Asal Mula Padi Jenis-Jenis Tindak Tutur dalam Kumpulan Cerita Rakyat dari Karo

termasuk ke dalam ilokusi asertif atau representatif, yaitu ilokusi yang bertujuan menanyakan dan menyatakan.

4.1.2 Asal Mula Padi

Cerita asal mula padi ini adalah cerita mitos. Cerita ini disebut mitos karena karena pada masa dahulu orang Karo percaya bahwa cerita ini memang benar terjadi. Di samping itu, di dalam cerita ini terdapat tokoh dewa yang menurunkan Si Beru Dayang ke atas dunia dan menjelmakannya menjadi padi agar dapat dipergunakan manusia sebagai bahan makanan. Contoh data 4: Kutipan wacana yang menunjukkan pertuturan dalam cerita Asal Mula Padi ini sebagai berikut. Pada waktu penduduk yang berkumpul itu asyik memperhatikan buah yang besar itu dengan perasaan takjub, tiba-tiba terdengar suara yang tidak diketahui dari mana asalnya. Suara itu mengatakan, “Buah yang besar itu adalah penjelmaan Si Beru Dayang yang diturunkan ke bumi. Kalian potong-potonglah buah itu sampai halus dan tanamlah potongan- potongannya yang halus itu. Kalau nanti Si Beru Dayang sudah tumbuh dan berbuah berilah dia makanan Lubis, 1997:7-8.” Dalam tuturan pada data 4 telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin. Lokusinya adalah menyampaikan kepada penduduk di Tanah Karo bahwa telah diturunkan Si Beru Dayang untuk dipotong-potong dan menanam potongan-potongan itu sebagai bibit padi yang akan menjadi makanan mereka. Tuturan pada data 4 mempunyai daya Universitas Sumatera Utara ilokusi memberi nasihat kompetitif. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya merupakan pemberian nasihat, maka daya perlokusinya adalah seharusnya kesadaran untuk melakukannya. Dengan demikian, setelah mendengar nasihat itu penduduk itu akan segera melakukan pesan atau nasihat dari suara yang mereka dengar itu. Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori. Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa tindak ilokusi yang terkandung dalam tindak tutur pada data 4 termasuk ke dalam ilokusi direktif, yaitu berfungsi menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh petutur, yaitu sang dewa memberi nasihat kepada penduduk Tanah Karo. Contoh data 5: Kutipan wacana yang menunjukkan pertuturan dalam cerita Asal Mula Padi ini sebagai berikut. Setelah buah padi itu mulai mengeras, setiap orang yang menanamnya membawa tepak ke ladang tempat padi itu tumbuh. Tepak tersebut berisi sirih dan telor ayam yang dipersembahkan untuk makanan padi tersebut. kemudian, orang yang membawa tepak itu mencabut tiga rumpun padi lengkap dengan bulir buahnya. Ketiga rumpun padi tersebut diikat menjadi satu kemudian diletakkan di atas tepak tempat sirih. Kemudian sirih yang terdapat di dalam tepak dimakan oleh orang yanng membawanya. Setelah selesai makan sirih berkatalah mereka, “Sekarang engkau kami beri nama Si Beru Dayang Pemegahken Lubis, 1997: 8.” Universitas Sumatera Utara Dalam tuturan pada data 5 telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin. Lokusinya merujuk kepada pemberian nama padi atau Si Beru Dayang. Tuturan pada data 5 mempunyai daya ilokusi pernyataan. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya merupakan pernyataan, maka daya perlokusinya adalah setelah membaca tuturan pada data 5 pembaca akan mengetahui bahwa setelah buah padi itu mulai mengeras akan dinamakan Si Beru Dayang Pemegahken. Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori. Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa tindak ilokusi yang terkandung dalam tindak tutur pada data 5 termasuk ke dalam ilokusi deklaratif yang menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan, yaitu memberi nama kepada Si Beru Dayang Pemegahken. Contoh data 6: Kutipan wacana yang menunjukkan pertuturan dalam cerita Asal Mula Padi ini sebagai berikut. Pada waktu menjelang menuai padi, orang-orang lebih dahulu menyelenggarakan upacara makan bersama di desa tempat tinggal mereka. Upacara tersebut merupakan upacara memberi makan padi. Setelah selesai makan bersama, beberapa orang tua pergi ke ladang padi yang akan dituai oleh penduduk. Mereka berjalan mengelilingi ladang tersebut sambil berseru, “Makanlah kalian wahai padi, makanan untuk kalian sudah kami sediakan. Sekarang kalian kami namakan Si Beru Dayang Patunggungken Lubis, 1997: 9.” Universitas Sumatera Utara Dalam tuturan pada data 6 telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin. Lokusinya merujuk kepada pemberian makanan dan nama padi atau Si Beru Dayang. Tuturan pada data 6 mempunyai daya ilokusi perintah dan pernyataan. