannya. Contoh:
“Sekarang kami akan menuai kalian, dan kalian kami namakan Si Beru Dayang Pepulungken Lubis, 1997: 10.”
Pada peristiwa tutur ini yang aktif berbicara hanyalah beberapa orang tua yang berseru kepada padi yang akan dituai, namun demikian tidak berarti
penduduk yang lain tidak terlibat di dalamnya, mereka terlibat secara mentalsecara tidak langsung.
Ends peristiwa tutur yang keenam ini mempunyai tujuan, yaitu tujuan ekspositif. Tujuan ekspositif maksudnya beberapa orang tua itu
menginformasikan sesuatu kepada jelmaan padi itu. Contoh:
“Sekarang kami akan menuai kalian, dan kalian kami namakan Si Beru Dayang Pepulungken Lubis, 1997: 10.”
Universitas Sumatera Utara
Act sequences atau bentuk bahasa pada peristiwa tutur keenam ini biasa- biasa saja, tidak ada yang berbeda seperti puitis, namun diselingi dengan gaya
bahasa kedaerahan yaitu penggunaan kata ‘Pepulungkenken’. Dari segi isi, peristiwa tutur dalam bentuk tuturan ini mengandung pokok
pikiran, yakni berupa pemberian nama atau menerangkan sesuatu. Contoh:
“Sekarang kami akan menuai kalian, dan kalian kami namakan Si Beru Dayang Pepulungken Lubis, 1997: 10.”
Key pada peristiwa tutur mengacu pada sikap, cara, dan suasana saat peristiwa tutur berlangsung. Tuturan ini disampaikan oleh beberapa orang tua
yang akan menuai padi itu yang menyerukan sesuatu kepada padi yang akan dituai.
Instrumentalities atau jalur komunikasi pada peristiwa tutur yang keenam dalam cerita Asal Mula Padi ini disampaikan secara lisan oleh beberapa orang tua
yang akan menuai padi itu. Koderagam yang digunakan merupakan koderagam resmi.
Norm of interaction and interpretation mengacu kepada norma, aturan dan tingkah laku dalam berinteraksi. Tuturan ini disampaikan oleh beberapa orang tua
yang menyerukan sesuatu kepada padi yang akan dituai itu. Genre atau jenis bentuk penyampaian tuturan pada peristiwa tutur keenam
dalam cerita Asal Mula Padi ini disampaikan dalam bentuk berupa pemberitahuan atau keterangan tentang Si Beru Dayang.
Universitas Sumatera Utara
Contoh: “Sekarang kami akan menuai kalian, dan kalian kami namakan Si Beru
Dayang Pepulungken Lubis, 1997: 10.”
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa reaksi dari para penduduk dan jelmaan padi itu berupa reaksi mendengar apa yang disampaikan oleh beberapa
orang tua kepada padi yang akan mereka tuai itu. Reaksi dari penduduk dan jelmaan padi itu tidak ada yang berbeda.
Reaksinya sama tidak ada yang tergerak emosinya, jadi dalam hal ini persepsinya disamakan yaitu berbicara dan mendengar.
Isi peristiwa tutur ini hanya menempatkan para penduduk dan jelmaan Si Beru Dayang sebagai pendengar saja. Diketahui pula dalam hal reaksi yang timbul
dengan lawan tutur dikategorikan sebagai kalimat topik yang isinya untuk memberitahukan tentang Si Beru Dayang sebagai topik dalam cerita ini.
4.2.2.5 Peristiwa Tutur Ketujuh