2.3 Kebutuhan Zat Gizi Pada Bayi
Gizi pada bayi jelas berbeda dengan orang dewasa. Gizi yang cukup akan membuat bayi sehat. Bayi membutuhkan energi yang relatif besar untuk menyokong pertumbuhan.
Bayi yang baru lahir membutuhkan energi 100-120 kkalkg BB. Protein yang dibutuhkan oleh bayi secara luas untuk membangun jaringan dengan rata-rata kebutuhan bayi hingga usia
6 bulan adalah 13 gram perhari dan pada usia 6-12 bulan adalah 14 gram dengan perhitungan 1,7 gram per 100 kkal yang diberikan atau setara dengan 6-12 total energi. Konsumsi lemak
pada bayi adalah minimal 3,8 gram setiap 100 kkal yang diberikan dan maksimum 6 gram setiap 100 kkal yang diberikan atau setara dengan 30-54 total energi, sedangkan
karbohidrat diberikan 30-60 dari total energi yang diberikan. Vitamin dan mineral sangat dibutuhkan oleh bayi dengan jumlah yang berbeda-beda, dapat dilihat pada AKG yang
dibutuhkan. Protein sebagai zat pembangun sangat diperlukan bayi untuk pembuatan sel-sel baru dan merupakan unsur pembentukkan berbagai struktur organ tubuh Asydhad, 2006.
2.4 Pisang
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-
kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan
sumber energi karbohidrat dan mineral terutama kalium.
Berdasarkan manfaatnya bagi kepentingan manusia, pohon pisang dibedakan atas 3 macam, yaitu :
1. Pisang Serat
Pisang serat adalah tanaman pisang yang tidak untuk diambil buahnya, tetapi diambil seratnya. Serat pisang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pakaian.
Universitas Sumatera Utara
2. Pisang Hias
Pisang hias juga tidak dimanfaatkan untuk diambil buahnya. Jenis pisang ini memiliki morfologi daun yang indah sehingga cocok dijadikan tanaman penghias halaman
rumah atau pinggir jalan. 3.
Pisang Buah Pisang jenis ini sudah tidak asing lagi karena paling banyak dijumpai. Pisang buah
ditanam dengan tujuan untuk memanfaatkan buahnya. Pisang buah dapat dibedakan menjadi 4 golongan :
a. Golongan pertama adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak,
misalnya adalah pisang susu, pisang barangan, pisang mas dan pisang raja. b.
Golongan kedua adalah pisang yang dapat dimakan setelah diolah terlebih dahulu, misalnya pisang tanduk, pisang uli, pisang kapas dan pisang bangkahulu.
c. Golongan ketiga adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak maupun
diolah terlebih dahulu, misalnya pisang kepok, pisang raja, dan pisang awak. d.
Golongan keempat adalah pisang yang dapat dikonsumsi sewaktu masih mentah, misalnya pisang klutuk atau pisang batu yang sering dijadikan bahan untuk
membuat rujak Supriyadi dan Suyanti, 2008. Buah pisang yang sarat dengan beberapa nutrisi, gula alami seperti glukosa, fruktosa dan
sukrosa. Vitamin dan mineral seperti vitamin B6, vitamin C, vitamin A, kalium, serat makanan, biotin, karbohidrat, magnesium, riboflavin dan mangan. Hasil penelitian Widodo 2003
mengungkapkan bahwa di Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang 57,3. Hal yang sama juga diperoleh dari penelitian Saragih 2008
yang dilakukan di Kabupaten Nias Selatan sebanyak 87,0 jenis MP-ASI yang diberikan kepada bayi adalah dalam bentuk bubur dan buah. Bubur yang diberikan berupa nasi tim dan
ditambah dengan lauk-pauk, dan buah yang sering diberikan adalah pisang.
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Pisang Awak
Pisang awak merupakan jenis pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak maupun diolah terlebih dahulu. Pisang awak ini di Indonesia dikenal dengan pisang klotok.
