Sistem Irigasi Pengairan di Baktiraja

Ketujuh kelompok marga tersebut sebagai marga raja atau marga partano yaitu marga pemilik daerah tipang, yang secara terus menerus menempati Tipang hingga saat ini yang diyakini sebagai Bona Ni Pinasa.

4.1.3 Sistem Irigasi Pengairan di Baktiraja

Padapengelolaan tanah persawahan di Bakkara dan Tipang masih marturpuk-turpuk atau berkelompok, belum memiliki tali air yang baik, sehingga pengelolahan sawah untuk pertanian hanya memanfaatkan tanah atau lokko-lokko dan mimir ni aekair dari atas bukit karena kondisi sungai di Tipang yang curam, hal ini menyebabkan sumber air yang dapat dimanfaatkan pada suatu komplek persawahan petani umumnya cukup jauh dan terbatas. Seiring dengan pertambahan garis keturunan ketujuh marga di Tipang serta keterbatasan lahan persawahan yang sempit memaksa sebagian besar dari keturunannya cepat berimigrasi ke wilayah Humbang. Maka ada kesepakatan bagi yang masih tetap bertahan di Tipang untuk membuat sanksi bagi yang sudah meninggalkan Tipang disebut dalam bahasa Batak “molo nungga tundal sian solotanbila sudah meninggalkan tempatnya perbatasan Tipang dengan Bakkara maka yang meninggalkan Tipang tidak bole h lagi mewarisi tanah bagiannya’’. Tujuh marga di Tipang yang masih bertahan di Tipang duduk bersama di lokasi Toguan untuk membicarakan hukum-hukum yang sesuai dengan ruhut-ruhut paradatonaturan-aturan, pembukaan irigasi talian serta pembukaan lahan persawahan baru serta pembagian lahan persawahan secara adil dan merata. Latar belakang ditetapkannya hukum-hukum sistem irigasi talian ini ratusan tahun yang lalu tujuannya memanfaatkan air terjun yang ada di Tipang dan sungai yang melintasi desanya, diyakini dapat mengaliri persawahan sepanjang tahun, sehingga memungkinkan keturunannya dapat mengolah lahan kering menjadi lahan persawahan yang lebih luas lagi. Karena kondisi lingkungan irigasi talian yang harus dikerjakan harus disesuaikan dengan letak persawahan dimana fotografinya yang berundak susunan tanah dan batu bertingkat-tingkat, mereka juga memikirkan cara menembus bukit cadas dengan cara memahat, irigasi talian yang akan dikerjakan dekat dengan bukit yang terjal, memindahkan batu-batuan yang menghalangi saluran yang akan dibuka, pengaturan kemiringan dan lekukan saluran air, membuat saluran air yang harus melalui lembah, pengaturan saluran Universitas Sumatera Utara masuk dan keluarnya air disesuaikan dengan topografi sungai-sungai kecil, semua perencanaan ini tidak akan berhasil jika tidak diikuti campur tangan manusia dengan pola piker bersama serta tingkat intelektual yang mereka miliki untuk dapat menyalurkan air sungai yang melintasi desanya ke wilayah persawahan baru. Dalam perencanaan pembukaan irigasi dan lahan persawahan baru mereka mendapat permasalahan yaitu kekurangan tenaga untuk membuka irigasi tersebut maka disepakati memanggil saudara dari ketujuh marga tersebut dari wilayah Bakkara dan Humbang. Untuk saudaranya yang dipanggil untuk tinggal di Tipang ada sebutan “tano na tinundalhon tano na ni dapothon, manjou sian na jonok manghirap sian na dao”. Yang artinya yang sudah meninggalkan Tipang, dipanggil kembali karena diperlukan untuk membuka talian irigasi dan membagi lahan persawahan. System irigasi talian yang akan ditetapkan kelompok kerja dengan sebutan Sihali Aek adalah sistem pengelolaan pendistribusian aliran air untuk lahan persawahan, implementasi konsep kegiatan dalam pembukaan irigasi talian ini tidak selalu mengenai pertanian saja, tetapi manifestasi luar biasa yang menggabungkan nilai-nilai tradisional dan interaksi sosial antara ketujuh marga yang termasuk dalam kelompok ritual keagamaan pada zamannya, juga terbukti menciptakan pembagian tanah golat yang teratur, rapi dan demokratis, maka hasil rapat memutuskan untuk membuka dan mengerjakan Talian irigasi pertama : Nama kelompok kerja : Sihali aek Toba Nama Irigasi talian : Panaharan Panjang Irigasi : 4000 mtr dari batang aek sampai puncu ni aek Jumlah pekerja kelompok : 60 kepala keluarga Jumlah Parhra : 2 orang Tingkat kesulitan lokasi : membuat lebar irigasi lebar 1,5 mtr dan tinggi 1-2 mtr Tujuannya : supaya dapat mengaliri persawahan 60 persen dari sawah sekarang. Hasilnya : irigasi berfungsi dengan baik, sampai sekarang masih dapat digunakan. Karena irigasi pertama belum dapat mengairi sebagian lagi persawahan karena kontur tanah berundak teras bertingkat-tingkat dari atas bukit hingga pinggiran Danau Toba, maka masyarakat umum memilih lagi 60 kk untuk bekerja membuka irigasi talian ke dua : Universitas Sumatera Utara Nama kelompok kerja : Sihali aek Dolok Nama Irigasi talian : Ulu ni aek hulu sungai Panjang Irigasi : 2500 meter dari Hulu sungai pertama sampaiSirongit Jumlah