Kearifan Lokal Bertani Padi

2.1.2. Kearifan Lokal Bertani Padi

Pada umumnya masyarakat Batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap keluarga mendapat tanah tetapi tidak boleh menjualnya. Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar Danau Toba.Eme atau padi merupakan tanaman budidaya masyaraat Batak, baik di hauma persawahan atau perladangan menanam padi, balian sawah. Masyarakat tradisional Batak Toba bercocok tanam padi di sawah dan juga mengolah ladang. Pengelolaan tanaman padi di sawah banyak terdapat di pinggiranDanau Toba. Hal ini disebabkan oleh daerah tersebut adalah dataran yang landai dan terbuka sehingga memungkinkan untuk bercocok tanam padi di sawah. Sedangkan ladang banyak terdapat di daerah sebelah Utara Karo, Simalungun, Pakpak, dan Dairi. Kawasan ini berhutan lebat dan tertutup serta berupa dataran tinggi yang sejuk sehingga mengakibatkan lahan ini lebih memungkinkan untuk pengolahan ladang. Jika anda mendengar daerah Karo sebagai penghasil sayuran dan buah yang potensial, ini adalah salah satu dampak positif yang dihasilkan oleh keberadaan bentuk lahan tersebut. Dalam hal bercocok tanam atau pertanian yang terdiri dari bersawah dan berkebun pada masyarat Batak diusahakan di lembah-lembah celah atau bukit yang dapat diairi. Supaya tanahnya subur, lahannya diberi pupuk atau dalam bahasa Batak disebut takkal.Penggunaan Takkal pupuk dalam mengusahakan lahan persawahan dapat menghasilkan beras sebagai bahan makanan utama. Pertanian dan bagaian mengolahlahan pertanian merupakan hasil dari suatu kebudayaan yang sudah diturunkan selama puluhan tahun. Bahkan, sampai ratusan tahun kepada generasi berikutnya yang berasal dari nenek moyang mereka. Pertanian suku Batak juga tidak akan lepas dari kebiasaan bekerjasama yang disebut Marsiurupan. Masyarakat akan bekerja sama untuk mengolah lahan pertanian penduduk yang satu, dan sebaliknya. Biasanya kerja sama akan dilakukan ketika musim menanam, mengola tanaman, dan musim panen. Sebelum teknologi pengolahan pangan mencapai daerah tanahBatak, hasil pengolahan tanaman padi di sawah hanya dapat menghasilkan panen satu kali dalam satu tahun. Hal ini disebabkan oleh pengolahan tanah yang tidak begitu baik, irigasi yang terbatas dan juga tanpa Universitas Sumatera Utara penanganan tanaman yang terampil. Demikian halnya dengan hasil pengolahan tanaman di ladang, hanya dapat menghasilkan panen satu hingga dua kali saja lalu kemudian lahan tidak dapat digunakan lagi. Kemudian ladang tersebut akan ditinggalkan dan berpindah ke ladang yang baru. Pembukaan ladang yang baru dimulai dengan pemilihan lahan melalui ritual bersama seorang datu dukun yang disebut parma-mang. Lahan yang biasanya dijadikan ladang adalah lahan yang tidak ditempati atau kawasan hutan alami yang belum dijamah oleh manusia. Kemudian lahan tersebut dibersihkan dengan cara dibakar. Upacara selanjutnya adalah memberikan sesaji kepada penunggu lahan agar tidak mengganggu pengolah ladang dan juga sekaligus sebagai upacara pemilihan hari baik untuk mulai menanam. Selama musim pembukaan lahan ini, masyarakat kampung dilarang untuk keluar-masuk kampung. Hal ini dilakukan untuk menghindari mala petaka dan bahaya yang mungkin terjadi karena penunggu lahan yang merasa terusik. Sekarang keberadaan datu ini sudah tidak menjadi dominan lagi, akan tetapi kebiasaan membuka lahan baru ini masih ada. Tanaman yang sering ditanam di ladang ini adalah padi, tebu, tanaman obat, ubi, sayur- sayuran dan mentimun.. Bercocok tanam sudah lama dikenal di daerah Batak Toba, khususnya bersawah dan berladang, yang mana makanan penduduk utamanya adalah beras. Disamping itu padiberas sangat berfungsi dalam upacara adat. Dari survei awal pada masyarakat Batak Toba di desa Baktiraja, melaksanakan bermacam-macam upacara untuk bercocok tanam dimulai dari masa menanam padi, masa mengolah padi dan, masa memanen padi. Upacara ini dilakukan untuk menyatakan terima kasih kepada Tuhan maupun penguasa alam agar tanaman-tanaman subur dan banyak hasilnya. Tetapi juga dapat dilaksanakan dengan pengharapan agar apapun dikerjakan di ladang maupun sawah mendapat hasil yang berlimpah ruah.Beralih kepada masa pengaruh perkembangan ekonomi terhadap pertanian di tanah Batak. Pengaruh perkembangan perekonomian tersebut mulai terlihat ketika penjajah memasuki daerah Tanah Toba. Salah satu upacara adat menanam padi pada masyarakat Batak Toba di Baktiraja berhubungan dengan Batu Siungkap-ungkapon. Konon Batu Siungkap-ungkapon ini adalah Batu yang bertuah yang memiliki kekuatan spiritual masa itu. Pada waktu jaman dahulu pekerjaan masyarakat mayoritas adalah bertani padi, dimana masyarakat sangat percaya jika Universitas Sumatera Utara hasil tanaman padi subur dan panen melimpah adalah tanah yang mereka garap di berkati oleh Oppu Mula Jadi Na Bolon Tuhan pencipta langit dan bumi beserta isinya.. Setelah beberapa hari setelah upacara dilakukan muncullah semut merah atau semut bertelur putih dari Batu Siungkap-ungkapon. Jika hanya semut merah saja keluar dari Batu Siungkap-ungkapon tersebut bertanda sebagaian tanah tidak akan menghasilkan panen yang baik. Jika semut merah bertelur putih bertanda bahwa tanaman tidak akan diserang oleh hama tanaman dan hasil panen melimpah. Petunjuk keluarnya semut merah inilah pemimpin akan mengumumkan kepada masyarakat kapan waktu yang tepat untuk bercocok tanam.

2.2 Teori yang Digunakan