Pisang awak ini juga ada yang berbiji dan ada yang tidak berbiji. Pisang jenis ini memiliki panjang sekitar 15 cm dengan diameter 3,7. Dalam satu tandan, jumlah sisir ada 18 yang
masing-masing terdiri 11 buah. Bentuk buah lurus dengan pangkal bulat. Warna dagingnya buah putih kekuningan dengan kulit yang tebalnya 0,3 cm. Lamanya buah masak dari saat
berbunga adalah 5 bulan Supriyadi dan Suyanti, 2008. Pisang awak ini juga mempunyai manfaat dan mengatasi gangguan kesehatan yaitu :
1. Mengatasi masalah buang air besar yang disertai dengan keluarnya darah.
Cara membuatnya yaitu dengan memanfaatkan bonggol dari pisang awak kemudian diperas bagian airnya dan air perasaan dikonsumsi sebanyak tiga kali dalam sehari
dengan jumlah takaran satu gelas. 2.
Mengatasi masalah diare Caranya yaitu pisang awak sebanyak 3 buah yang masih mentah dan yang 3 buah lagi
yang sudah masak lalu bagian kulitnya dikupas kemudian diiris secara halus lalu dipotong menjadi kecil-kecil dan diuleni hingga menjadi satu. Kemudian cairan yang
keluar dapat ditampung atau disaring dan dikonsumsi sebanyak dua kali dalam sehari. 3.
Mengatasi ambeien atau wasir Caranya yaitu dengan menggunakan daun jambu juga yang dicuci hingga bersih
kemudian pisang diparut dan bagian airnya diambil lalu daun jambu ditumbuk hingga menjadi halus setelah itu dicampurkan kedalam air pisang. Air dari pisang dan daun
jambu ini dapat dikonsumsi selama berhari-hari hingga ambeien menghilang. 4.
Mengatasi rambut yang rontok akibat sakit kepala saat hamil, menyusui, dan lain sebagainya
Universitas Sumatera Utara
Caranya yaitu dengan menggunakan bonggol pisang awak yang air perasannya dapat dibasahkan dikepala pada pagi dan sore hari. Setelah itu biarkan hingga beberapa
menit baru dapat dibilas dengan air bersih.
Gambar 2.1 Pisang Awak
Pada daerah Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu provinsi yang banyak menghasilkan pisang. Di Aceh kebanyakan ibu-ibu menggunakan pisang awak ini sebagai
MP-ASI untuk bayinya bahkan bayi yang masih berumur 7 hari pun sudah diberikan pisang awak. Alasan ibu-ibu memberikan pisang awak ini juga beragam-ragam ada yang karena
kecukupan ASI untuk bayinya belum cukup, bayi yang menangis dianggap masih merasakan
kelaparan dan ibu-ibu tersebut juga ingin anaknya cepat gemuk. Tradisi memberikan pisang
awak kepada bayi sebagai MP-ASI di Aceh sudah tradisi turun-temurun dan sulit untuk
dihilangkan.
Pisang ini di Aceh juga banyak digunakan untuk cemilan ringan dan oleh-oleh dari Aceh apabila ada pengunjung yang berwisata ke Aceh. Misalnya pisang sale baik yang
goreng dan yang basah, serta dapat diolah menjadi keripik pisang. Harga pisang awak ini di
Universitas Sumatera Utara
Aceh dijual dengan harga yang relatif murah dan dapat dijangkau oleh masyarakatnya yaitu sekitar Rp. 5.000,00 per sisirnya. Para ibu-ibu memberikan pisang awak kepada bayinya
dengan cara dihaluskan atau dikerok terlebih dahulu. Pisang awak yang masih hijau kulitnya tetapi cukup tua dagingnya mengandung 21-25 zat tepung. Apabila diperam lagi atau
masak sendiri pada pohonnya, zat tepung itu sebagian besar berubah menjadi beberapa jenis gula yaitu dextrose, levulosedan sucrose. Komposisi nilai gizi pisang awak dan beberapa
jenis pisang lainnya setiap 100 gram daging buah dapat dilihat pada Tabel 2.2berikut : Tabel 2.2 Komposisi Nilai Zat Gizi Pisang Awak dan Beberapa Jenis Pisang Setiap 100
gram Daging Buah
Zat Gizi Jenis Pisang
Awak Ambon
Raja
Protein g 1,2
1,2 1,2
Lemak g 0,2
0,2 0,2
Karbohidrat g 22,2
25,8 31,8
Kadar Air g 75,6
72,0 65,8
Kalsium mg 8,0
8,0 10,0
Besi mg 0,8
0,5 0,8
Vitamin A IU 126,0
146,0 950,0
Energi kal 95,0
99,0 120,0
Sumber : Wunizar,1998
2.5 Status Gizi
2.5.1 Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi anak sama dengan periode kehidupan lain. Pemeriksaan yang perlu lebih diperhatikan tentu saja bergantung pada bentuk kelainan yang bertalian dengan
kejadian penyakit tertentu Arisman, 2002. Menurut Khomsan 2010, acuan standar penilaian status gizi adalah berat badan menurut umur BBU, berat badan menurut tinggi
badan BBTB dan tinggi badan menurut umur TBU. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut
1. Pemeriksaan penilaian status gizi secara langsung yaitu antropometri, biokimia, klinis,
biofisik.
