Penilaian Status Gizi Status Gizi

Aceh dijual dengan harga yang relatif murah dan dapat dijangkau oleh masyarakatnya yaitu sekitar Rp. 5.000,00 per sisirnya. Para ibu-ibu memberikan pisang awak kepada bayinya dengan cara dihaluskan atau dikerok terlebih dahulu. Pisang awak yang masih hijau kulitnya tetapi cukup tua dagingnya mengandung 21-25 zat tepung. Apabila diperam lagi atau masak sendiri pada pohonnya, zat tepung itu sebagian besar berubah menjadi beberapa jenis gula yaitu dextrose, levulosedan sucrose. Komposisi nilai gizi pisang awak dan beberapa jenis pisang lainnya setiap 100 gram daging buah dapat dilihat pada Tabel 2.2berikut : Tabel 2.2 Komposisi Nilai Zat Gizi Pisang Awak dan Beberapa Jenis Pisang Setiap 100 gram Daging Buah Zat Gizi Jenis Pisang Awak Ambon Raja Protein g 1,2 1,2 1,2 Lemak g 0,2 0,2 0,2 Karbohidrat g 22,2 25,8 31,8 Kadar Air g 75,6 72,0 65,8 Kalsium mg 8,0 8,0 10,0 Besi mg 0,8 0,5 0,8 Vitamin A IU 126,0 146,0 950,0 Energi kal 95,0 99,0 120,0 Sumber : Wunizar,1998

2.5 Status Gizi

2.5.1 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi anak sama dengan periode kehidupan lain. Pemeriksaan yang perlu lebih diperhatikan tentu saja bergantung pada bentuk kelainan yang bertalian dengan kejadian penyakit tertentu Arisman, 2002. Menurut Khomsan 2010, acuan standar penilaian status gizi adalah berat badan menurut umur BBU, berat badan menurut tinggi badan BBTB dan tinggi badan menurut umur TBU. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut 1. Pemeriksaan penilaian status gizi secara langsung yaitu antropometri, biokimia, klinis, biofisik. Universitas Sumatera Utara 2. Pemeriksaan penilaian status gizi secara tidak langsung yaitu survei konsumsi, statistik vital, faktor ekologi. Pada masyarakat cara yang sering digunakan untuk pemeriksaan status gizi adalah secara langsung yaitu antropometri gizi. Antropometri adalah ukuran tubuh manusia sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh, komposisi tubuh, tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein dan energi. Penilaian antropometri dilakukan melalui pengukuran dimensi fisik dan komposisi kasar tubuh. Penilaian dilakukan terhadap berat badan BB, tinggi badan TB, lingkar kepala, lingkar lengan atas LILA dan tebal lemak kulit. Pada usia kurang dari 2 tahun pengukuran tinggi badan dilakukan dengan mengukur panjang badan dalam keadaan tidur, sedangkan pada usia 2 tahun atau lebih pengukuran dilakukan dalam keadaan berdiri. Tinggi badan juga dapat dilakukan dengan pengukuran tinggi lutut dengan menggunakan kaki kiri dan sudut 90 derajat pada yang memiliki kelainan tulang belakang atau tidak mampu berdiri tegak Moesijanti, 2011. Dari berbagai jenis indeks tersebut diatas, untuk menginterprestasikannya dibutuhkan ambang batas yang dapat disajikan kedalam tiga cara yaitu persen terhadap median, persentil, dan standar deviasi unit. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan cara Standar Deviasi SD. Standar Deviasi SD disebut juga Z-Score. WHO memberikan gambaran perhitungan SD unit terhadap baku 2005. Pertumbuhan nasional untuk sesuatu populasi dinyatakan dalam positif dan negative 2 SD unit Z-Score dari median. Universitas Sumatera Utara Rumus perhitungan Z-Score adalah : Ƶ-Score = ����� �������� ������ −����� ������ ���� ������� ����� ��������� ���� ������� a. Kategori berdasarkan indeks BBU: 1. Normal : ≥ - 2 SD sd 1 SD 2. Kurang : ≥ - 3 SD sd - 2 SD 3. Sangat Kurang : - 3 SD 4. Bila Z – Score + 1 tidak ada kategori, langsung gunakan BBPB b. Kategori berdasarkan indeks PBU : 1. Sangat tinggi : 3 SD 2. Normal : ≥ - 2 SD sd ≤ 3 SD 3. Pendek : ≥ - 3 SD sd - 2 SD 4. Sangat Pendek : - 3 SD c. Kategori berdasarkan indeks BBPB : 1. Sangat Gemuk : 3 SD 2. Gemuk : 2 SD sd ≤ 3 SD 3. Resiko Gemuk : 1 SD sd ≤ 2 SD 4. Normal : ≥ - 2 SD sd ≤ 1 SD 5. Kurus : ≥ - 3 SD sd - 2 SD 6. Sangat Kurus : - 3 SD Universitas Sumatera Utara

2.6 Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) terhadap Status Gizi pada Bayi 6-12 Bulan di Kecamatan Medan Amplas

16 130 108

Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Ibu Terhadap Pemberian MP-ASI Pada Anak Usia 0-6 Bulan Di Kota Langsa

3 47 108

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 18

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 5

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 2 13

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016 Chapter III VI

0 0 40

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 2 3

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

0 0 30

STUDI KOMPARASI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PEMBERIAN MP–ASI DINI TERHADAP STATUS GIZI PADA BAYI USIA 6–8 BULAN DI DESA CATURHARJO SLEMAN NASKAH PUBLIKASI - Studi Komparasi Pemberian Asi Eksklusif dan Pemberian Mp–Asi Dini terhadap Status Gizi pada Bayi U

0 0 14