BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sudaryanto 1993: 9, metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode. Dalam penelitian ini data
diperoleh dengan menggunakan metode simak atau penyimakan. Metode ini digunakan karena penulis hanya menyimak penggunaan bahasa dalam setiap teks
tuturan yang terdapat dalam legenda kumpulan “Cerita Rakyat dari Karo”. Metode ini dinamakan demikian karena pelaksanaan metode ini adalah dengan menyimak
penggunaan bahasa Sudaryanto, 1993: 133. Pertama-tama cerita tersebut di baca berulang-ulang dan sekaligus disimak.
Teknik dasar yang digunakan dalam metode simak adalah teknik sadap dan teknik catat. Teknik sadap ialah teknik yang dipakai untuk penyimakan yang
diwujudkan dengan penyadapan dan peneliti sendiri sebagai instrumen dalam penyadapan, yaitu peneliti membaca, mempelajari, dan memeriksa penggunaan
bahasa yang terdapat pada tuturan dalam kumpulan Cerita Rakyat dari Karo. Sebagai teknik lanjutannya, penulis menggunakan teknik simak bebas libat cakap.
Hal ini disebabkan penulis tidak terlibat dalam dialog, melainkan penulis berkedudukan sebagai pemerhati bahasa.
Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini terdiri dari kumpulan cerita yang terdapat dalam sebuah buku cerita Kumpulan Cerita Rakyat dari Karo
Universitas Sumatera Utara
karya Z. Pangaduan Lubis. Buku ini diterbitkan oleh Grasindo, percetakan Gramedia, cetakan kedua. Buku tersebut terdiri dari delapan judul cerita, yaitu
1 Tuan Bagunda Raja dan Manuk
2 Asal Mula Padi
3 Si Jinaka
4 Guru Diden
5 Putri Ginting Pase
6 Dua Orang Pencuri
7 Si Aji Bonar
8 Guru Kandibata.
Dalam penelitian ini hanya menganalisis sebagian dari cerita. Cerita yang dijadikan sebagai bahan analisis sebagai berikut.
1 Tuan Bagunda Raja dan Manuk Si Nanggur Dawa
2 Asal Mula Padi
3 Putri Ginting Pase
3.2 Metode dan Teknik Pengkajian Data
Setelah semua data dikumpulkan, untuk menyelesaikan permasalahan
yang telah ditetapkan maka diadakan analisis terhadap data. Data dianalisis
dengan menggunakan metode padan yang menggunakan alat penentunya di
luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan
Universitas Sumatera Utara
Sudaryanto: 13. Berdasarkan alat penentunya data dalam penelitian ini akan
dianalisis dengan metode padan dengan alat penentunya referent.
Dengan metode ini, peneliti akan merenung‐renung, memikir‐mikir,
mencocok ‐cocokkan satuan‐satuan lingual tertentu Subroto, 2007: 60. Untuk
mendukung metode ini, maka teknik analisis yang digunakan adalah teknik pilah
unsur penentu atau teknik PUP dan daya pilah pembeda reaksi sebagai teknik
dasar. Adapun alatnya adalah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh
penelitinya. Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data dalam bentuk
tulisan, maka penulis akan meneliti apakah penutur dan mitra wicara dalam
wacana tersebut akan: a bertindak mengikuti atau menentang apa yang
dituturkan mitra wicaranya, b berkata dengan isi yang informatif, c tergerak
emosinya, atau d diam namun menyimak dan berusaha memahami apa yang
dituturkan mitra wicaranya Sudaryanto, 1993: 13‐25.
Dalam hal ini peneliti berusaha menyimak segala pertuturan yang ada
dalam kumpulan Cerita Rakyat dari Karo. Dari sini tuturan dapat dikategorikan
sebagai kalimat perintah, kalimat tanya, kalimat berita, topik, kalimat seru, dan
segmen kalimat atau gatra dan yang lain. Untuk teknik lanjutannya, peneliti
menggunakan teknik hubung banding menyamakan HBS.