Universitas Sumatera Utara
2. Pemeriksaan penilaian status gizi secara tidak langsung yaitu survei konsumsi,
statistik vital, faktor ekologi. Pada masyarakat cara yang sering digunakan untuk pemeriksaan status gizi adalah
secara langsung yaitu antropometri gizi. Antropometri adalah ukuran tubuh manusia sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh, komposisi tubuh, tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein dan energi. Penilaian antropometri
dilakukan melalui pengukuran dimensi fisik dan komposisi kasar tubuh. Penilaian dilakukan terhadap berat badan BB, tinggi badan TB, lingkar kepala, lingkar lengan atas LILA dan
tebal lemak kulit. Pada usia kurang dari 2 tahun pengukuran tinggi badan dilakukan dengan mengukur panjang badan dalam keadaan tidur, sedangkan pada usia 2 tahun atau lebih
pengukuran dilakukan dalam keadaan berdiri. Tinggi badan juga dapat dilakukan dengan pengukuran tinggi lutut dengan menggunakan kaki kiri dan sudut 90 derajat pada yang
memiliki kelainan tulang belakang atau tidak mampu berdiri tegak Moesijanti, 2011. Dari berbagai jenis indeks tersebut diatas, untuk menginterprestasikannya dibutuhkan
ambang batas yang dapat disajikan kedalam tiga cara yaitu persen terhadap median, persentil, dan standar deviasi unit. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan cara Standar
Deviasi SD. Standar Deviasi SD disebut juga Z-Score. WHO memberikan gambaran perhitungan SD unit terhadap baku 2005. Pertumbuhan nasional untuk sesuatu populasi
dinyatakan dalam positif dan negative 2 SD unit Z-Score dari median.
Universitas Sumatera Utara
Rumus perhitungan Z-Score adalah :
Ƶ-Score =
����� �������� ������ −����� ������ ���� ������� ����� ��������� ���� �������
a. Kategori berdasarkan indeks BBU:
1.
Normal : ≥ - 2 SD sd 1 SD
2.
Kurang : ≥ - 3 SD sd - 2 SD
3.
Sangat Kurang : - 3 SD
4.
Bila Z – Score + 1 tidak ada kategori, langsung gunakan BBPB b.
Kategori berdasarkan indeks PBU : 1.
Sangat tinggi : 3 SD 2.
Normal : ≥ - 2 SD sd ≤ 3 SD
3. Pendek :
≥ - 3 SD sd - 2 SD 4.
Sangat Pendek : - 3 SD c.
