Jawaban ketiga:
“Tuanku bersama istri harus pergi mohon maaf kepada mertua atau kalimbubu tuanku,” kata sang dukun.
Dari contoh diatas dapat diketahui bahwa reaksi dari Tuan Bagunda Raja berupa reaksi menyimak dan berusaha mengerti apa yang disampaikan dukun
sakti itu, sedangkan reaksi yang berupa emosi berasal dari dukun sakti itu karena adanya reaksi dukun berupa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dari Tuan
Bagunda Raja. Reaksi dari Tuan Bagunda Raja dan dukun sakti tidak ada yang berbeda.
Artinya ketika Tuan Bagunda Raja bertanya dan dukun menjawab, Tuan Bagunda Raja mendengar dan kembali bertanya lagi sehingga dukun itu kembali menjawab
pertanyaan Tuan Bagunda Raja. Jadi dalam hal ini persepsinya dengan hal pokok yaitu bertanya, mendengar dan menjawab.
Diketahui pula dalam hal reaksi yang timbul dengan lawan tutur dikategorikan sebagai kalimat interogatif yang isinya meminta agar pendengar
atau orang yang mendengar tuturan itu memberi jawaban. Jadi, yang diminta bukan hanya sekedar perhatian, melainkan jawaban.
4.2.1.2 Peristiwa Tutur Kedua
Setting peristiwa tutur kedua ini berlangsung di istana pada suatu hari ketika Tuan bagunda raja duduk di dekat istrinya. Scene Peristiwa tutur itu
berlangsung pada situasi ketika Tuan Bagunda Raja menanyakan kepada anaknya yang masih berada di dalam perut istrinya.
Universitas Sumatera Utara
Participants peristiwa tutur yang pertama ini melibatkan tiga pihak, yaitu Tuan Bagunda Raja sebagai penanya dan seorang bayi yang masih berada di
dalam kandungan sebagai pihak penjawab, dan istri Tuan Bagunda Raja sebagai pihak pendengar. Bentuk peristiwa tutur ini yang kedua ini ialah komunikasi dua
arah, yaitu terdapat respon verbal dari pihak penutur dan lawan tutur yakni antara Tuan Bagunda Raja bayi yang berada di dalam perut istrinya.
Contoh: “Kau laki-laki atau perempuan?” “Saya
laki-laki,” jawab bayi itu.
“Siapa nama yang harus diberikan kepadamu nanti kalau kau sudah lahir?”
“Namakan aku nantu Tuan Paduka Aji.” “Apa jabatanmu kelak dan dimana tempat tinggal yang kau kehendaki?”
“Jabatanku kelak adalah penghancur dan aku akan bertempat tinggal di dunia bawah Lubis, 1997:4.”
Ends peristiwa tutur yang kedua ini mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan interogatif dan tujuan argumentatif. Tujuan interogatif maksudnya Tuan Bagunda
Raja menanyakan sesuatu kepada bayi itu. Tujuan kedua argumentatif, maksudnya memaparkan jawaban dari pertanyaan Tuan Bagunda Raja.
Contoh tujuan pertama:
Untuk mengetahui jenis kelamin bayi yang berada di dalam perut istrinya, bertanyalah Tuan Bagunda Raja kepada bayi itu.
“Kau laki-laki atau perempuan?”
Tuan Bagunda raja menanyakan siapa nama yang akan diberikan kepada bayi itu.
“Siapa nama yang harus diberikan kepadamu nanti kalau kau sudah lahir?”
Universitas Sumatera Utara
Tuan Bagunda Raja menanyakan jabatan yang diinginkan bayi itu.
“Apa jabatanmu kelak dan dimana tempat tinggal yang kau kehendaki?”
Contoh tujuan kedua:
Bayi itu menjawab pertanyaan pertama dari Tuan Bagunda Raja. “Saya laki-laki,” jawab bayi itu.
Bayi itu menjawab pertanyaan kedua dari Tuan Bagunda Raja.
“Namakan aku nanti Tuan Paduka Aji.”
Bayi itu menjawab pertanyaan ketiga dari Tuan Bagunda Raja. “Jabatanku kelak adalah penghancur dan aku akan bertempat tinggal di
dunia bawah.”
Act sequences atau bentuk bahasa pada peristiwa tutur pertama ini ditandai dengan bentuk bahasa pada zaman kerajaan seperti pemakaian nama depan yang
diawali dengan kata ‘Tuan’. Contoh: “Namakan aku nanti Tuan Paduka Aji.”