Contoh data 1 : Kutipan wacana yang menunjukkan pertuturan dalam cerita Tuan Bagunda
Raja sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
Menurut cerita, adalah seorang putri kayangan yang bernama Inang Seribu Tua. Pada suatu ketika, Inang Seribu Tua melahirkan seorang putra.
Putranya itu ia beri nama Tuan Bagunda Raja. Karena tidak diketahui siapa ayah dari Tuan Bagunda Raja, maka ia dipandang sebagai putra
dewa. Setelah Tuan Bagunda Raja dewasa, Inang Seribu Tua menganjurkan
supaya dia berumah tangga. Mendengar anjuran ibunya itu, berkatalah Tuan Bagunda Raja, “Saya mau berumah tangga, tetapi harus dengan
putri saudara laki-laki dari ibu.” “Tapi saya tidak punya saudara laki-laki,” kata ibunya Inang Seribu Tua
Lubis, 1997: 1.
Pada contoh 1 di atas, seperti yang di kemukakan oleh Austin bahwa ada tiga macam tindak tutur yang terjadi secara serentak dalam sebuah tuturan. Dalam
tuturan ini telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur. Lokusinya adalah kata Ibu merupakan kata sapaan untuk orang tua, sedangkan kata Saya adalah
sebagai orang pertama tunggal si penutur, dan Putri mengacu kepada seorang anak perempuan, sedangkan Saudara laki-laki mengacu kepada seorang yang
berjenis kelamin laki-laki . Tuturan pada data 1 bisa jadi bermaksud untuk meminta agar ibunya menikahkannya dengan anak saudara laki-laki dari ibunya
yang mempunyai daya ilokusi permintaan. Jadi, apabila daya ilokusinya merupakan permintaan, maka daya perlokusinya adalah seharusnya
menimbulkan efek kepada pendengar, yaitu agar ibunya memberikan putri dari saudara laki-lakinya dalam masyarakat karo disebut impal kepada anaknya Tuan
Bagunda Raja untuk di nikahinya. Dengan demikian, pada data 1 ibu Tuan
Universitas Sumatera Utara
Bagunda Raja seharusnya memberi putri saudara laki-lakinya dalam masyarakat karo disebut permain untuk dinikahi oleh putranya.
Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori. Berdasarkan lima kategori tersebut, dapat dikatakan bahwa tindak
tutur yang terkandung dalam tuturan pada data 1 termasuk ke dalam ilokusi Assertif atau Representatif yaitu ilokusi yang bertujuan menyatakan,
mengusulkan, atau meminta. Berdasarkan
metode dan teknik tersebut contoh data 1 dikategorikan sebagai
tuturan yang mengandung pernyataan yang menyertakan topik yang hendak
diinginkan oleh si penutur. Contoh di atas merupakan salah satu peristiwa
tutur dalam bentuk pernyataan seorang anak kepada ibunya. Berdasarkan
teori yang telah dikemukakan, peristiwa tutur dari contoh di atas dapat
dianalisis dengan penggunaan komponen‐komponen peristiwa tutur. Komponen
peristiwa tuturnya ialah 1. Setting, di sini setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur berlangsung.
Jadi setting peristiwa tutur dalam tuturan tersebut berlangsung pada suatu ketika di kediaman Inang Seribu Tua dan putranya di Kayangan, sedangkan
scene mengacu pada situasi tempat dan waktu atau situasi psikologis pembicaraan. Jadi scene peristiwa tutur dalam tuturan tersebut adalah ketika
Tuan Bagunda Raja telah dewasa dan diminta oleh ibunya untuk segera berumah tangga.
2. Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam penuturan, yaitu pembicara dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima pesan. Jadi
Universitas Sumatera Utara
participants peristiwa tutur dalam tuturan tersebut adalah Tuan Bagunda Raja dan Inang Seribu Tua.