Kategori berdasarkan indeks BBPB : 1. Sangat Gemuk : 3 SD
2. Gemuk : 2 SD sd ≤ 3 SD
3. Resiko Gemuk : 1 SD sd ≤ 2 SD
4. Normal : ≥ - 2 SD sd ≤ 1 SD
5. Kurus : ≥ - 3 SD sd - 2 SD
6. Sangat Kurus : - 3 SD
Universitas Sumatera Utara
2.6 Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi
Bayi yang cepat mendapatkan makanan pendamping atau MP-ASI sebelum waktunya akan mengalami masalah gangguan pencernaan baik pada usia dini maupun usia dewasa
nantinya. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya berbagai macam penyakit termasuk gangguan saluran pencernaan pada bayi. Biasanya bayi umur 6-9 bulan adalah usia bayi yang
cukup baik untuk diberikan makanan pendamping atau MP-ASI, usia tersebut baik secara psikologis dan pertumbuhan. Gangguan saluran pencernaan pada bayi ini harus diperhatikan
oleh ibu-ibu karena akan menghambat kebutuhan nutrisi bayi, akibatnya akan terganggunya tumbuh kembang bayi. Penting untuk menjaga kesehatan pencernaan dikarenakan 70-80
pembentukan sistem daya tahan tubuh dibentuk didalam saluran pencernaan. Gangguan saluran pencernaan disebut dispepsia, yaitu kondisi ketidaknyamanan pada
bagian perut. Gangguan saluran pencernaan pada bayi disebabkan karena sistem pencernaan yang belum sempurna atau konsumsi makanan dan minuman yang memicu terjadinya
gangguan saluran pencernaan. Oleh sebab itu bayi membutuhkan waktu penyesuaian untuk dapat beradaptasi dengan makanan yang akan dikonsumsinya. Gangguan saluran pencernaan
pada bayi dapat dicegah dengan memberikan ASI Eksklusif karena ASI merupakan makanan utama bayi yang dapat memberikan imunitas pada tubuh dan memberikan kelengkapan
nutrisi. ASI mengandung probiotik yang dapat menjaga proses metabolisme didalam tubuh, dapat melindungi dinding usus dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Gangguan saluran pencernaan pada anak bermacam-macam, berikut ini adalah uraian mengenai gangguan pencernaan pada bayi :
a. Gangguan seluruh fungsi sistem pencernaan
Gangguan yang berhubungan dengan sistem pencernaan anak atau irritable bowel syndrome sehingga menyebabkan sembelit, sakit perut, ataupun diare. Cara mengatasi bayi
yang mengalami ini yaitu dengan memberhentikan makanan dan minuman yang memicu
Universitas Sumatera Utara
diare atau sembelit pada bayi. Akan tetapi gangguan saluran pencernaan yang sering pada bayi yaitu diare. Diare merupakan kondisi yang ditandai dengan buang air besar lembek atau
cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya, biasanya tiga kali dalam sehari atau lebih DepKes RI, 2002. Neonatus menyatakan diare bila frekuensi
buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan bayi berusia lebih dari satu bulan dikatakan diare apabila frekuensinya lebih dari 3 kali sehari Masri, 2004. Di Indonesia diare
merupakan penyebab kematian bayi dengan persentase mencapai 31,4 . Sebesar 25 diantaranya adalah balita beumur satu sampai empat tahun akibat diare yang berujung kepada
kondisi dehidrasi. b.
Hipertroli pilorus stenosis Pada bayi yang mengalami saluraan pencernaan ini akan mengalami penyempitan
saluran usus 12 jari yang disebabkan karena adanya penebalan otot dinding usus. Bayi akan mengalami muntah saat mendapatkan ASI, biasanya ini terjadi pada bayi yang usianya 2-12
minggu. c.
Sembelit Sembelit merupakan kesulitan untuk buang air besar yang berhubungan dengan
kekerasan tinja dan frekuensi buang air besar. Gangguan susah buang air besar pada bayi biasanya terjadi pada umur 0-4 bulan, karena pencernaan bayi dan pembentukan enzim
pencernaan belum sempurna. Susah buang air besar pada bayi bisa disebabkan karena susu formula yang diolah terlalu kental. Biasanya susu formula memiliki kandungan lemak tinggi
dan protein rendah. Pada bayi yang menerima ASI cenderung memiliki feses lembek karena kandungan lemak dan protein yang sesuai fisiologinya. Gangguan buang air besar ini juga
dapat disebabkan karena makanan Arty dan Nagiga, 2009. Bayi berumur 6 bulan yang sudah diberi makanan pendamping sebaiknya diberikan asupan buah-buahan yang diolah
menjadi cair dan halus. Hindari buah pisang dan apel yang memiliki kadar serat tinggi. Apel
Universitas Sumatera Utara
memiliki daya serap air tinggi dalam saluran pencernaan sehingga dapat menyebabkan kotoran mengeras.
Bayi dinyatakan sembelit apabila dalam dua hari tidak buang air besar dengan konsistensi tinja keras Nadesul, 2006. Untuk kasus sembelit yang cukup berat atau fase
akut, sembelit terjadi satu sampai empat minggu. Sedangkan untuk sembelit yang sudah kronik terjadi hingga lebih dari 1 bulan Arty dan Nagiga, 2009.
2.7 Kerangka Konsep Penelitian