Metode Analisis Data Kesimpulan

3.5 Metode Analisis Data

Metode analis data adalah metode atau cara peneliti dalam mengolah data mentah sehingga menjadi data akurat dan ilmiah. Pada dasarnya dalam menganalisis data diperlukan imajinasi dan kreativitas sehingga diuji kemampuan peneliti dalam menalar sesuatu.Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. metodeanalisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai Kearifan Lokal Bertani Padi secara umum. Dalam metode bertani padi dan teori kearifan lokal penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menuliskan data dan menganalisis dari lapangan. 2. Data yang diperoleh diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. 3. Setelah data diterjemahkan kemudian diklasifikasikan sesuai dengan objek penelitian 4. Setelah diklasifikasikan, data-data dinalisis sesuai dengan kajian yang telah ditetapkan. 5. Membuat kesimpulan. Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Baktiraja Sebagai Lokasi Penelitian

Humbang Hasundutan adalah sebuah kabupaten di Sumatera Utara, Indonesia. Dibentuk pada 28 Juli2003, kabupaten ini mempunyai luas sebesar 2.335,33 km² dan beribukotakan Dolok Sanggul. Semboyan Kabupaten Humbang Hasundutan adalah Huta Mas Humbang Hasundutan Mandiri dan Sejahtera. Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri dari 10 kecamatan yaitu: 1. Baktiraja 2. Dolok Sanggul 3. Lintong Nihuta 4. Onan Ganjang 5. Pakkat 6. Paranginan 7. Parlilitan 8. Pollung 9. Sijama Polang 10. Tarabintang Kecamatan Baktirajaterdiri dari 8 desa yaitu : 1. Desa Marbun 2. Desa Marbun Dolok 3. Desa Marbun Tonga 4. Desa Simamora 5. Desa Simangulampe 6. Desa Sinambela 7. Desa Siunong-Unong Julu 8. Desa Tipang Universitas Sumatera Utara Peta Kab.Humbang Hasundutan Universitas Sumatera Utara Kecamatan Baktiraja dalam penetapannya menjadi kecamatan adalah singkatan dari Bakkara, Tipang Haroroan ni Rajaasal raja “karena di wilayah Bakkara ada Raja Na Onomraja yang enam dan Tipang dengan sebutan Raja Na Pitu ” raja yang tujuh. Bakkara artinya tempat kediaman yang teduh damai nama ini diberi oleh seorang Raja yang bernama Raja Oloan, sebagai pembuka lahan pemukiman. Bakkara kemudian diberikan sebagai nama anak laki-laki pertamanya dari istri kedua Siboru Pasaribu. Bakkara menjadi satu marga yang disandang oleh keturunannya. Marga dalam masyarakat Batak adalah nama keluarga dari satu keturunan leluhur, dan membentuk kelompok masyarakat yang mendiami suatu kampung. Sebutan Bakkara berasal dari kata “Bangka” dan “ra” dalam bahasa Batak Toba Bangka dengan dialek Batak Toba diucappkan “bakka” artinya tekikan pada kayu, dan “ra” artinya akan terjadi mungkin. Pada masyarkat Tradisional untuk dapat memanjat pohon seperti pohon kelapa dengan cara membuat takikan pada batangnya. Dengan adanya takikan ini akan lebih mudah sampai diatas pohon dan tidak tergelincir. Kata Bakkara juga kemungkinannya bersal dari kata “bangkar” dan “ra”. Bangkar dalam bahsa Batak Toba artinya kulit pohon enau yang keras pada cabang bawah dan meliliti ijuk.Di Bakkara dahulu terdapat banyak pohon enau. Dari kedua kata tersebut dapat disimpulkan makna filosofi dari leluhur Batak memulai kehidupan di wilayah ini yaitu harapan bahwa tanah tersebut menjadi tempat pemukiman dan berketurunan, serta wilayah perlindungan ideal untuk mencapai tingkat kesejahtraan kehidupan. Oleh karena itu Bakkara adalah “ tanah harapan untuk permukiman yang damai, aman dan sejahtera”. Bakkara merupakan nama sebuah desa di lembah yang diapit pegunungan dataran tinggi Toba, terletak diBarat daya Danau Toba. Jumlah penduduknya tahun 2006 sekitar 1.600 jiwa, 400 kepala keluarga.Mayoritas suku Batak Toba, keturunan marga Bakkara, Sinambela, Sihite, Simanullang, Marbun dan Simamora.Mata pencaharian penduduk bertani padi, palawija cabai, bawang, tomat, sebagian kecil lahan pertanian ditanami kopi dan coklat. Wilayah sub desa di Bakkara diantaranya Huta Tinggi, Huta Ginjang, Huta Siunong- unong Julu, Sitedak, Lumban Sibabiat, Sionggang, Simangulampe, Huta Sihite, Huta Sinambela, Huta Simanullang, Onan pasar setiap hari Rabu, Onan Lobu dermaga kapal, Universitas Sumatera Utara Huta Marbun, Sosor Tangga, Sosor Gonting, Janji Raja perbatasan Tipang dan wilayah Muara. Salah satu cirri khas perkampungan marga adalah pohon Hariara, yang masih ada hingga kini di Lumban Raja, Siunong-unong Julu, Huta Simanullang, Huta Sinambela, dan Huta Marbun. Bakkara beriklim sejuk dan pemandangannya indah permai.Bakkara sebagai situs sejarah kebudayaan Batak dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di tanah Batak melawan Belanda selama 30 tahun 1877-1907 di bawah pimpinan Raja Sisingamangaraja dari Bakkara. Sebagai mana yang disebutkan di atas Kecamatan Baktiraja membawahi beberapa desa yang salah satunya adalah Desa Tipang yang mempunyai jarak tempuh sekitar 20Km dari pusat Ibu kota Humbang Hasundutan yaitu kota Dolok Sanggul. Menurut letak geografis Pemerintah, Desa Tipang beriklim tropis dan berada pada ketinggian 900-1300 di atas permukaan laut. Desa Tipang dengan batas-batas wilayah sebagai berikat : Sebelah Timur : Danau Toba. Sebelah Selatan : Kota Bakkara. Sebelah Barat : Sisi terjal bukit arah Siria-siria. Sebelah Utara : Desa Janjiraja, Kabuten Samosir. Sebelumnya Desa Tipang terbagi atas tiga desa yang dipimpin tiga orang kepala desa yaitu . 