pekerja kelompok : 60 kepala keluarga Jumlah Parhara : 2 orang Tingkat kesulitan lokasi : tingkat kemiringan lokasi kerja 45 derajat dan lebar irigasi 1 mtr dan tinggi 1 sd 3 mtr Tujuannya : supaya dapat mengaliri persawahan 40 persen lagi Hasilnya : talian berfungsi dan sekarang dapat digunakan penduduk setempat. Ada beberapa irigasi talian lain yang memiliki panjang 500 meter seperti irigasi talianSitanduk ni Hambing, Siamboga, Hauma Bulu yang dikombinasikan dengan saluran irigasi besar. Setelah pembukaan irigasi talian pertama dan kedua selesai dikerjakan maka pembagian lahan persawahan dilakukan, yang ikut membagi tanah untuk persawahan hanyalah yang ikut dalam kelompok Si Hali Aek dan parhara. a. Pembagian Golat Pertama : diukur dari Habinsaran ke Hasundutan dengan sistem kelompok marga masing-masing memiliki tiga atau empat petak persawahan, demikian selanjutnya untuk marga yang lain secara berurutan tiap marga yang ada di Tipang. b. Pembagian Golat ke dua : jika panjang sawah dari pembagian pertama kurang panjangnya maka disepakati lagi pembagian sawah dengan pengukuran dari Dolok ke Toruanatas ke bawah. Parhara dalam hal ini bertindak sebagai yang ditugasi untuk menyampaikan undangan kepada kelompok sihali aek dan mendapat bagian sawah.Setiap petak atau kontur sawah yang dibagi mempunyai nama, sehingga kita menemui 45-55 nama sawah yang dibagi secara merata. Keberhasilan irigasi talian yang dikerjakan dengan pola kerjasama ini telah memberikan hasil karena ketercukupan pasokan air sepanjang tahun sehingga lahan Universitas Sumatera Utara persawahan dapat diolah dua kali setahun untuk tanaman padi dan pola tanam padi dilakukan serentak. Setelah semua yang ikut dalam kelompok memiliki sawah, maka dibagi lagi hak-hak khusus seperti : 1. Upa Gogo yaitu berupa bagian sawah tambahan 60 bagian untuk si Hali Aek Toba dan 60 bagian untuk Sihali Aek Dolok 2. Upa Parhara yaitu mempunyai bagian sawah yang diterima sebagai pengawas irigasi dan pengundang untuk kegiatan rutinitas ritual setiap tahun maka dia mendapat dua kali lebih luas dari upah gogo. 3. Upa jolo yaitu berupa bagian sawah sebagai penghormatan kepada Raja Jolo tiap turpuk marga. 4. Upa Lehu yaitu bagian sawah yang ditrima sebagai hak intelektual salah seorang warga yaitu boru Hutasoit, karena perannya mangalehu memutar peta aliran air, kalau hal ini tidak dilakukan maka 30 persen lahan persawahan tidak akan dapat dialiri air, bagian sawah tersebut masih ada sampai sekarang menjadi milik bersama marga Hutasoit. 5. Upa Rongit yaitu kemampuan warga masyarakat untuk mengolah lahan tersebut karena banyaknya rongit atau nyamuk dilokasi tersebut. 6. Upa Bodil yaitubagian sawah yang dikerjakan berdasrkan keberaniannya, karena letaknya yang terdapat dilokasi yang terjal dan sewaktu mengerjakannya sering longsor tanah dan bebatuan. 7. Upa Datu yaitu bagian sawah yang diterima perseorangan atau lebih yang berperan memberikan petunjuk supra natural dan partonggoan mendoakan sewaktu membuka irigasi tersebut. 8. Upa Mate yaitu bagian sawah yang diterima perorangan karena waktu pembukaan irigasi mengalami kecelakaan kerja dan meninggal dunia. 9. Upa Tundal yaitu bagian sawah yang diterima perorangan atau lebih karena bertugas menjumpai kelompok marganya ke tempat lain agar mau ikut berpartisipasi membuka irigasi. 10. Upa Baringin yaitu bagian sawah yang diterima perorangan karena berperan sebagai kepala dalam huta, sosor, dan humban. 11. Tanding yaitu bagian tanah perswahan yang merupakan sisa yang tidak terbagi lagi, di ujung kaki bukit yang curam, siapa saja boleh menguasai tanah tersebut sesuai kekuatannya. Universitas Sumatera Utara 12. Hauma Kongsi yaitu sebidang tanah persawahan yang diberikan kepada kelompok marga pomparan yang tetap berdiam di Tipang yang dikerjakan bergantian setiap tahun. Prosesi ritual sistem irigasi dengan sebutan kelompoknya yaitu sihali aek dibagi 2 : 1. Ritual pembersihan saluran irigasi atau talian setiap tahun dilaksanakan pada bulan Juni. 2. Ritual mangan indahan siporhis setiap tahun dilaksanakan pada bulan Oktober. Ritual khusus yang pernah dilakukan oleh sesepuh kelompok si Hali Aek adalah jika musim kemarau panjang, walaupun air tetap mengalir dipetak sawah tetapi kalau hujan tidak turun akan mempengaruhi produksi padi saat itu, maka Raja Jolo Sihali Aek akan dibawa ke batang air dan disirami oleh anggota kelompoknya dan menyuarakan “Ro panggurguri, ro panggurguri” secara berulang-ulang maksudnya datanglah hujan penyejuk untuk tanaman dan Raja Jolo Sihali Aek akan diarak kelilingi kampung sambil disirami air. Gambar Sihalian Aek. Universitas Sumatera Utara Gambar Gotong Royong Membersihkan Sihalian Aek.

4.2.1 Tahapan menanam padi di Baktiraja