Contoh: “Sekarang kami akan menuai kalian, dan kalian kami namakan Si Beru
Dayang Pepulungken Lubis, 1997: 10.”
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa reaksi dari para penduduk dan jelmaan padi itu berupa reaksi mendengar apa yang disampaikan oleh beberapa
orang tua kepada padi yang akan mereka tuai itu. Reaksi dari penduduk dan jelmaan padi itu tidak ada yang berbeda.
Reaksinya sama tidak ada yang tergerak emosinya, jadi dalam hal ini persepsinya disamakan yaitu berbicara dan mendengar.
Isi peristiwa tutur ini hanya menempatkan para penduduk dan jelmaan Si Beru Dayang sebagai pendengar saja. Diketahui pula dalam hal reaksi yang timbul
dengan lawan tutur dikategorikan sebagai kalimat topik yang isinya untuk memberitahukan tentang Si Beru Dayang sebagai topik dalam cerita ini.
4.2.2.5 Peristiwa Tutur Ketujuh
Setting peristiwa tutur ketujuh ini berlangsung di ladang tempat padi yang sudah dituai. Scene atau suasana peristiwa tutur itu berlangsung pada saat
penduduk beramai-ramai mengirik padi yang sudah dituai sambil mengatakan “Sekarang kalian sudah kami kumpulkan, bertambah banyaklah kalian sampai
menggunung dan sekarang kalian kami namakan Si Beru Dayang Petambunen Lubis, 1997: 10.”
Participants peristiwa tutur yang ketujuh ini melibatkan beberapa pihak, yaitu para penduduk Tanah Karo dan orang tua yang sedang berseru kepada padi
Universitas Sumatera Utara
yang sedang diirik dan menempatkan jelmaan padi yang sudah dituai sebagai partisipannya. Bentuk komunikasi ini satu arah karena tidak ada respon verbal
secara langsung para partisipannya. Contoh:
“Sekarang kalian sudah kami kumpulkan, bertambah banyaklah kalian sampai menggunung dan sekarang kalian kami namakan Si Beru Dayang
Petambunen Lubis, 1997: 10.” Pada peristiwa tutur ini yang aktif berbicara hanyalah beberapa orang tua
yang berseru kepada padi yang sudah diirik, namun demikian tidak berarti penduduk yang lain tidak terlibat di dalamnya, mereka terlibat secara
mentalsecara tidak langsung. Ends peristiwa tutur yang ketujuh ini mempunyai tujuan, yaitu tujuan
ekspositif. Tujuan ekspositif maksudnya beberapa orang tua itu menginformasikan sesuatu kepada jelmaan padi yang sudah diirik itu.
Contoh: “Sekarang kalian sudah kami kumpulkan, bertambah banyaklah kalian
sampai menggunung dan sekarang kalian kami namakan Si Beru Dayang Petambunen Lubis, 1997: 10.”
Act sequences atau bentuk bahasa pada peristiwa tutur ketujuh ini biasa- biasa saja, tidak ada yang berbeda seperti puitis, namun diselingi dengan gaya
bahasa kedaerahan yaitu penggunaan kata ‘Petambunen’. Dari segi isi, peristiwa tutur dalam bentuk tuturan ini mengandung pokok pikiran, yakni berupa
pemberian nama atau menerangkan sesuatu.
Universitas Sumatera Utara
Contoh: “Sekarang kalian sudah kami kumpulkan, bertambah banyaklah kalian
sampai menggunung dan sekarang kalian kami namakan Si Beru Dayang Petambunen Lubis, 1997: 10.”
Key pada peristiwa tutur mengacu pada sikap, cara, dan suasana saat peristiwa tutur berlangsung. Tuturan ini disampaikan oleh beberapa orang tua
yang sudah selesai mengirik padi dan menyerukan sesuatu kepada padi yang sudah mereka kumpulkan.
Instrumentalities atau jalur komunikasi pada peristiwa tutur yang ketujuh dalam cerita Asal Mula Padi ini disampaikan secara lisan oleh beberapa orang tua
yang sedang mengumpulkan padi yang sudah selesai diirik. Koderagam yang digunakan merupakan koderagam resmi.
Norm of interaction and interpretation mengacu kepada norma, aturan dan tingkah laku dalam berinteraksi. Tuturan ini disampaikan oleh beberapa orang tua
yang menyerukan sesuatu kepada padi yang sudah mereka kumpulkan. Genre atau jenis bentuk penyampaian tuturan pada peristiwa tutur ketujuh
dalam cerita Asal Mula Padi ini disampaikan dalam bentuk berupa pemberitahuan atau keterangan tentang Si Beru Dayang.
Contoh: “Sekarang kalian sudah kami kumpulkan, bertambah banyaklah kalian
sampai menggunung dan sekarang kalian kami namakan Si Beru Dayang Petambunen Lubis, 1997: 10.”
Universitas Sumatera Utara
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa reaksi dari para penduduk dan jelmaan padi itu berupa reaksi mendengar apa yang disampaikan oleh beberapa
orang tua kepada padi yang sudah mereka kumpulkan. Reaksi dari penduduk dan jelmaan padi itu tidak ada yang berbeda.
Reaksinya sama tidak ada yang tergerak emosinya, jadi dalam hal ini persepsinya disamakan yaitu berbicara dan mendengar.
Isi peristiwa tutur ini hanya menempatkan para penduduk dan jelmaan Si Beru Dayang sebagai pendengar saja. Diketahui pula dalam hal reaksi yang timbul
dengan lawan tutur dikategorikan sebagai kalimat topik yang isinya untuk memberitahukan tentang Si Beru Dayang sebagai topik dalam cerita ini.
4.2.3 Putri Ginting Pase 4.2.3.1 Peristiwa Tutur Kedelapan