1. Desa Tipang Dolok 2. Desa Tipang Habinsaran 3. Desa Tipang Hasundutan Pada tahun 1996 ke tiganya digabung menjadi satu yang disebut menjadi Desa Tipang saja, dan desa sebelumnya diubah menjadi dusun. 1. Desa Tipang Dolok ditetapkan menjadi Dusun III 2. Desa Tipang Hasundutan ditetapkan menjadi Dusun II 3. Desa Tipang Habinsaran ditetapkan menjadi Dusun I Universitas Sumatera Utara Pada table kependudukannya tahun 2011 desa Tipang adalah desa yang memiliki wilayah paling luas diantara desa yang terletak di Kecamatan Baktiraja, dihuni 458 kepala keluarga dan 1.800 jiwa, umumnya yang bermukim di desa Tipang adalah keturunan Pomparan Raja Sumba yaitu Toga Sihombing dan Toga Simamora, dalam kehidupan sehari- hari menjalankan falsafah Dalihan Natolu saling hormat mengormati. Nama Tipang diambil dari nama tanam an yang disebut :”duhut-duhut simardimpos dohot tano simarhilop ” yang artinya sejenis tanaman yang tumbuh diantara tanah gersang dan berbatu-batu, yang berarti keadaan tanah yang ditempati tidak subur dan berbukit-bukit tidak teratur. Dalam mengatur hubungan kekerabatan, mereka membuat aturan bersama yaitu mengatur bagian-bagian huta kampung dan ketertiban hutakampung, maka dipilihlah “kepala dalam huta” dan “raja jolo dari setiap marga sekaligus raja bius dalam peradaban”. Pertambahan anggota keturunan marga mengakibatkan pertambahan huta atau dengan sebutan lain seperti lumban, sosor, lobudan lain-lainl yang dibuka disekitar huta yang pertama. Untuk mendukung suatu kegiatan pengambilan keputusan tentang hukum-hukum pertanian, hukum-hukum peradaton, hukum-hukum pembukaan irigasi atau talian dan hukum-hukum pembagian lahan secara demokratis makaketujuh marga yang bermukim di Tipang menyepakati tempat parapotanrapat 25 x 40 M ditengah parhutaan ni marga Hutasoitdi tengah kampung marga Hutasoit, lokasi itu dinamai toguantempat berkumpul. Toguan memiliki arti yang sangat luas saat itu : a Parsanggul baringin simamora,pangulutaon sihombing, amang pangoloi, inang na nioloan. b Parapotan ni raja na pitu musyawarah dari raja yang tujuh untuk meletakkan dasar- dasar hukum kehidupan masyarakat Tipang. c Tempat menjalankan ritual doa, persembahan dan tempat horjapesta dan kerja. Raja na pituraja biusTipang berarti ada tujuh marga yang bermukim di Tipang yaitu orang yang pandai dalam adat dalam kedudukannya sebagai pelaksana kontrol sosial atau panimbangi, dalam melaksanakan hukum adat atau aturan paradaton, mengatur ketertiban huta, atau bagian-bagian huta seta memutuskan suatu gelar acara yang juga dapat memberi nasihat kepada marga raja, serta pengaturan adat istiadat yang berlaku sesuai dengan tatanan kehidupan yang ada. Universitas Sumatera Utara Fungsi Raja na pituraja biusTipang sekarang hanyalah dalam pelaksanaan horja bius matua natua-tua atau acara peresmian tugu dan mangongkal holi, tetapi dalam sistem paradaton mengikutkan ke tujuh marga yang telah ditetapakan. Adapun ciri khas yang masih dimiliki sampai sekarang antara lain: 1. Memiliki asal-usul atau keturunan berdasarkan susunan asli abadi yang disebut marga raja ataumarga partano. 2. Memiliki sistem pembagian tanah warisan yang disebut golat. 3. Memiliki lembaga adat istiadat yaitu komunitas bona pasogit raja na pituTipang 4. Memiliki lokasi untuk melaksanakan rapat Raja na pitu, ritus dan horja disebutToguan. 5. Memiliki kelompok kerja irigasi atau talian yang disebut sihali aek dolok dan sihali aek toba. 6. Memiliki ritual atau upacara yang digelar setiap tahun yaitu pangkalion ni aek dan mangan indahan siporhis. 7. Memiliki lagu dan umpasa khusus untuk sihali aek. 8. Memiliki rumah adat khas batak yaitu rumah bolon. 9. Memiliki jenis ikan khas batak yaitu ihanBatak. 10. Disetiap lokasi huta, lumban, sosor, lobu masih dapat dijumpai losung. Losung pada umumnya dipakai sebagai alat menumbuk padi untuk menjadi beras, losung dipahat dari batu umumnya losung memiliki satu lubang, tetapi ada juga yang mempunyai dua dan tiga lubang , menurut perkiraan masih ada sekitar 120 lagi losung batu yang ditempatkan dirumah penduduk. Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Marga-marga di Baktiraja

