Peristiwa Tutur Kesepuluh Putri Ginting Pase .1 Peristiwa Tutur Kedelapan

Putri Ginting Pase, karena adanya reaksi berupa pertanyaan atas peryataan laki- laki yang hendak membeli Putri Ginting Pase. Reaksi dari pendengar dan penutur tidak ada yang berbeda. Artinya ketika satu orang berbicara orang lain mendengarkan apa yang dibicarakan. Diketahui pula dalam hal reaksi yang timbul dengan lawan tutur dikategorikan sebagai kalimat interogatif yang isinya meminta agar pendengar atau orang yang mendengar tuturan itu memberi jawaban. Jadi, yang diminta bukan hanya sekedar perhatian, melainkan jawaban.

4.2.3.3 Peristiwa Tutur Kesepuluh

Setting peristiwa tutur kesepuluh ini berlangsung pada suatu hari ketika suaminya bertanya mengapa dahulu dia datang ke Kahe yang begitu jauh dari Tnah Karo. Scene peristiwa tutur itu berlangsung pada situasi ketika suami Putri Ginting Pase mendengar cerita istrinya mengenai segala hal yang terjadi atas dirinya sehingga dia dibawa oleh pamannya ke Kahe untuk dijual. paman dan bibi Putri Ginting Pase datang kembali bersama seorang laki-laki yang hendak membeli Putri Ginting Pase. Participants peristiwa tutur kesepuluh ini melibatkan dua pihak, yaitu Putri Ginting Pase dan suaminya. Bentuk peristiwa tutur ini ialah komunikasi dua arah, yaitu terdapat respon verbal dari pihak penutur dan lawan tutur yakni antara Putri Ginting Pase dan suaminya. Contoh: “Sekarang apa yang kau kehendaki?” Universitas Sumatera Utara “Aku ingin agar kita segera pulang ke kampung asalku,” jawab Putri Ginting Pase. “Baiklah, dalam waktu dekat kita akan pulang ke sana,” kata suaminya Lubis, 1997: 26. Pada peristiwa tutur kesepuluh ini kedua partisipan aktif berbicara dalam bentuk tanya jawab antara Putri Ginting Pase dan suaminya. Ends peristiwa tutur yang kesepuluh ini mempunyai tiga tujuan, yaitu tujuan interogatif, tujuan argumentatif, dan tujuan persuatif. Pertama tujuan interogatif maksudnya suami Putri Ginting pase menanyakan sesuatu kepada Putri Ginting Pase. Kedua tujuan argumentatif, maksudnya memaparkan jawaban dari pertanyaan suami Putri Ginting Pase. Ketiga tujuan persuatif, maksudnya berupa ajakan kepada Putri Ginting Pase. Contoh tujuan pertama:  Suami Putri Ginting Pase menanyakan apa yang diinginkan Putri Ginting Pase. “Sekarang apa yang kau kehendaki?” Contoh tujuan kedua:  Putri Ginting Pase menjawab pertanyaan dari suaminya. “Aku ingin agar kita segera pulang ke kampung asalku,” jawab Putri Ginting Pase. Contoh tujuan ketiga:  Suami Putri Ginting Pase menawarkan sesuatu. “Baiklah, dalam waktu dekat kita akan pulang ke sana,” kata suaminya. Universitas Sumatera Utara Act sequences atau bentuk bahasa pada peristiwa tutur tanya jawab kesepuluh ini biasa-biasa saja, tidak ada yang berbeda seperti puitis dan gaya bahasa. Peristiwa tutur ini merupakan tuturan yang memberikan pengetahuan kepada para partisipan apa yang diinginkan oleh lawan tuturnya. Contoh: “Sekarang apa yang kau kehendaki?” “Aku ingin agar kita segera pulang ke kampung asalku,” jawab Putri Ginting Pase. “Baiklah, dalam waktu dekat kita akan pulang ke sana,” kata suaminya Lubis, 1997: 26. Dari segi