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya merupakan perintah dan pernyataan, maka daya perlokusinya adalah setelah membaca tuturan pada data 6 pembaca akan mengetahui bahwa pada saat menjelang menuai padi penduduk Tanah Karo akan mengadakan upacara memberi makan Si Beru Dayang dan kembali memberi nama Si Beru Dayang Patunggungken. Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori. Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa tindak ilokusi yang terkandung dalam tindak tutur pada data 6 termasuk ke dalam ilokusi deklaratif yang menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan, yaitu memberi makan dan nama kepada Si Beru Dayang. Contoh data 7: Kutipan wacana yang menunjukkan pertuturan dalam cerita Asal Mula Padi ini sebagai berikut. Ketika hari yang ditentukan sudah tiba, mereka pun pergi beramai-ramai ke ladang untuk menuai padi. Sebelum mereka mulai menuai padi, beberapa orang tua lebih dahulu berseru kepada padi yang akan mereka tuai, “Sekarang kami akan menuai kalian, dan kalian kami namakan Si Beru Dayang Pepulungken Lubis, 1997: 10.” Universitas Sumatera Utara Dalam tuturan pada data 7 telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin. Lokusinya merujuk kepada pemberitahuan dan pemberian nama padi atau Si Beru Dayang. Tuturan pada data 7 mempunyai daya ilokusi pemberitahuan. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya merupakan pemberitahuan, maka daya perlokusinya adalah setelah membaca tuturan pada data 7 pembaca akan mengetahui bahwa pada saat menuai padi, penduduk Tanah Karo akan berseru bahwa mereka akan menuai padi itu dan kembali lagi memberi nama Si Beru Dayang Pepulungken. Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori. Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa tindak ilokusi yang terkandung dalam tindak tutur pada data 7 termasuk ke dalam ilokusi deklaratif yang menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan, yaitu memberi makan dan nama kepada Si Beru Dayang. Contoh data 8: Kutipan wacana yang menunjukkan pertuturan dalam cerita Asal Mula Padi ini sebagai berikut. Setelah padi dituai, beramai-ramai pula mereka mengiriknya. Padi yang sudah selesai diirik dikumpulkan dan orang-orang tua berseru kepada padi yang sudah terkumpul itu dengan mengatakan, “Sekarang kalian sudah kami kumpulkan, bertambah banyaklah kalian sampai menggunung dan sekarang kalian kami namakan Si Beru Dayang Petambunen Lubis, 1997: 10.” Universitas Sumatera Utara Dalam tuturan pada data 8 telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Austin. Lokusinya merujuk kepada pemberitahuan dan perintah kepada Si Beru Dayang. Tuturan pada data 8 mempunyai daya ilokusi menyuruh atau memerintah. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya merupakan perintah atau suruhan, dengan demikian daya perlokusinya adalah setelah membaca tuturan pada data 8 pembaca akan mengetahui bahwa pada saat menuai padi, penduduk Tanah Karo akan berseru bahwa padi atau Si Beru Dayang yang sudah mereka kumpulkan itu disuruh untuk bertambah banyak dan akan mereka beri nama kembali Si Beru Dayang Petambunen. Searle mengklasifikasikan tindak ilokusi berdasarkan maksud ke dalam lima kategori. Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa tindak ilokusi yang terkandung dalam tindak tutur pada data 8 termasuk ke dalam ilokusi direktif, yaitu ilokusi yang berupa tindakan yang dilakukan oleh petutur, yaitu memerintah dan ilokusi deklaratif yang menggambarkan perubahan dalam suatu keadaan, yaitu memberi makan dan nama kepada Si Beru Dayang.

4.1.3 Putri Ginting Pase