Kita meyakini bahwa kehidupan sekarang dan kehidupan keturunan atau pomparan kita adalah salah satu kehidupan nenek moyang kita, sehingga Tarombosilsilahsangat penting untuk kita ketahui, yang selanjutnya akan diteruskan kepada keturunan kita secara turun-menurun. Bagi masyarakat Batak yang bermukim di Bonapasogit sebagian besar mengimplementasikan dengan cara menggantungkan Tarombo yang tersusun dari garis keturunan marga ayah. Di Bakkara dikenal ada Raja Na Onom yaitu Sinambela, Simanullang, Marbun, Simamora, Sihite, Bakkara.Simamora memiliki legenda bahwa dia memiliki dua istri yang pertama boru Pasaribu, karena istri pertamanya tidak memiliki anak maka dia kawin lagi dengan salah seorang cucu Si Raja Lontung boru Siregar, kedua istrinya hidup dalam satu rumah, dari perkawinannya ini dianugrahi tiga anak yaitu Purba, Manalu, Debataraja. Keadaan ini menimbulkan persoalan rumah tangga mereka sehingga terjadi perselisihan sehingga istri pertamanya meninggalkan Tipang. Simamora pergi mengembara dan meninggalkan istri dan ketiga anaknya di Tipang dalam waktu yang cukup lama, maka Raja Lontung berpesan kepada Sihombing “pature ma haha borumi”, maka dipagodangdibesarkan Sihombing ma haha boruna tubu ma : Silaban, Lumbantoruan, Nababan dan Hutasoit. Dalam sebutan untuk keturunan Simamora dan Sihombing disebutkan Pitu Saina tujuh satu ibu : Purba, Manalu, Debata Raja, Silaban, Lumban Toruan, Nababan, Hutasoit dan Opat Saama yaitu marga : Silaban, Lumban toruan, Nababan, Hutasoit. Keturunan dari Simamora dan Sihombing menjadi cabang marga baru yaitu kelompok keturunan yang terdiri sendiri secara horizontal di Tipang. Simamora dalam hal ini adalah sebagai yang sulung tetapi dalam adat istiadat yang diterima keturunan SiRaja Sumba marga parbaru Sihombing lebih dulu membayar adat sehingga disebutkan: - Simamora sebagai hahani partubu abang kakak dari lahir. - Sihombing sebagai hahani parrajaonabang kakak dari yang dirajakan. Dalam acara penyerahan uhum paradaton aturan dalam adat kepada hula-hulanya, Si Raja Lontung memberikan penambahan nama identitas “Borsak” kepada keturunan Universitas Sumatera Utara Sihombing karena bersedia membesarkan ke empat anak Simamora sampai dewasa dengan sebutan: 1. Marga Silaban untuk sebutan Borsak Junjungan. 2. Marga lumbantoruan untuk sebutan Borsak Sirumonggur. 3. Marga nababan untuk sebutan Borsak Mangatasi. 4. Marga hutasoit untuk sebutan Borsak Bimbinan. Ketujuh marga tersebut sebagai marga rajamarga partanopemilik tanah yaitu marga pemilik daerah Tipang, yang secara terus-menerus menempati Tipang sampai sekarang. Dalam ikatan kekerabatan yang masih dekat keturunan Toga Simamora dan Toga Sihombing dalam ikrarnya pada saat itu dibagi: 1 Dongan Tubu : karena mereka satu ibu. 2 Sisada Somba : karena Purba, Manalu, Debataraja, Silaban, Lumbantoruan, Nababan, Hutasoit satu ibu, sehingga mereka menjadi satu kurban untuk persembahan kepada Hula-hulanya. 3 Sisada Sinamot : satu dalam kemakmuran wilayah yang dibagi samarata. 4 Sisada Sipanganon : satu kesatuan makan bersama makan bersama ritual satu ompu 5 Sisada Harajaon : satu dalam kemulaian, yaitu menetapkan sebutan “Raja Partano”. 6 Sisada Hailaon : satu dalam kenistaan, supaya kesatuan ini tidak hilang sampai keturunannya nanti. Tipang diyakini sebagai Bonapasogit dari Raja Sumba yang digelar sebagai Sumba Napaduahon yang merupakan salah satu anak dari Ompu Tuan Sorba Dibanua.Setelah menikahi Boru Pandan Nauli yaitu putri dari Raja Lontung, Raja Sumba berangkat kearah Selatan dan membuka perkampungan yang dinamai Tipang. Dari perkawinan dengan Boru Pandan Nauli, Raja Sumba dianugrahi dua orang putra yaitu Simamora yang tertua dan Sihombing yang termuda.Adapun simamora mempunyai keturunan yaitu Purba, Manalu, dan Debataraja sedangkan Sihombing memiliki ketununan Silaban, Nababan, Hutasoit dan Lumban toruan.Ketujuh keturunan tersebut secara terus menerus menempati Tipang hingga saat ini dan pengaturan pembagian sawah dan ladang di atur dengan musyawarah dan damai secara turun menurun. Universitas Sumatera Utara Dari hasil penelusuran tarombo yang ditulis Gr.Dj Hutasoit, Datu Nauala tetap bermukim di Tipang dan untuk mencukupi kelompok marga Hutasoit dalam mengikuti hukum-hukum pangkolian ni aek atau pembukaan irigasi dan pembagian golat haumabatas tali air maka pomparan dari Guru Sohatahutan dansindar Mataniari dijou atau dipanggil dari Humbang. Marga Hutasoit yang menempati Parhutaan di Tipang sekarang ini dipanggil dari tiga keturunan yaitu 1. Di Tipang Dolok Pomparan Datu Naualu yang bermukim di Huta Hutasoit. 2. Di Tipang Dolok Pomparan Datu Naualu yang bermukiman di Sosor Baringin. 3. Di Tipang Habinsaran Pomparan Sindar Mataniari yang bermukim di Janji Nahata. Jumlah Pomparan Borsak Bimbinan Hutasoit Boru, Bere dan Ibebere yang bermukim di Tipang sekarang ini sebanyak 85 kepala keluarga. Boru Bius dalam pengertian di Tipang adalah Boru yang sudah mendapat bagian tanah pauseang, sehingga mereka menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari marga Hutasoit, sehingga secara simbolikdan mendasar mereka diposisikan seperti ungkapan Boru do dipartubu alai anak do dipambahenan, demikian juga boru yang lainnya saat pengukuhan Punguan Hutasoit Bonapasogit Tipang mereka telah siap menjadi parhobas pelayan yang memberikan waktu dan tenaga. Hubungan pernikahan sesama keturunan Toga Sihombing terjadi pertama sekali antara keturunan Lumbantoruan atau Binjori menikahi puteri Datu Naulu atau puteri boru Hutasoit. Universitas Sumatera Utara Tarombo Toga Sihombing. Universitas Sumatera Utara Tarombo Toga Simamora Debataraja. Universitas Sumatera Utara Disekitar lokasi toguan ketujuh marga tersebut sepakat menempatkan situs peninggalan Sumba berupa batu Siungkap-ungkapon dan batu Pahusean yang diterima Raja Sumba bersamaan dalam satu tempat. Adapun ketujuh marga tersebut adalah purba, manalu, debata raja, silaban, lumbantoruan, nababan, hutasoit. Batu Siungkap-ungkapon sebagai panungkunan boni bagi masyarakat petani di Tipang, tanpa membawa benih padi ketempat itu tetapi hanya berdoa. Bila musim masa pencangkul atau ombahon hauma sudah dimulai, tiba saatnya menabur benih padi. Maka diadakan ritual tonggo ni harbue atau doa untuk padi dan meminta petunjuk melalui batu Siungkap- ungkapon. Jenis benih padi yang mana akan ditabur dilahan. Maka dibukalah batu Siungkap- ungkapon jika semut merah yang muncul dari bawah batu tersebut, mengisyaratkan bonibenih padi merah yang ditanam dan apabila semut warna putih maka benih padi putih yang akan ditabur dilahan. Tujuh marga Raja Jolo Turpuk Marga atau sebutan Raja Bius Raja Na Pitu duduk bersilah di depan batu Siungkap-ungkapon. Raja Na Pinajolo Niturpuk atau yang disebut juru bicara dari Toga Simamora yang mempunyaiilmu. Marga Purba atau Parsanggul Baringin yang meminta doa kepada Raja Namula Jadi Nabolon petunjuk menanam benih padi. Setelah berdoa ada satu lagi jubir juru bicara dari Toga Sihombing yaitu marga Silaban atau Pangulu Oloan yang bertugas membuka batu Siungkap-ungkapon. . Batu Siungkap-ungkapon. Universitas Sumatera Utara Pauseang yang diterima Raja Sumba dari Raja Lontung : Tiga batu yang mempunyai arti : a. Batu si boru gabe : asa gabe naniulagok eme di sopo melambangkan supaya hasil panen padi dari sawah bagus b. Batu siboru torop : asa torop maribur, maranak, marboru huhut sangap angka pinomparna, horas jolma, melambangkan supaya banyak keturunannya, baik keturunan laki-laki dan perempuan sampai anak cucu, cicit dan seterusnya dan sehat selalu. c. Batu siboru sinur : asa sinur napinahangok horbo dibara melambangkan kemakmuran atas ternak yang dikembang biakkan oleh seluruh keturunannya. Gambar batu Pauseang. Universitas Sumatera Utara Ketujuh kelompok marga tersebut sebagai marga raja atau marga partano yaitu marga pemilik daerah tipang, yang secara terus menerus menempati Tipang hingga saat ini yang diyakini sebagai Bona Ni Pinasa.