isi, peristiwa tutur dalam bentuk tuturan ini mengandung tiga pokok pikiran, yakni pertanyaan dari suami Putri Ginting Pase, jawaban dari Putri Ginting Pase, dan tawaran dari suami Putri Ginting Pase. Isinya sangat sesuai dengan peristiwa tutur yang biasa kita lihat pada komunikasi lain, yaitu berupa ruang pertanyaan dan jawaban. Key pada peristiwa tutur mengacu pada sikap, cara, dan suasana saat peristiwa berlangsung. Seperti yang kita ketahui bahwa setelah paman dan bibinya meninggalkan Putri Ginting Pase di Kahe, dia bertemu dengan seorang laki-laki yang menikahinya. Pada suatu hari suami Putri Ginting Pase memintanya untuk bercerita bagaimana dia bisa sampai di Kahe. Oleh sebab Putri Ginting Pase bercerita mengenai segala hal yang dia alamai hingga sampai di Kahe sehingga suaminya menanyakan apa yang diinginkan oleh Putri Ginting Pase. Instrumentalities atau jalur komunikasi pada peristiwa tutur yang kesepuluh ini disampaikan secara lisan oleh Putri Ginting Pase dan suaminya dengan ragam resmi. Universitas Sumatera Utara Norm of interaction and interpretation mengacu kepada norma, aturan dan tingkah laku dalam berinteraksi. Seperti yang kita ketahui bagaimana percakapan antara suami dan istri, maka dapat kita bayangkan bagaimana aturan percakapan antara Putri Ginting Pase dan suaminya dalam peristiwa tutur kesepuluh ini. Bisa jadi sikap dalam percakapan itu terjadi dalam percakapan semuka. Suami Putri Ginting Pase mendengarkan semua cerita Putri Ginting Pase mengenai segala hal yang dia alami hingga sampai di Kahe. Genre atau jenis bentuk penyampaian tuturan pada peristiwa tutur ini disampaikan dalam tiga bentuk, yaitu berupa pertanyaan suami Putri Ginting Pase, jawaban Putri Ginting Pase, dan tawaran suami Putri Ginting Pase. Contoh: “Sekarang apa yang kau kehendaki?” “Aku ingin agar kita segera pulang ke kampung asalku,” jawab Putri Ginting Pase. “Baiklah, dalam waktu dekat kita akan pulang ke sana,” kata suaminya Lubis, 1997: 26. Dari contoh diatas dapat diketahui bahwa reaksi dari Putri Ginting Pase dan suaminya berupa reaksi mendengar, menyimak dan berusaha mengerti apa yang disampaikan lawan tuturnya, reaksi yang berupa emosi berasal dari kedu partisipan, karena adanya reaksi berupa pertanyaan dan jawaban antara kedua partisipan, yaitu antara Putri Ginting Pase dan suaminya. Reaksi dari penutur dan lawan tutur tidak ada yang berbeda. Artinya ketika satu orang berbicara orang lain mendengarkan apa yang dibicarakan. Diketahui pula dalam hal reaksi yang timbul dengan lawan tutur dikategorikan sebagai Universitas Sumatera Utara kalimat interogatif dan deklaratif. Interogatif isinya meminta agar pendengar atau orang yang mendengar tuturan itu memberi jawaban. Jadi, yang diminta bukan hanya sekedar perhatian, melainkan jawaban. Contoh: “Sekarang apa yang kau kehendaki?” “Aku ingin agar kita segera pulang ke kampung asalku,” jawab Putri Ginting Pase. Deklaratif isinya hanya meminta lawan tutur untuk menaruh perhatian saja, sebab maksud si pengujar hanya untuk memberitahukan saja. Contoh: “Baiklah, dalam waktu dekat kita akan pulang ke sana,” kata suaminya.

4.2.3.4 Peristiwa Tutur Kesebelas