3. Ends merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Jadi ends peristiwa tutur dalam tuturan tersebut adalah bahwa Tuan Bagunda Raja itu bertujuan
memberitahu ibunya bahwa ia ingin berubah tangga jika ibunya menikahkannya dengan anak dari saudara laki-laki ibunya dalam masyarakat
karo disebut permain. Di sisi lain Inang Seribu Tua menginformasikan bahwa ia tidak mempunyai saudara laki-laki.
4. Act sequence mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran, bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan
hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicara. Jadi bentuk ujaran peristiwa tutur dalam tuturan tersebut biasa-biasa saja, sama seperti
tuturan sehari-hari. Dari segi isi, tuturan di atas mengandung satu pokok pikiran, yaitu menyatakan bahwa Tuan Bagunda Raja ingin berumah tangga
dengan putri saudara laki-laki dari ibunya, sementara ibunya menyatakan tidak mempunyai saudara laki-laki . Isi tuturan ini sesuai dengan anjuran ibunya
Inang Seribu Tua agar putranya itu segera berumah tangga. 5. Key mengacu pada nada, cara, dan semangat yang menjadikan pesan
tersampaikan dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
gerak tubuh dan isyarat. Jadi Key yang terdapat pada tuturan tersebut adalah sebagaimana percakapan antara seorang anak dengan ibunya demikian pula
Universitas Sumatera Utara
suasana tuturan Tuan Bagunda Raja kepada ibunya, yaitu disampaikan dengan bahasa yang santun dan berusaha untuk memberitahukan satu sama lain.
6. Instrumentalities, mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalities juga mengacu
pada kode ujaran: bahasa, dialek, atau register. Jadi Instrumentalities pada tuturan tersebut disampaikan melalui jalur lisan, yaitu percakapan antara
seorang ibu dan anak. 7. Norm of Interaction and Interpretation mengacu pada norma atau aturan dalam
berinteraksi misalnya yang berhubungan dengan cara bertanya. Seperti yang kita ketahui secara umum, dalam sebuah percakapan lisan maka peristiwa tutur
itu pasti terjadi dalam situasi dan tempat yang bersamaan, jadi peneliti menyimpulkan Norm of Interaction and Interpretation dalam peristiwa tutur
tersebut terjadi dalam percakapan empat mata oleh penutur dan lawan tuturnya, yaitu hanya antara Tuan Bagunda Raja dan Inang Seribu Tua.
8. Genres mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa dan sebagainya. Jadi Genres dalam tuturan tersebut adalah disampaikan
dalam bentuk tuturan atau berupa percakapan antara penutur dan lawan tuturnya, dalam hal ini antara seorang anak Tuan Bagunda Raja dengan ibunya
Inang Seribu Tua.
Dari data 1 dapat diketahui bahwa reaksi dari pihak Tuan Bagunda Raja hanya berupa reaksi menyimak dan berusaha mengerti yang diucapkan oleh
ibunya Inang Seribu Tua. Reaksi penutur dan lawan tutur berbeda, Tuan Bagunda
Universitas Sumatera Utara
Raja meminta agar ibunya menikahkannya dengan putri dari saudaranya laki-laki, namun ibunya mengaku tidak mempunyai saudara laki-laki.
Teknik lanjutan yang digunakan berkenaan dengan metode padan ini adalah teknik hubung banding menyamakan HBS. Jadi dalam hal ini
persepsinya disamakan. Dengan demikian peneliti dan partisipan dalam cerita Tuan Bagunda Raja memiliki persepsi yang sama terhadap tuturan pada data di
atas tersebut, yaitu melalui peristiwa tutur pada data 1 peneliti menyimpulkan bahwa Tuan Bagunda Raja akan berumah tangga hanya dengan putri saudara laki-
laki dari ibunya sementara ibunya tidak ingin agar anaknya menikah dengan putri dari saudara laki-lakinya.
3.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data