4.1.3 Sistem Irigasi Pengairan di Baktiraja

Padapengelolaan tanah persawahan di Bakkara dan Tipang masih marturpuk-turpuk atau berkelompok, belum memiliki tali air yang baik, sehingga pengelolahan sawah untuk pertanian hanya memanfaatkan tanah atau lokko-lokko dan mimir ni aekair dari atas bukit karena kondisi sungai di Tipang yang curam, hal ini menyebabkan sumber air yang dapat dimanfaatkan pada suatu komplek persawahan petani umumnya cukup jauh dan terbatas. Seiring dengan pertambahan garis keturunan ketujuh marga di Tipang serta keterbatasan lahan persawahan yang sempit memaksa sebagian besar dari keturunannya cepat berimigrasi ke wilayah Humbang. Maka ada kesepakatan bagi yang masih tetap bertahan di Tipang untuk membuat sanksi bagi yang sudah meninggalkan Tipang disebut dalam bahasa Batak “molo nungga tundal sian solotanbila sudah meninggalkan tempatnya perbatasan Tipang dengan Bakkara maka yang meninggalkan Tipang tidak bole h lagi mewarisi tanah bagiannya’’. Tujuh marga di Tipang yang masih bertahan di Tipang duduk bersama di lokasi Toguan untuk membicarakan hukum-hukum yang sesuai dengan ruhut-ruhut paradatonaturan-aturan, pembukaan irigasi talian serta pembukaan lahan persawahan baru serta pembagian lahan persawahan secara adil dan merata. Latar belakang ditetapkannya hukum-hukum sistem irigasi talian ini ratusan tahun yang lalu tujuannya memanfaatkan air terjun yang ada di Tipang dan sungai yang melintasi desanya, diyakini dapat mengaliri persawahan sepanjang tahun, sehingga memungkinkan keturunannya dapat mengolah lahan kering menjadi lahan persawahan yang lebih luas lagi. Karena kondisi lingkungan irigasi talian yang harus dikerjakan harus disesuaikan dengan letak persawahan dimana fotografinya yang berundak susunan tanah dan batu bertingkat-tingkat, mereka juga memikirkan cara menembus bukit cadas dengan cara memahat, irigasi talian yang akan dikerjakan dekat dengan bukit yang terjal, memindahkan batu-batuan yang menghalangi saluran yang akan dibuka, pengaturan kemiringan dan lekukan saluran air, membuat saluran air yang harus melalui lembah, pengaturan saluran Universitas Sumatera Utara masuk dan keluarnya air disesuaikan dengan topografi sungai-sungai kecil, semua perencanaan ini tidak akan berhasil jika tidak diikuti campur tangan manusia dengan pola piker bersama serta tingkat intelektual yang mereka miliki untuk dapat menyalurkan air sungai yang melintasi desanya ke wilayah persawahan baru. Dalam perencanaan pembukaan irigasi dan lahan persawahan baru mereka mendapat permasalahan yaitu kekurangan tenaga untuk membuka irigasi tersebut maka disepakati memanggil saudara dari ketujuh marga tersebut dari wilayah Bakkara dan Humbang. Untuk saudaranya yang dipanggil untuk tinggal di Tipang ada sebutan “tano na tinundalhon tano na ni dapothon, manjou sian na jonok manghirap sian na dao”. Yang artinya yang sudah meninggalkan Tipang, dipanggil kembali karena diperlukan untuk membuka talian irigasi dan membagi lahan persawahan. System irigasi talian yang akan ditetapkan kelompok kerja dengan sebutan Sihali Aek adalah sistem pengelolaan pendistribusian aliran air untuk lahan persawahan, implementasi konsep kegiatan dalam pembukaan irigasi talian ini tidak selalu mengenai pertanian saja, tetapi manifestasi luar biasa yang menggabungkan nilai-nilai tradisional dan interaksi sosial antara ketujuh marga yang termasuk dalam kelompok ritual keagamaan pada zamannya, juga terbukti menciptakan pembagian tanah golat yang teratur, rapi dan demokratis, maka hasil rapat memutuskan untuk membuka dan mengerjakan Talian irigasi pertama : Nama kelompok kerja : Sihali aek Toba Nama Irigasi talian : Panaharan Panjang Irigasi : 4000 mtr dari batang aek sampai puncu ni aek Jumlah pekerja kelompok : 60 kepala keluarga Jumlah Parhra : 2 orang Tingkat kesulitan lokasi : membuat lebar irigasi lebar 1,5 mtr dan tinggi 1-2 mtr Tujuannya : supaya dapat mengaliri persawahan 60 persen dari sawah sekarang. Hasilnya : irigasi berfungsi dengan baik, sampai sekarang masih dapat digunakan. Karena irigasi pertama belum dapat mengairi sebagian lagi persawahan karena kontur tanah berundak teras bertingkat-tingkat dari atas bukit hingga pinggiran Danau Toba, maka masyarakat umum memilih lagi 60 kk untuk bekerja membuka irigasi talian ke dua : Universitas Sumatera Utara Nama kelompok kerja : Sihali aek Dolok Nama Irigasi talian : Ulu ni aek hulu sungai Panjang Irigasi : 2500 meter dari Hulu sungai pertama sampaiSirongit Jumlah pekerja kelompok : 60 kepala keluarga Jumlah Parhara : 2 orang Tingkat kesulitan lokasi : tingkat