Peristiwa Tutur Kesebelas Putri Ginting Pase .1 Peristiwa Tutur Kedelapan

kalimat interogatif dan deklaratif. Interogatif isinya meminta agar pendengar atau orang yang mendengar tuturan itu memberi jawaban. Jadi, yang diminta bukan hanya sekedar perhatian, melainkan jawaban. Contoh: “Sekarang apa yang kau kehendaki?” “Aku ingin agar kita segera pulang ke kampung asalku,” jawab Putri Ginting Pase. Deklaratif isinya hanya meminta lawan tutur untuk menaruh perhatian saja, sebab maksud si pengujar hanya untuk memberitahukan saja. Contoh: “Baiklah, dalam waktu dekat kita akan pulang ke sana,” kata suaminya.

4.2.3.4 Peristiwa Tutur Kesebelas

Setting peristiwa tutur kesebelas ini berlangsung di Tanah Karo ketika Putri Ginting Pase dan suaminya pulang ke kampung asal Putri Ginting Pase dan pengawal Putri Ginting Pase mengepung kampung itu sehingga penduduk kampung jadi ketakutan dan paman serta bibi Putri Ginting Pase berusaha melarikan diri. Scene peristiwa tutur itu berlangsung pada situasi ketika pengawal menghadapkan paman dan bibi Putri Ginting Pase kepada Putri Ginting Pase. Participants peristiwa tutur kesebelas ini melibatkan beberapa pihak, yaitu Putri Ginting Pase dan suaminya, para pengawal, serta paman dan bibi Putri Ginting Pase. Bentuk peristiwa tutur ini ialah komunikasi dua arah, yaitu terdapat respon verbal dari pihak penutur dan lawan tutur. Universitas Sumatera Utara Contoh: “Maafkanlah segala kesalahan kami kepadamu, Nak.” “Kesalahan paman dan bibi kepadaku dapat kumaafkan. Tetapi kesalahan membunuh kedua orang tuaku tak dapat dimaafkan,” sahut Putri Ginting Pase. “Untuk itu kalian berdua harus diberi hukuman,” kata suami Putri Ginting Pase Lubis, 1997: 26-27. Ends peristiwa tutur yang kesebelas ini mempunyai dua tujuan, yaitu persuatif dan argumentatif, tujuan pertama persuatif maksudnya dalam hal ini paman dan bibi Putri Ginting Pase membujuk Putri Ginting Pase untuk memaafkan kesalahan yang mereka lakukan terhadap Putri Ginting Pase. Contoh tujuan pertama:  Paman dan bibi Putri Ginting Pase memohon maaf kepada Putri Ginting Pase. “Maafkanlah segala kesalahan kami kepadamu, Nak.” Contoh tujuan kedua:  Putri Ginting Pase dan suaminya menanggapi pernyataan paman dan bibi Putri Ginting Pase. “Kesalahan paman dan bibi kepadaku dapat kumaafkan. Tetapi kesalahan membunuh kedua orang tuaku tak dapat dimaafkan,” sahut Putri Ginting Pase. “Untuk itu kalian berdua harus diberi hukuman,” kata suami Putri Ginting Pase Universitas Sumatera Utara Act sequences atau bentuk bahasa pada peristiwa tutur kesebelas ini biasa- biasa saja, tidak ada yang berbeda seperti puitis dan gaya bahasa. Peristiwa tutur ini merupakan tuturan yang memberikan pengetahuan kepada para partisipan apa yang diinginkan oleh lawan tuturnya. Contoh: “Maafkanlah segala kesalahan kami kepadamu, Nak.” “Kesalahan paman dan bibi kepadaku dapat kumaafkan. Tetapi kesalahan membunuh kedua orang tuaku tak dapat dimaafkan,” sahut Putri Ginting Pase. “Untuk itu kalian berdua harus diberi hukuman,” kata suami Putri Ginting Pase Lubis, 1997: 26-27. Dari segi isi, peristiwa tutur dalam bentuk tuturan ini mengandung dua pokok pikiran, yakni pengakuan dari paman dan bibi Putri Ginting Pase, dan tanggapan dari Putri Ginting Pase dan suaminya, Isinya sangat sesuai dengan peristiwa tutur yang biasa kita lihat pada komunikasi lain, yaitu berupa ruang pernyataan dan tanggapan. Key pada peristiwa tutur mengacu pada sikap, cara, dan suasana saat peristiwa berlangsung. Setelah Putri Ginting Pase tiba Di kampung asalnya, pengawal mengepung kampung itu. Pada saat itu paman dan bibi Putri Ginying Pase berusaha melarikan diri. Namun, pengawal Putri Ginting Pase berhasil menangkap mereka dan menghadapkan mereka kepada Putri Ginting Pase, lalu berkatalah mereka dengan terhiba-hiba kepada Putri Ginting Pase dan suaminya. Universitas Sumatera Utara Instrumentalities atau jalur komunikasi pada peristiwa tutur yang kesebelas ini disampaikan secara lisan oleh Putri Ginting Pase, paman, bibi dan suaminya dengan ragam resmi. Norm of interaction and interpretation mengacu kepada norma, aturan dan tingkah laku dalam berinteraksi. Peristiwa tutur ini disampaikan oleh paman dan bibi Putri Ginting Pase dengan cara terhiba-hiba memohon maaf kepada Putri Ginting Pase, namun Putri Ginting Pase tidak bisa memaafkan mereka karena telah membunuh orang tuanya sehingga suami Putri Ginting Pase menjatuhkan hukuman kepada paman dan bibi Putri Ginting Pase. Genre atau jenis bentuk penyampaian tuturan pada peristiwa tutur ini disampaikan dalam dua bentuk, yaitu berupa pernyataan dari paman dan bibi Putri Ginting Pase dan tanggapan dari Putri Ginting Pase dan suaminya. Contoh pernyataan paman dan bibi Putri Ginting Pase: “Maafkanlah segala kesalahan kami kepadamu, Nak.” Contoh tanggapan Putri Ginting Pase dan suaminya: “Kesalahan paman dan bibi kepadaku dapat kumaafkan. Tetapi kesalahan membunuh kedua orang tuaku tak dapat dimaafkan,” sahut Putri Ginting Pase. “Untuk itu kalian berdua harus diberi hukuman,” kata suami Putri Ginting Pase Dari contoh diatas dapat diketahui bahwa reaksi dari Putri Ginting Pase, suami, paman, dan bibinya berupa reaksi mendengar, menyimak dan berusaha mengerti apa yang disampaikan lawan tuturnya, reaksi yang berupa emosi berasal Universitas Sumatera Utara dari suami Putri Ginting Pase, karena adanya reaksi berupa penjatuhan hukuman terhadap paman dan bibi Putri Ginting Pase. Reaksi dari penutur dan lawan tutur tidak ada yang berbeda. Artinya ketika satu orang berbicara orang lain mendengarkan apa yang dibicarakan. Diketahui pula dalam hal reaksi yang timbul dengan lawan tutur dikategorikan sebagai kalimat interogatif dan deklaratif. Interogatif isinya meminta agar pendengar atau orang yang mendengar tuturan itu memberi jawaban. Jadi, yang diminta bukan hanya sekedar perhatian, melainkan jawaban. Contoh: “Maafkanlah segala kesalahan kami kepadamu, Nak.” “Kesalahan paman dan bibi kepadaku dapat kumaafkan. Tetapi kesalahan membunuh kedua orang tuaku tak dapat dimaafkan,” sahut Putri Ginting Pase. Deklaratif isinya hanya meminta lawan tutur untuk menaruh perhatian saja, sebab maksud si pengujar hanya untuk memberitahukan saja. Contoh: “Untuk itu kalian berdua harus diberi hukuman,” kata suami Putri Ginting Pase. Universitas Sumatera Utara

