memberitahukan tentang Si Beru Dayang atau yang menjadi bibit padi sebagai topik dalam cerita ini.
4.2.2.3 Peristiwa Tutur Kelima
Setting peristiwa tutur kelima ini berlangsung di ladang tempat padi itu tumbuh ketika penduduk Tanah Karo yang menanam padi pergi ke ladang padi
yang akan dituai. Scene atau suasana peristiwa tutur itu berlangsung pada saat orang tua pergi ke ladang padi yang akan dituai dan berjalan mengelilingi ladang
tersebut sambil berseru “Makanlah kalian wahai padi, makanan untuk kalian sudah kami sediakan. Sekarang kalian kami namakan Si Beru Dayang
Patunggungken Lubis, 1997: 9.” Participants peristiwa tutur yang kelima ini melibatkan beberapa pihak,
yaitu para penduduk Tanah Karo yang sedang mengelilingi ladang padi yang akan dituai untuk mempersembahkan makanan untuk padi tersebut dan menempatkan
jelmaan padi yang akan di tuai sebagai partisipannya. Bentuk komunikasi ini satu arah karena tidak ada respon verbal secara langsung para partisipannya.
Contoh: “Makanlah kalian wahai padi, makanan untuk kalian sudah kami
sediakan. Sekarang kalian kami namakan Si Beru Dayang Patunggungken Lubis, 1997: 9.”
Pada peristiwa tutur ini yang aktif berbicara hanyalah yang mempersembahkan makanan untuk jelmaan padi itu, namun demikian tidak
berarti penduduk yang lain tidak terlibat di dalamnya, mereka terlibat secara mentalsecara tidak langsung.
Universitas Sumatera Utara
Ends peristiwa tutur yang kelima ini mempunyai tujuan, yaitu tujuan ekspositif. Tujuan ekspositif maksudnya salah satu dari penduduk itu
menginformasikan sesuatu kepada jelmaan padi itu. Contoh:
“Makanlah kalian wahai padi, makanan untuk kalian sudah kami sediakan. Sekarang kalian kami namakan Si Beru Dayang Patunggungken
Lubis, 1997: 9.”
Act sequences atau bentuk bahasa pada peristiwa tutur kelima ini biasa- biasa saja, tidak ada yang berbeda seperti puitis, namun diselingi dengan gaya
bahasa kedaerahan yaitu penggunaan kata ‘Patunggungken’. Contoh:
“Makanlah kalian wahai padi, makanan untuk kalian sudah kami sediakan. Sekarang kalian kami namakan Si Beru Dayang Patunggungken
Lubis, 1997: 9.” Dari segi isi, peristiwa tutur dalam bentuk tuturan ini mengandung pokok
pikiran, yakni berupa pemberian nama atau menerangkan sesuatu. Key pada peristiwa tutur mengacu pada sikap, cara, dan suasana saat
peristiwa tutur berlangsung. Tuturan ini disampaikan oleh penduduk yang mempersembahkan makanan untuk padi itu yang memposisikan dirinya berjalan
mengelilingi ladang padi yang akan dituai. Instrumentalities atau jalur komunikasi pada peristiwa tutur yang keempat
dalam cerita Asal Mula Padi ini disampaikan secara lisan oleh penduduk yang mempersembahkan makanan untuk padi itu. Koderagam yang digunakan
merupakan koderagam resmi.
Universitas Sumatera Utara
Norm of interaction and interpretation mengacu kepada norma, aturan dan tingkah laku dalam berinteraksi. Tuturan ini disampaikan oleh penduduk yang
mempersembahkan makanan untuk padi itu yang memposisikan dirinya berjalan mengelilingi ladang padi yang akan dituai.
Genre atau jenis bentuk penyampaian tuturan pada peristiwa tutur kelima dalam cerita Asal Mula Padi ini disampaikan dalam bentuk berupa perintah dan
pemberitahuan atau keterangan tentang Si Beru Dayang. Contoh:
“Makanlah kalian wahai padi, makanan untuk kalian sudah kami sediakan. Sekarang kalian kami namakan Si Beru Dayang
Patunggungken Lubis, 1997: 9.” Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa reaksi dari para penduduk dan
jelmaan padi itu berupa reaksi mendengar apa yang disampaikan penduduk yang mempersembahkan makanan untuk padi itu.
Reaksi dari penduduk dan jelmaan padi itu tidak ada yang berbeda. Reaksinya sama tidak ada yang tergerak emosinya, jadi dalam hal ini persepsinya
disamakan yaitu berbicara dan mendengar. Isi peristiwa tutur ini hanya menempatkan para penduduk dan jelmaan Si
Beru Dayang sebagai pendengar saja. Diketahui pula dalam hal reaksi yang timbul dengan lawan tutur dikategorikan sebagai kalimat topik yang isinya untuk
memberitahukan tentang Si Beru Dayang atau yang menjadi bibit padi sebagai topik dalam cerita ini.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2.4 Peristiwa Tutur Keenam