kemiringan lokasi kerja 45 derajat dan lebar irigasi 1 mtr dan tinggi 1 sd 3 mtr Tujuannya : supaya dapat mengaliri persawahan 40 persen lagi Hasilnya : talian berfungsi dan sekarang dapat digunakan penduduk setempat. Ada beberapa irigasi talian lain yang memiliki panjang 500 meter seperti irigasi talianSitanduk ni Hambing, Siamboga, Hauma Bulu yang dikombinasikan dengan saluran irigasi besar. Setelah pembukaan irigasi talian pertama dan kedua selesai dikerjakan maka pembagian lahan persawahan dilakukan, yang ikut membagi tanah untuk persawahan hanyalah yang ikut dalam kelompok Si Hali Aek dan parhara. a. Pembagian Golat Pertama : diukur dari Habinsaran ke Hasundutan dengan sistem kelompok marga masing-masing memiliki tiga atau empat petak persawahan, demikian selanjutnya untuk marga yang lain secara berurutan tiap marga yang ada di Tipang. b. Pembagian Golat ke dua : jika panjang sawah dari pembagian pertama kurang panjangnya maka disepakati lagi pembagian sawah dengan pengukuran dari Dolok ke Toruanatas ke bawah. Parhara dalam hal ini bertindak sebagai yang ditugasi untuk menyampaikan undangan kepada kelompok sihali aek dan mendapat bagian sawah.Setiap petak atau kontur sawah yang dibagi mempunyai nama, sehingga kita menemui 45-55 nama sawah yang dibagi secara merata. Keberhasilan irigasi talian yang dikerjakan dengan pola kerjasama ini telah memberikan hasil karena ketercukupan pasokan air sepanjang tahun sehingga lahan Universitas Sumatera Utara persawahan dapat diolah dua kali setahun untuk tanaman padi dan pola tanam padi dilakukan serentak. Setelah semua yang ikut dalam kelompok memiliki sawah, maka dibagi lagi hak-hak khusus seperti : 1. Upa Gogo yaitu berupa bagian sawah tambahan 60 bagian untuk si Hali Aek Toba dan 60 bagian untuk Sihali Aek Dolok 2. Upa Parhara yaitu mempunyai bagian sawah yang diterima sebagai pengawas irigasi dan pengundang untuk kegiatan rutinitas ritual setiap tahun maka dia mendapat dua kali lebih luas dari upah gogo. 3. Upa jolo yaitu berupa bagian sawah sebagai penghormatan kepada Raja Jolo tiap turpuk marga. 4. Upa Lehu yaitu bagian sawah yang ditrima sebagai hak intelektual salah seorang warga yaitu boru Hutasoit, karena perannya mangalehu memutar peta aliran air, kalau hal ini tidak dilakukan maka 30 persen lahan persawahan tidak akan dapat dialiri air, bagian sawah tersebut masih ada sampai sekarang menjadi milik bersama marga Hutasoit. 5. Upa Rongit yaitu kemampuan warga masyarakat untuk mengolah lahan tersebut karena banyaknya rongit atau nyamuk dilokasi tersebut. 6. Upa Bodil yaitubagian sawah yang dikerjakan berdasrkan keberaniannya, karena letaknya yang terdapat dilokasi yang terjal dan sewaktu mengerjakannya sering longsor tanah dan bebatuan. 7. Upa Datu yaitu bagian sawah yang diterima perseorangan atau lebih yang berperan memberikan petunjuk supra natural dan partonggoan mendoakan sewaktu membuka irigasi tersebut. 8. Upa Mate yaitu bagian sawah yang diterima perorangan karena waktu pembukaan irigasi mengalami kecelakaan kerja dan meninggal dunia. 9. Upa Tundal yaitu bagian sawah yang diterima perorangan atau lebih karena bertugas menjumpai kelompok marganya ke tempat lain agar mau ikut berpartisipasi membuka irigasi. 10. Upa Baringin yaitu bagian sawah yang diterima perorangan karena berperan sebagai kepala dalam huta, sosor, dan humban. 11. Tanding yaitu bagian tanah perswahan yang merupakan sisa yang tidak terbagi lagi, di ujung kaki bukit yang curam, siapa saja boleh menguasai tanah tersebut sesuai kekuatannya. Universitas Sumatera Utara 12. Hauma Kongsi yaitu sebidang tanah persawahan yang diberikan kepada kelompok marga pomparan yang tetap berdiam di Tipang yang dikerjakan bergantian setiap tahun. Prosesi ritual sistem irigasi dengan sebutan kelompoknya yaitu sihali aek dibagi 2 : 1. Ritual pembersihan saluran irigasi atau talian setiap tahun dilaksanakan pada bulan Juni. 2. Ritual mangan indahan siporhis setiap tahun dilaksanakan pada bulan Oktober. Ritual khusus yang pernah dilakukan oleh sesepuh kelompok si Hali Aek adalah jika musim kemarau panjang, walaupun air tetap mengalir dipetak sawah tetapi kalau hujan tidak turun akan mempengaruhi produksi padi saat itu, maka Raja Jolo Sihali Aek akan dibawa ke batang air dan disirami oleh anggota kelompoknya dan menyuarakan “Ro panggurguri, ro panggurguri” secara berulang-ulang maksudnya datanglah hujan penyejuk untuk tanaman dan Raja Jolo Sihali Aek akan diarak kelilingi kampung sambil disirami air. Gambar Sihalian Aek. Universitas Sumatera Utara Gambar Gotong Royong Membersihkan Sihalian Aek.

