dianggap biasa dilakukan sehingga tidak mengkhawatirkan ibu dalam memberikan MP-ASI tersebut pada bayinya dan alasan lain dikarenakan bayi sering menangis atau rewel yang
dianggap oleh si ibu bahwa bayi lapar. Mulai sejak itu ibu menjadi mulai sering memberikan bayinya pisang awak secara rutin. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari
2010 yang menyatakan bahwa umumnya ibu memberikan pisang awak dikarenakan anak selalu menangis dan dianggap lapar. Alasan lain ibu memberikan pisang awak yaitu ibu yang
menginginkan bayinya cepat gemuk sehingga bayi sudah diberikan makan sejak dini. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Boedihardjo 1994 yang menyatakan bahwa
kelompok masyarakat yang menganut pandangan bahwa bayi sehat adalah bayi gemuk akan terus menerus memberikan makanan tambahan secara berlebihan. Ada juga yang
memberikan pisang awak karena alasan pisang awak ini mudah diperoleh dan harganya relatif murah, setiap sisir pisang dijual dengan harga berkisar Rp. 5.000,00.
Di Desa Sungai Pauh masih memiliki adat peucicap, dimana bayi berumur tujuh hari diperkenalkan makanan dengan mencampur berbagai macam rasa makanan seperti diberikan
sari buah pisang, apel, jeruk, gula, madu yang dioleskan pada bibir bayi disertai dengan doa dan pengharapan dengan kata-kata agar si bayi kelak tumbuh menjadi anak yang shaleh,
berbakti kepada kedua orang tua, agama, nusa dan bangsa. Setelah adat peucicap selesai berarti bayi sudah boleh diberikan makanan. Adanya adat peucicap ini dapat menghambat
pemberian ASI Eksklusif.
5.2 Pola Pemberian ASI
Pada umumnya bayi di Desa Sungai Pauh diberikan ASI. Berdasarkan hasil penelitian hanya 15,6 bayi yang tidak diberikan ASI. Alasan ibu tidak memberikan ASI karena ASI
tidak mau keluar sejak si ibu melahirkan. Selain itu, karena ASI tidak mau keluar, bayi tidak mau, ibu bekerja dan ibu mengalami baby syndrom. Sebagai pengganti ASI, ibu
menggantikannya dengan memberikan susu formula atau air tajin setiap hari. ASI merupakan
Universitas Sumatera Utara
makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Oleh karena itu, salah satu upaya
untuk memperoleh tumbuh kembang yang baik adalah dengan pemberian ASI secara eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan, selanjutnya pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi
berumur 24 bulan Dinkes Prop SU, 2006. Pemberian ASI Eksklusif adalah tidak memberikan bayi makanan atau minumman lain termasuk air putih. ASI Eksklusif adalah
bayi masih disusui sejak lahir, tidak pernah mendapatkan makanan atau minuman selain ASI Riskesdas, 2010. Setiap ibu yang melahirhan harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi
yang dilahirkan PP RI, 2012. ASI juga mengandung zat penolak atau pencegah penyakit serta dapat memberikan
kepuasan dan mendekatkan hati ibu dan bayi sebagai sarana menjalin hubungan kasih
sayang. Oleh karena itu WHO dan UNICEF telah merekomendasikan standar emas
pemberian makan pada bayi yaitu menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan didahului IMD segera setelah lahir, mulai umur 6 bulan berikan MP-ASI dan
teruskan menyusui hingga anak berumur 2 tahun Kemenkes, 2015. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada bayi usia 0-6 bulan sudah diberikan makanan yaitu berupa pisang
awak. Hal ini menunjukkan bahwa bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Rata-rata bayi sudah diperkenalkan dengan makanan sejak usia dini.
Waktu pemberian ASI yang benar adalah tidak terjadwal atau sesuka bayi, artinya ibu tidak membatasi kapan waktunya memberikan ASI kepada bayi. Sebagian besar ibu di Desa
Sungai Pauh tidak membatasi waktu pemberian ASI kepada bayinya. Ibu yang dapat memberikan ASI secara tidak terjadwal pada umumnya adalah ibu yang tidak bekerja diluar
rumah. Bila bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif maka sebaiknya bayi disusui dengan waktu pemberian ASI yang tidak terjadwal atau sesuka bayi. Dalam penelitian ini terlihat
bayi usia 0-6 bulan di Desa Sungai Pauh mendapatkan frekuensi pemberian ASI sebanyak
Universitas Sumatera Utara
lebih dari 8 kali dalam sehari. Hal ini dapat dilakukan karena umumnya ibu tidak bekerja. Namun, untuk durasi pemberian ASI sebagian besar ibu 81,5 menyusui bayinya selama
lebih dari 15 menit. Hanya sekitar 18,5 bayi yang disusui selama kurang dari 15 menit, diantara ibu yang menyusui kurang dari 15 menit memiliki alasan bayi sudah mulai tertidur
dan tidak dapat melakukan aktivitas lain. Indikator lama menyusui ≥ 15 menit didasarkan
pada kajian WHO untuk prediksi jumlah ASI yang dihasilkan ibu yaitu setara 60 ml ASI. Lama menyusui diasumsikan apakah produksi lancar dan cukup.
5.3 Status Gizi dan Pemberian Pisang Awak