BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pola Pemberian Pisang Awak pada Bayi Usia 0-6 Bulan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar bayi 65,6 diberikan makan pisang awak. Pisang menjadi pilihan bagi ibu untuk diberikan pada bayi karena
struktur daging buahnya yang lembut dan harganya yang terjangkau. Hal ini sejalan dengan hasil penelitin Widodo 2003, mengungkapkan bahwa di Indonesia jenis MP-ASI yang
umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang mencapai 57,3. Pada umumnya bayi usia 0-6 bulan di Desa Sungai Pauh telah diberikan makanan lain
selain ASI berupa pisang awak yang dilumatkan dan disaring serta ada juga yang memberikan bayinya dengan pisang dilumatkan dan dicampur dengan nasi lembek. Hanya 11
bayi dari keseluruhan 32 bayi 0-6 bulan yang masih mendapatkan ASI saja. Hal ini tidak sesuai dengan anjuran pemberian ASI Eksklusif, dimana ibu dianjurkan memberikan hanya
ASI saja dalam 6 bulan pertama kehidupan bayi Dinkes Prop SU, 2006. Hal yang sama juga diperoleh dari penelitian Sufnidar 2010 yang dilakukan di Kecamatan Pada Tiji, Kabupaten
Pidie Provinsi Aceh, dimana susunan makanan yang diberikan kepada bayi selain ASI atau susu formula yaitu pisang awak yang dilumatkan.
Waktu pemberian pisang awak pada bayi di Desa Sungai Pauh umumnya pada waktu pagi dan sore hari yaitu sebanyak 57,1. Biasanya ibu memberikan makan pisang awak pada
pukul 08.00 sampai dengan 17.00 WIB. Frekuensi pemberian pisang awak pada bayi usia 0-6 bulan yang paling banyak adalah kurang dari 3 kali dalam sehari. Berdasarkan hasil
wawancara dengan ibu bayi diketahui bahwa ibu biasanya memberikan pisang awak sebanyak 2 kali saja dalam sehari, baik itu pagi dan siang ataupun pagi dan sore. Bayi yang
diberikan makan pisang awak sebanyak 2 kali saja, diwaktu lain ibu juga memberikan nasi tim, biskuit susu, air tajin, dan sari buah. Hal ini dilakukan ibu agar bayi tidak bosan.
Universitas Sumatera Utara
Cara pemberian pisang awak dilakukan ibu berbeda-beda, paling banyak melakukan dengan cara pisang matang dilumatkan dan disaring. Namun ada juga ibu memberikan pisang
awak yang dilumatkan dan dicampur dengan nasi lembek. Dalam setiap kali pemberian, sebagian besar ibu memberikan pisang awak sebanyak 1 buah. Namun ada juga ibu yang
memberikan pisang awak 2 buah. Bagian dari pisang awak yang diambil hanya daging buahnya saja. 1 buah pisang awak memiliki berat mencapai 67,5 gram sampai 100 gram, hal
ini tergantung dari ukuran buahnya. Pisang awak yang diberikan kepada bayi adalah pisang yang sudah cukup matang dengan tekstur daging buah yang lembek.
Sebagian besar bayi 42,9 sudah diberikan makan pisang awak sejak umur 0 bulan. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu bayi dikatakan bahwa rata-rata ibu mulai
memberikan pisang sejak bayi berumur 1 minggu. Praktek pemberian makanan tersebut sangatlah tidak baik bagi bayi, seharusnya bayi yang berusia dibawah 6 bulan hanya
diberikan ASI saja dan pemberian makanan pendamping ASI baru boleh dilakukan setelah bayi berusia 6 bulan. Menurut Depkes RI 2005, pemberian makanan lain selain ASI pada
usia 0-6 bulan dapat membahayakan bayi karena bayi belum mampu memproduksi enzim untuk mencerna makanan bukan ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan. Hasil yang
sama juga diperoleh dari penelitian Pardosi 2009 di Perumnas Simalingkar Medan yang menunjukkkan bahwa pemberian makanan tambahan sudah dimulai sejak bayi berusia 0-1
bulan. Penelitian Saragih 2008 di Kabupaten Nias juga ditemukan praktek pemberian makan pada bayi sudah dilakukan sejak usia bayi dibawah 2 bulan. Hasil penelitian Puspita
2011 di Kabupaten Aceh Utara juga menunjukkan bahwa pemberian makanan tambahan pada bayi sudah dimulai sejak bayi berusia dibawah 6 bulan.
Memberikan pisang awak ini sudah menjadi tradisi turun temurun. Alasan ibu terlalu cepat memberikan makan pisang awak kepada bayi dikarenakan memberikan bayinya pisang
sudah biasa dilakukan dari dulu dan sudah merupakan tradisi turun-temurun dan hal tersebut
Universitas Sumatera Utara
dianggap biasa dilakukan sehingga tidak mengkhawatirkan ibu dalam memberikan MP-ASI tersebut pada bayinya dan alasan lain dikarenakan bayi sering menangis atau rewel yang
dianggap oleh si ibu bahwa bayi lapar. Mulai sejak itu ibu menjadi mulai sering memberikan bayinya pisang awak secara rutin. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari
2010 yang menyatakan bahwa umumnya ibu memberikan pisang awak dikarenakan anak selalu menangis dan dianggap lapar. Alasan lain ibu memberikan pisang awak yaitu ibu yang
menginginkan bayinya cepat gemuk sehingga bayi sudah diberikan makan sejak dini. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Boedihardjo 1994 yang menyatakan bahwa
kelompok masyarakat yang menganut pandangan bahwa bayi sehat adalah bayi gemuk akan terus menerus memberikan makanan tambahan secara berlebihan. Ada juga yang
memberikan pisang awak karena alasan pisang awak ini mudah diperoleh dan harganya relatif murah, setiap sisir pisang dijual dengan harga berkisar Rp. 5.000,00.
Di Desa Sungai Pauh masih memiliki adat peucicap, dimana bayi berumur tujuh hari diperkenalkan makanan dengan mencampur berbagai macam rasa makanan seperti diberikan
sari buah pisang, apel, jeruk, gula, madu yang dioleskan pada bibir bayi disertai dengan doa dan pengharapan dengan kata-kata agar si bayi kelak tumbuh menjadi anak yang shaleh,
berbakti kepada kedua orang tua, agama, nusa dan bangsa. Setelah adat peucicap selesai berarti bayi sudah boleh diberikan makanan. Adanya adat peucicap ini dapat menghambat
pemberian ASI Eksklusif.
5.2 Pola Pemberian ASI