4.2.1 Tahapan menanam padi di Baktiraja

Tahapan menanam padi di Bakkara dan Tipang sama yaitu dimulai dari tahapan pertama yaitu : 1. Persiapan Lahan Dalam hal menanam padi lahan yang baik ditanam padi diantaranya yaitu lahan yang subur dan yang banyak mengandung humus, tanahnya terbuka dan tidak tertutup oleh bangunan atau pohon-pohon yang besardan setelah itu tanah diratakan mandosdoshon .Agar padi yang ditanam bisa tumbuh dengan sempurna perlu merawatnya dengan membersihkan tanaman lain yang mengganggu atau biasa disebut dengan tanaman gulma. Universitas Sumatera Utara 2. Penggarapan Lahanmandosdoshon Dalam hal penggarapan lahan,mencapurkan jerami busuk dengan pupuk kandang dan dibiarkan teraduk dengan menggunakan tratror.Hal ini dilakukan bermaksudkan untuk membuat tanahnya semakin subur dan tidak mudah cepat kering.Pengolahan bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati dan membusuk menjadi humus, irigasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air. 3. Pemisah tali air galung Pemisah tali air atau galung dilakukan agar sumber air pada saat proses penanaman sampai panen tidak mengalami kekurangan maupun kekeringan. Umumnya banyaknya air akan diatur agar sawah tidak kebanjiran dan padi tidak mengalami kebusukan.Pada pengolahan tanah sawah ini, dilakukan juga perbaikan dan pengaturan pematang sawah serta selokan. Pematang galengan sawah diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga tidak boros air dan mempermudah perawatan tanaman. Universitas Sumatera Utara Contoh Galung. 4. Menyemai Benih Padi di Lahan Setelah memiliki benih padi yang baik, langkah selanjutnya adalah menyemai benih tersebut pada lahan tanam. Untuk menyemai benih padi bisa melakukannya dengan cara : 1. Rendam benih padi yang akan disemai selama sehari semalam, tiriskan dan biarkan selama 2 hari sampai benih tersebut mengeluarkan kecambah. 2. Tanam bibit padi yang sudah berkecambah tadi di lahan persemaian yang telah disiapkan. Cara menanam benih padi adalah dengan menyebar bibit secara merata pada lahan penyemaian. Universitas Sumatera Utara Tahap selanjutnya adalah menanam bibit yang telah disemai ke dalam lahan persawahan yang sudah dipersiapkan. Cara menanam padi adalah dengan memindahkan bibit persemaian ke dalam lahan persawahan. Berikut adalah langkah-langkahnya: a Salah satu ciri bibit padi yang sudah siap tanam adalah memiliki daun dua sampai tiga helai dan telah berusia kurang lebih 2 minggu. b Cara menanam bibit padi tersebut bisa dilakukan dengan cara tunggal maupun ganda. Untuk satu lubang bisa diisi satu atau dua tanaman padi. c Proses penanaman bibit padi yang baik adalah dengan membuat lahan tergenang dengan air. d Penanaman padi dengan jarak tanam antar padi diusahakan jangan terlalu dekat atau terlalu rapat agar pertumbuhan padi bisa maksimal. 5. Pemeliharaan Setelah selesai menanam dilakukan tahap pemeliharaan dan pemupukan agar tanaman padi subur dan menghasilkan panen yang baik. Penyiangan tanaman gulma bisa dilakukan saat masa tanam padi menginjak umur 3 minggu dan selanjutnya bisa dilakukan penyiangan rutin setiap 3 minggu sekali. Penyiangan yang baik bisa dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mencabut gulma dengan menggunakan tangan. 6. Pemupukan Selang dua minggu masa penanaman dilakukan pemupukan. Pemupukan dilakukan untuk memancing pertumbuhan padi tersebut, dan sawah tetap dialiri air agar padi tersebut tidak mengalami kerusakan. Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan yang berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses pertumbuhanproduksi.Setelah dipupuk lalu dilihat perkembangan dari padi tersebut. Selanjutnya padi sawah dikeringkan dan dipupuk kembali. Dikeringkan agar pupuk tidak terbuang dan menyerap. Setelah tiga-empat hari diairi kembali. Dan kembali melihat perkembangan marangin dari hasil pemupukan. 7. Tahap Pembesaran Pabalgahon Universitas Sumatera Utara Membiarkan padi tetap berkembang, dan jika padi tumbuh tidak bagus maka dilakukan kembali pemupukan dan menggunakan pupuk kimia.Selang waktu empat-lima bulan dilakukan panen. 8. Memanen Tanaman Padi yang Telah Menguning Inilah saat yang paling ditunggu oleh para petani yaitu masa panen tanaman padi. Tanda tanaman padi telah siap untuk dipanen adalah warna butiran bijinya sudah mulai menguning, ranting buahnya sudah mulai menunduk karena terisi dengan beras. Proses pemanenan padi bisa dilakukan dengan cara tradisonal yaitu menggunakan sabit atau dengan cara modern yang menggunakan mesin otomatis.Panen meliputi : menabi menyabit, membanting, dikipas, dijemur sampai kering dan disimpan.Untuk mengurangi kerugian pada saat panen usahakan untuk segera memanen padi karena bila usia padi terlalu tua biji padi akan rontok. Universitas Sumatera Utara Proses Memanen Padi. Alat-alat pertanian, yang digunakan mengolah tanah pertanian adalah: 1. Pakkur cangkul terbuat dari besi bertangkai kayu. 2. Ninggala bajak atau liku terbuat dari kayu bermata besi atau teras enau, diapakai untuk membajak. 3. Auga,terbuat dari kayu yang dikaitkan pada leher lembukerbau dan berhubungan dengan ninggala, sehingga umumnya memakai tenaga dua orang manusia, satu yang memegang bajak satu orang memegang auga. Tetapi ada juga yang memakai hanya satu orang manusia dan seekor kerbaulembu atau dua ekor. 4. Sisir terbuat dari kayu bermata besi atau teras enau. Sisir berguna untuk meratakan dan menghaluskan tanah dan cara memakainya sama dengan memakai ninggala. 5. Hudali cangkul kecil terbuat dari besi bertangkai kayu guna menyiangi padi, bawang, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 6. Siduaraja sidua mata ialah semacam cangkul matanya terbuat dari besi bertangkai kayu, tetapi matanya dua buah. Gunanya untuk mencangkul tanag keras bercampur batu. 7. Gupak piso atau lading terbuat dari besi bertangkai kayu gunanya untuk memotong kayu. 8. Raut serupa pisau tetapi ukuran kecil guna memotong benda kecil. 9. Balati balati sama dengan raut, tetapi balati biasanya pakai sarung dan dipakai pada waktu tertentu saja. 10. Kotam ani-ani terbuat dari kayu bermata pisau kecil, gunanya untuk mengetam padi. 11. Ompon lumbung terbuat dari pandang untuk tempat menyimpan padi. Ompon ini disebut juga hobon lumbung padi 12. Pardegean terbuat dari pandan, tempat menginjak injak agar lepas dari tangkainya Pada jaman dulu di Bakkara sebelum menanam padi ada Tonggo-tonggo atau martangiang , margondang, mangele dan manungkun boni ke batu siungkap-ungkapon, yang dilakukan Pangulu Balang agar hasil panen bagus,karena dulu belum ada Huria gereja atau agama.Dan pada tahun 1939 sampai sekarang tidak ada lagi ritual-ritual tersebut. Setelah huria gereja atau agamamasuk ke Bakkara sudah tidak ada lagi ritual-ritual tersebut. Sekarang sudah marsibaen-baennasaling masing-masing. Setelah panen dahulu dan sekarang kembali menanam bawang, tomat, bawang batak, dan sayur-sayuran di persawahan tersebut. Sehabis panen dilakukan pesta gotilan panen yang dilakukan sekali setahun dan diting-tingkandiumumkan di gereja tanggal berapa pesta gotilan ituakan dilaksanakan. Selanjutnya, setiap kepala keluarga membawa padi eme ke gereja seikhlas hati.Dan eme tersebut dikumpulkan lalu dilelang oleh pihak Huria gereja. Hasil dari lelangan tersebut digunakan untuk pembangunan gereja. Universitas Sumatera Utara Persawahan di Bakkara. Persawahan di Tipang. Universitas Sumatera Utara