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian tentang pertuturan yang terdapat dalam Kumpulan Cerita Rakyat Dari Karo telah dilakukan, maka penulis dapat membuat beberapa simpulan sebagai berikut. Dari segi tindak tutur percakapan yang dikemukakan oleh J.L. Austin terdapat tiga jenis tindak tutur yang terdapat di dalam tuturan Kumpulan Cerita Rakyat Dari Karo yakni tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle, dapat dikatakan bahwa terdapat lima kategori tindak ilokusi yang terkandung dalam tuturan Kumpulan Cerita Rakyat Dari Karo, yaitu ilokusi asertif atau representatif, direktif, komisif, ekpresif, dan deklaratif, namun yang paling dominan adalah ilokusi direktif dan ilokusi deklaratif. Berdasarkan komponen peristiwa tutur yang dikemukakan oleh Dell Hymes, peristiwa tutur dalam Kumpulan Cerita Rakyat Dari Karo melengkapi delapan komponen pertuturan, yakni S settings, P participants, E ends, A act sequences, K key, I instrumentalities, N norms, dan G genres. Secara umum tujuan yang terkandung di dalam ketiga cerita ini bersifat naratif, yaitu mengungkapkan tentang penciptaan langit dan bumi di Tanah Karo, asal usul padi di Tanah Karo, dan mengungkapkan tentang cemburu dapat menghilangkan akal sehat. Universitas Sumatera Utara