Dari segi isi, peristiwa tutur dalam bentuk tuturan ini mengandung dua pokok pikiran, yakni pertanyaan dari Tuan Bagunda Raja dan jawaban dari
seorang bayi. Isinya sangat sesuai dengan peristiwa tutur yang biasa kita lihat pada komunikasi lain, yaitu berupa ruang pertanyaan dan jawaban.
Key pada peristiwa tutur mengacu pada sikap, cara, dan suasana saat peristiwa berlangsung. Sebagaimana posisi dan sikap seorang ayah berbicara
kepada bayi yang masih berada di dalam kandungan istrinya, demikian juga percakapan antara Tuan Bagunda Raja dengan bayi itu, Tuan Bagunda Raja duduk
Universitas Sumatera Utara
di dekat istrinya yang sedang hamil dan bisa jadi Tuan Bagunda Raja menyentuh dan menatap perut istrinya.
Instrumentalities atau jalur komunikasi pada peristiwa tutur yang kedua dalam cerita Tuan Bagunda Raja dan Manuk Si Nanggur Dawa ini disampaikan
secara lisan dengan ragam resmi. Norm of interaction and interpretation mengacu kepada norma, aturan dan
tingkah laku dalam berinteraksi. Peristiwa tutur yang kedua ini, Tuan Bagunda Raja duduk di dekat istrinya yang sedang hamil. Bayi Tuan Bagunda Raja berada
dalam kandungan istrinya, lalu mulailah berlangsung percakapan antara Tuan Bagunda Raja dan bayinya setelah Tuan Bagunda Raja mendengar suara dari
perut istrinya. Ketika Tuan Bagunda Raja bercakap-cakap dengan bayi itu, istrinya hanya diam saja.
Genre atau jenis bentuk penyampaian tuturan pada peristiwa tutur kedua dalam cerita Tuan Bagunda Raja dan Manuk Si Nanggur Dawa ini disampaikan
dalam dua bentuk, yaitu berupa pertanyaan Tuan Bagunda Raja dan jawaban bayi yang berada di dalam perut.
Contoh: Pertanyaan pertama:
Untuk mengetahui jenis kelamin bayi yang berada di dalam perut istrinya.
“Kau laki-laki atau perempuan?”
Pertanyaan kedua:
Tuan Bagunda raja menanyakan siapa nama yang akan diberikan kepada bayi itu.
Universitas Sumatera Utara
“Siapa nama yang harus diberikan kepadamu nanti kalau kau sudah lahir?”
Pertanyaan ketiga:
Tuan Bagunda Raja menanyakan jabatan yang diinginkan bayi itu. “Apa jabatanmu kelak dan dimana tempat tinggal yang kau kehendaki?”
Jawaban pertama:
“Saya laki-laki,” jawab bayi itu.
Jawaban kedua:
“Namakan aku nanti Tuan Paduka Aji.”
Jawaban ketiga: “Jabatanku kelak adalah penghancur dan aku akan bertempat tinggal di
dunia bawah.” Dari contoh diatas dapat diketahui bahwa reaksi dari Tuan Bagunda Raja
berupa reaksi menyimak dan berusaha mengerti apa yang disampaikan bayi itu, sedangkan reaksi yang berupa emosi berasal dari bayi yang berada di dalam perut
istri Tuan Bagunda Raja karena adanya reaksi bayi itu berupa jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dari ayahnya Tuan Bagunda Raja.
Reaksi dari Tuan Bagunda Raja, istri dan bayi itu tidak ada yang berbeda. Artinya ketika Tuan Bagunda Raja bertanya, bayi menjawab dan istri Tuan
Bagunda Raja hanya mendengar, Tuan Bagunda Raja mendengar dan kembali bertanya lagi sehingga bayi itu kembali menjawab pertanyaan Tuan Bagunda Raja
dan istri Tuan Bagunda Raja tetap mendengar. Jadi dalam hal ini persepsinya dengan hal pokok yaitu bertanya, mendengar dan menjawab.
Universitas Sumatera Utara
Isi peristiwa tutur ini hanya meminta istri sebagai pendengar untuk menaruh perhatian saja. Diketahui pula dalam hal reaksi yang timbul dengan
lawan tutur dikategorikan sebagai kalimat interogatif yang isinya meminta agar pendengar atau orang yang mendengar tuturan itu memberi jawaban. Jadi, yang
diminta bukan hanya sekedar perhatian, melainkan jawaban.
4.2.2 Asal Mula Padi 4.2.2.1 Peristiwa Tutur Ketiga