4.2.2 Ritual-Ritual Yang Terdapat Pada Sistem Bertani Padi Pada Di Baktiraja

1. Ritual Raja Jolo Di Toguan.

Ritual sebagai panungkunan boni bagi masyarakat. Dengan cara ritual dengan tujuh marga raja jolo turpuk marga sebutan raja biusraja napitu duduk bersilah dibatu siukkap- ukkapon. Raja napinajoloniturpuk atau yang sering disebut dengan juru bicarayang mempunyai ilmu yaitu dari Toga Simamora. Disebut sebagai parsanggul baringin yang memiliki arti yangmembuatritualmemintadanberdoakepadaNamulaJadiNabolonmemintapetunjukmenanam benihpadi.Setelah berdoa ada satu lagi juru bicara dari TogaS ihombing “pangulu oloan” yang memiliki tugas membuka batu si ukkap-ukkapon.Setelah dibuka jika semut merah bertelur merah muncul maka benih yang dipakai adalah benih beras merah dan jika semut merah bertelur putih maka benih padi yang dipakai jenis padi putih setelah itu mereka harus memberitahukan kepada masyarakat melalui Raja Napitu kepada masing-masing marga.Marga Purba yang berdoa atau martonggo dan Silaban yang membuka batu si Ungkap-ungkapon.Setelah itu mengumumkan tanggal berapa menabur benih, tanggal berapa mencangkul dan tanggal berapa menanam melalui tujuh marga tersebut dan juga memperhatikan parhalaan kalender Batak Toba.

2. Ritual Kelompok Sihali Aek.

Ritual yang dilakukan satu kali setahun yaitu sistem pengelolahan pendistribusian aliran air untuk lahan persawahan yang menggabungkan nilai-nilai tradisional dan interaksi sosial antara ketujuh marga . Ritual khusus yang pernah dilakukan oleh sepuluh kelompok si hali aek adalah jika musim kemarau panjang , walaupun air tetap mengalir di petak sawah tetapi kalau hujan tidak turun akan mempengaruhi produksi padi saat itu , maka Raja Jolo Sihali Aek akan dibawa kebatang ke batang air dan disirami oleh anggota kelompoknya dan menyuarakan “Ro panggurguri, ro panggurguri” secara berulang-ulang maksudnya Universitas Sumatera Utara datanglah hujan penyejuk untuk tanaman dan Raja Jolo Sihali Aek akan diarak kelilingi kampong sambil disirami air. Perhara dalam hal ini beritndak sebagai yang ditugas untuk menyampaikan undangan kepada kelompok sihali aek dan mendapat bagian sawah. Setiap petak atau kontur sawah dibagi mempunyainama, sehingga kita manemui 45-55 nama sawah yang dbagi secara merata. Keberhasilan irigasi talian yang dikerjakan dengan pola kerja samaini telah memberikan hasil karena ketercukupan pasokan air sepanjang tahun sehingga lahan persawahan dapat diolah dua kali setahun untuk tanaman padi dan pola menanam padi dilakukan serentak. Gambarbajukelompokritualsihalaek. Universitas Sumatera Utara

3. Ritual Mangan Indahan Siporhis

Ritualini dilakukan pelaksanaan perbaikan tali air. Yang diperlukan pada ritual ini antara lain tujuh Tandok beras, tujuh ikan tawar, pora-pora, nasi tumba, kunyit, gemiri, sorbuk beras yang disaok lalu digiling dan pedas. Ikan pora-pora tersebut harus ada dan rasa pedas dipercayai agar tetap bersemangat.Dimakan pada saat istirahat gotong-royong membersihkan tali ari.Ritual ini dilakukan dengan martangiang dan marhata gabe- gabeberdoa menggunakan kata-kata bahagia. Contoh gabe-gabe: Bintang na somiris Bintang yang beriringan Mardongan ombun na somorop Bertemankan embun yang sejuk Di dolok ni purba tua Di bukit dari marga purba tua Anak pe godang riris Anakpun banyak Dohot boru pe tung torop Maupun puteri Dongan mu na saur matua Teman mu sampai panjang umur Mengandung arti supaya tanaman bagus dan hasil panen yang baik. Universitas Sumatera Utara Manganindahansiporhis. 4. Ritual Mangamoti Ritual ini dilakukan pada waktu dua tiga minggu akan panen. Dimana ibu-ibu akan pergi ke sawah untuk mengambil tujuh gambiur biji padi dan disimpan kedalam tandokdan dimana bapak-bapak pergimarbindababi maupun kerbau. Padi tujuh gambiur yang diambil tadiakandisaok atau digonseng dan ditumbuk. Hasilnya akan dibuat menjadirondang dan sisanya dicampur pada waktu memasak nasi. Kelompok bapak-bapak tersebut membagi rata hasil binda bagianhewan yang dipotong perkepala keluarga, dan membawa kerumah masing-masing.Yang bertugas mendoakan adalah Raja Napitu.Hasil binda tersebut dimasak dirumah masing-masing bersamaan dengan memasak tujuh gambiur padi. Jika ada keluarga yang tidak ikut mengamotimaka pada waktu menggiling padi di kilang, keluarga tersebut harus membayar uang sewa menggiling padinya tersebut.Dan mengatakan bahwa keluarga tersebut tidak ikut pada upacara mengamoti.Mengamoti Universitas Sumatera Utara dilakukan sebagai ucapan terimakasih atas keberhasilan hasil pertanian, supaya hasil pertanian tahun depan lebih baik lagi, dan bebas menjual hasil panen tersebut.

4.3.1 Kearifan Lokal yang Terdapat Dalam Tradisi Menanam Padi di Baktiraja

Kearifan lokal merupakan kebijaksanaan dan pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat. Dalam hal ini kearifan lokal itu bukan hanya nilai budaya, tetapi nilai budaya dapat dimanfaatkan untuk menata kehidupan masyarakat dalam mencapai peningkatan kesejahteraan dan pembentukan kedamaian. Pertanian dan bagian mengolahlahan pertanian merupakan hasil dari suatu kebudayaan yang sudah diturunkan selama puluhan tahun. Bahkan, sampai ratusan tahun kepada generasi berikutnya yang berasal dari nenek moyang mereka. Pertanian suku Batak juga tidak akan lepas dari kebiasaan bekerjasama yang disebut Marsiurupan. Masyarakat akan bekerja sama untuk mengolah lahan pertanian penduduk yang satu, dan sebaliknya. Biasanya kerja sama akan dilakukan ketika musim menanam, mengola tanaman, dan musim panen.Sebenarnya nilai-nilai kearifan lokal ini sudah diajarkan secara turun temurun oleh orang tua kita kepada kita selaku anak-anaknya. Budaya gotong royong, saling menghormati. Kearifan lokal yang masih terdapat di Baktiraja misalnya kearifan localyangterdapatdalam tahapan menanam padi pada masyarakat Batak Toba di Baktiraja diantaranya yaitu kearifan lokal bergotong royong, kearifan lokal kebersamaan musim tanam padi, dan orang-orangan sawah yang masih ada. Kearifan lokal bergotong royong di Baktiraja masih dilakukan pada saat musim menanam padi, musim panen, dan gotong royong membuat irigasi air disawah. Kearifan lokal bergotong royong juga dipaikai pada saat upacara adat. Kearifan lokal kebersaam menanam padi masih dijumpai di Baktiraja yaitu dengan serentaknya waktu tanggal menanam padi. Dan orang-orangan sawah masih dipakai untuk menakut-nakuti burung agar tidak memakan padi yang siap dipanen. Kearifan lokal tersebut haruslah tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak menghilang, karena kearifan lokal tersebut menjadi cerminan dan identitas suatu daerah yang harus tetap Universitas Sumatera Utara dijaga dan dilestarikan.Kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat banyak mengandung nilai luhur budaya bangsa, yang masih kuat menjadi identitas karakter warga masyarakatnya. Namun disisi lain, nilai kearifan lokal sering kali dinegasikan atau diabaikan, karena tidak sesuai dengan perkembangan zamannya. Padahal dari nilai kearifan lokal tersebut dapat dipromosikan nilai-nilai luhur yang bisa dijadikan model dalam pengembangan budaya bangsa Indonesia. Dalam konteks ini, masyarakat adat yang masih tetap memelihara dan eksis dalam kearifan lokal nya menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pengembangan pendidikan karakter. Masih banyak masyarakat yang masih tetap memelihara kearifan lokal nya misalnya masyarakat Baktiraja di Humbang Hasundutan yang tetap melaksanaan tradisi bertani padi. Gotong royong berasal dari kata dalam Bahasa Jawa. Kata gotong dapat dipadankan dengan kata pikul atau angkat. Kata royong dapat dipadankan dengan bersama-sama. Jadi kata gotong royong secara sederhana berarti mengangkat sesuatu secara bersama-sama atau juga diartikan sebagai mengerjakan sesuatu secara bersama-sama. Jadi, gotong royong memiliki pengertian sebagai bentuk partisipasi aktif setiap individu untuk ikut terlibat dalam memberi nilai tambah atau positif kepada setiap obyek, permasalahan atau kebutuhan orang banyak di sekelilingnya. Partisipasi aktif tersebut bisa berupa bantuan yang berwujud materi, keuangan, tenaga fisik, mental spiritual, ketrampilan, sumbangan pikiran atau nasihat yang konstruktif, sampai hanya berdoa kepada Tuhan. Secara konseptual, gotong royong dapat diartikan sebagai suatu model kerjasama yang disepakati bersama. Dalam perspektif sosio budaya, nilai gotong royong adalah semangat yang diwujudkan dalam bentuk perilaku atau tindakan individu yang dilakukan tanpa pamrih mengharap balasan untuk melakukan sesuatu secara bersama-sama demi kepentingan bersama atau individu tertentu. Koentjaraningrat 1987 membagi dua jenis gotong royong yang dikenal oleh masyarakat Indonesia; gotong royong tolong menolong dan gotong royong kerja bakti. Kegiatan gotong royong tolong menolong terjadi pada aktivitas pertanian, kegiatan sekitar rumah tangga, kegiatan pesta, kegiatan perayaan, dan pada peristiwa bencana atau kematian. Sedangkan kegiatan gotong royong kerja bakti biasanya dilakukan untuk mengerjakan sesuatu hal yang sifatnya untuk kepentingan umum. Sikap gotong royong yang dilakukan masyarakat dalam kehidupannya memiliki peranan dan manfaat yang sangat penting. Dengan adanya gotong royong, segala permaasalahan dan Universitas Sumatera Utara pekerjaan yang rumit akan cepat terselesaikan jika dilakukan kerjasama dan gotong royong diantara sesama penduduk di dalam masyarakat. Gotong royong menjadi salah satu penguat karakter bangsa. Gotong royong merupakan perwujudan sila Pancasila yang ketiga, yakni Persatuan Indonesia. Maka dengan gotong royong akan memupuk rasa kebersamaan, meningkatkan solidaritas sosial, mempererat tali persaudaraan, menyadarkan masyarakat akan kepentingan umum dan tanggung jawab sosial, menciptakan kerukunan, toleransi yang tinggi serta rasa persatuan dalam masyarakat Indonesia. Di era yang serba cepat, instan dan canggih ini, diharapkan gotong royong mampu bertahan, tetap terpatri kuat, menancap dan mengakar pada jiwa masyarakat terutama generasi penerus bangsa. Oleh karenanya gotong royong perlu untuk dikuatkan kembali, mengingat betapa pasang surutnya gotong royong di masa sekarang, beberapa perwujudannya mungkin masih ada, namun sudah semakin berkurang, menjadi berbeda, maupun telah mengalami pergeseran dan perubahan. Tradisi yang sudah diterapkan sejak nenek moyang kita itu selalu menjadi elemen penting dalam pembangunan serta menjadi salah satu hal yang bisa dibanggakan di negeri ini. Karena budaya yang masih bertahan ialah budaya yang memiliki fungsi untuk masyarakat. Maka tradisi ini selayaknya perlu direvitalisasi kembali dikarenakan fungsinya yang cukup penting, dan akan sangat disayangkan apabila tradisi ini menghilang tertelan masa. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Kearifan lokal yang masih terdapat di Baktiraja misalnya kearifan lokalyangterdapatdalam tahapan menanam padi pada masyarakat Batak Toba di Baktiraja diantaranya yaitu kearifan lokal bergotong royong, kearifan lokal kebersamaan musim tanam padi, dan orang-orangan sawah yang masih ada. 2. Secara konseptual, gotong royong dapat diartikan sebagai suatu model kerjasama yang disepakati bersama. Dalam perspektif sosio budaya, nilai gotong royong adalah semangat yang diwujudkan dalam bentuk perilaku atau tindakan individu yang dilakukan tanpa pamrih mengharap balasan untuk melakukan sesuatu secara bersama-sama demi kepentingan bersama atau individu tertentu. 3. Nilai-nilai budaya dalam tahapan bertani padi yaitu : nilai kekeluargaan, tanggung jawab, saling bekerja sama, tolong menolong dan, saling menghargai. 4. Tahapan bertani padi yang terdapat di Baktiraja adalah : 1 Persiapan Lahan 2 Penggarapan Lahanmandosdoshon 3 Pemisah tali air galung 4 Penanamanmanuan 5 Pemeliharaan 6 Pemupukan 7 Tahap Pembesaran Pabalgahon 5. Ritual-ritual yang terdapat pada tahapan menanam padi adalah : a. Ritual Raja Jolo Di Toguan. b. Ritual Kelompok Sihali Aek. Universitas Sumatera Utara c. Ritual Mangan Indahan Siporhis. d. Ritual Mangamoti.

5.2 Saran