Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Biji Kakao Sumatera Utara

46

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Biji Kakao Sumatera Utara

Pada penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara adalah produksi kakao Sumatera Utara, harga domestik biji kakao Sumatera Utara, dan harga Internasional biji kakao. Setelah diproses dengan menggunakan software SPSS maka hasil analisis model penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara adalah sebagai berikut: Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Penawaran Ekspor Biji Kakao Sumatera Utara Variabel Koefisien Regresi Std. Error T-Hitung Signifikan Konstanta -8.406,218 7.293,951 -1,152 0,274 X 1 0,627 0,139 4,529 0,001 X 2 -0,921 0,352 -2,619 0,024 X 3 12,056 3,779 3,191 0,009 R = 0,927 R Square = 0,859 T-Tabel = 2,201 α = 5 F-Hitung = 22,250 F-Tabel = 3,59 Sig. = 0.000 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder Lampiran 1 Dari hasil estimasi penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara diperoleh koefisien determinasi R 2 adalah sebesar 0.859. Artinya, sebesar 85.9 variasi variabel dependen yaitu penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel independennya yaitu variabel produksi kakao Sumatera Utara, harga domestik biji kakao Sumatera Utara, dan harga Universitas Sumatera Utara Internasional biji kakao. Sedangkan sisanya 14.1 dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar persamaan. Uji F Hipotesis : H = Variabel produksi kakao Sumatera Utara, harga domestik biji kakao, dan harga Internasional biji kakao secara serempak tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara H 1 = Variabel produksi kakao Sumatera Utara, harga domestik biji kakao, dan harga Internasional biji kakao secara serempak berpengaruh signifikan terhadap variabel penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara Berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa nilai F-hitung dan probabilitas signifikan seluruh variabel independen ialah sebesar 22,250 dan 0,000. Secara serempak nilai F-hitung 22,250 lebih besar dari nilai F-tabel 3,59, sehingga H ditolak dan H 1 diterima. Artinya, secara serempak semua variabel independen yaitu produksi kakao Sumatera Utara, harga domestik biji kakao, dan harga Internasional biji kakao berpengaruh signifikan terhadap penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara pada taraf signifikansi 5 . Berdasarkan hasil analisis, dapat diperoleh estimasi persamaan sebagai berikut : Y = -8.406,218 + 0,627X 1 – 0,921X 2 + 12,056X 3 + µ Keterangan: Y = Penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara Ton X 1 = Produksi kakao Sumatera Utara Ton X 2 = Harga domestik biji kakao Sumatera Utara RpKg Universitas Sumatera Utara X 3 = Harga Internasional biji kakao USTon µ = Random error Dari model estimasi yang diperoleh, dapat ditentukan sebagai berikut : • Jika variabel produksi kakao Sumatera Utara X 1 mengalami peningkatan 1 Ton, maka terjadi peningkatan penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara sebesar 0,627 Ton. • Jika variabel harga domestik biji kakao Sumatera Utara X 2 mengalami peningkatan Rp. 1 Kg, maka terjadi penurunan penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara 0,921 Ton. • Jika variabel harga Internasional biji kakao X 3 mengalami peningkatan 1 USTon , maka terjadi peningkatan penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara sebesar 12,056 Ton. Uji T Produksi Kakao Sumatera Utara Hipotesis : H = Variabel produksi kakao Sumatera Utara secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara H 1 = Variabel produksi kakao Sumatera Utara secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai t-hitung dan probabilitas signifikan produksi kakao Sumatera Utara ialah sebesar 4,529 dan 0,001. Secara parsial nilai t-hitung 4,529 lebih besar dari nilai t-tabel 2,201 pada taraf signifikansi α = 5 , sehingga H ditolak dan H 1 diterima. Artinya, secara parsial variabel Universitas Sumatera Utara independen yaitu produksi kakao Sumatera Utara berpengaruh signifikan terhadap penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara. Tanda positif untuk koefisien produksi kakao Sumatera Utara sebesar 0,627 menunjukkan bahwa peningkatan jumlah produksi kakao Sumatera Utara sebesar 1 Ton akan meningkatkan penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara sebesar 0.627 Ton. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Komalasari 2009 dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Biji Kakao Indonesia”. Dalam penelitian tersebut produksi berpengaruh positif terhadap penawaran ekspor biji kakao Indonesia. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi kapasitas produksi suatu barang maka semakin tinggi pula penawaran ekspor barang tersebut. Gambar 6. Perkembangan Produksi dan Penawaran Ekspor Biji Kakao Sumatera Utara Sumber : BPS Sumatera Utara 2000-2014 Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa perkembangan produksi dan penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara memiliki trend yang sama. Peningkatan dan penurunan pada produksi kakao Sumatera Utara menyebabkan peningkatan dan penurunan pada penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara. 20000 40000 60000 80000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Produksi Kakao Sumatera Utara Ton Penawaran Ekspor Biji Kakao Sumatera Utara Ton Universitas Sumatera Utara Produksi mampu meningkatkan penawaran ekspor biji kakao jika produk yang dihasilkan mampu meningkatkan kualitas sesuai dengan mutu yang telah ditetapkan oleh negara tujuan ekspor biji kakao. Dengan demikian produksi biji kakao Sumatera Utara mampu meningkatkan penawaran ekspor biji kakao. Begitupun sebaliknya, jika produksi terjadi penurunan maka penawaran ekspor biji kakao akan mengalami penurunan karena tidak ada barang yang ditawarkan kepada konsumen. Salah satu masalah klasik yang sering dihadapi adalah rendahnya tingkat produktivitas kakao yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu penggunaan bibit tanaman yang kurang baik, teknologi budidaya yang kurang optimal, umur tanaman yang sudah tua, serta masalah serangan hama penyakit yang belum dapat dikendalikan. Menurut Pujiyanto 2014, selaku peneliti Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Puslitkoka, tanaman kakao bisa menghasilkan 3.000 KgHa. Akan tetapi, faktanya sekarang hanya mampu menghasilkan 428 KgHa. Produktivitas tanaman kakao Sumatera Utara terus mengalami penurunan tiap tahunnya. Pada tahun 2010 produktivitas tanaman kakao mencapai 627 KgHa, namun pada tahun 2014 menyusut menjadi 428 KgHa dengan luas areal sebesar 78.048 Ha dan produksi kakao sebesar 33.386 Ton BPS, 2014. Rendahnya produktivitas tanaman kakao juga disebabkan karena perkebunan kakao sebagian besar dikelola oleh rakyat yang biasanya hanya menggunakan teknik pengelolaan sederhana dan manual. Pada tahun 2014, produktivitas tanaman kakao perkebunan rakyat hanya sebesar 244 KgHa sedangkan perkebunan negara dan swasta masing masing sebesar 1.103 KgHa dan 1.280 KgHa. Universitas Sumatera Utara Harga Domestik Biji Kakao Sumatera Utara Hipotesis : H = Variabel harga domestik biji kakao secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara H 1 = Variabel harga domestik biji kakao secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai t-hitung dan probabilitas signifikan harga domestik biji kakao Sumatera Utara ialah sebesar -2,619 dan 0,024. Secara parsial nilai t-hitung 2,619 lebih besar dari nilai t-tabel 2,201 pada taraf signifikansi α = 5 , sehingga H ditolak dan H 1 diterima. Artinya, secara parsial variabel independen yaitu harga domestik biji kakao Sumatera Utara berpengaruh signifikan terhadap penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara. Tanda negatif untuk koefisien harga domestik biji kakao Sumatera Utara sebesar 0,921 menunjukkan bahwa peningkatan harga domestik biji kakao Sumatera Utara sebesar Rp. 1 Kg akan menurunkan penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara sebesar 0,921 Ton. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Junaidi 2005 dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Teh Indonesia”. Dalam penelitian tersebut harga domestik tahunan teh Indonesia berpengaruh positif terhadap penawaran ekspor teh Indonesia. Akan tetapi, hasil penelitian ini sesuai dengan teori Boediono 2001, dimana terdapat hubungan negatif antara tingkat harga domestik dengan penawaran ekspor. Apabila harga biji kakao domestik mengalami penurunan, maka produsen Universitas Sumatera Utara akan menginginkan keuntungan maksimal sehingga lebih memilih untuk menjualnya pada pasar Internasional. Demikian sebaliknya, jika harga biji kakao domestik tinggi maka produsen cenderung untuk menjual biji kakao di dalam negeri sehingga penawaran untuk ekspor mengalami penurunan. Harga biji kering kakao domestik dipengaruhi oleh mutu biji kakao yang dihasilkan. Mutu biji kakao yang buruk mengakibatkan harga biji kakao domestik menurun. Hal ini dikarenakan masih sedikit jumlah petani yang melakukan proses fermentasi untuk penanganan pasca panen. Saat ini harga biji kakao di pasar Internasional maupun dalam negeri sedang tinggi. Pada tahun 2014, harga biji kakao domestik adalah sebesar Rp. 33.379 Kg, sedangkan harga biji kakao Internasional sebesar US 3.048 Ton atau setara dengan Rp. 36.165 Kg. Jika dibandingkan dengan harga biji kakao di pasar domestik, tidak jauh berbeda dengan harga biji kakao di pasar Internasional. Sehingga petani sudah cukup puas dengan harga yang tinggi, oleh karena itu petani tidak memiliki keinginan untuk memperbaiki mutu tanaman. Pada umumnya negara pengimpor menginginkan biji kakao yang difermentasi karena kualitas mutunya akan lebih baik. Biji kakao Sumatera Utara terutama yang berasal dari perkebunan rakyat pada umumnya memiliki mutu yang rendah. Proses pengolahan dan penanganan panen serta pasca panen yang kurang baik menyebabkan biji kakao yang diolah tidak memenuhi syarat di pasaran, seperti biji kakao yang tidak terfermentasi dengan baik atau sama sekali tidak melalui proses fermentasi, tidak cukup kering, citarasa sangat beragam dan tidak konsisten. Penanganan panen dan pasca panen yang tidak tepat dikarenakan para petani Universitas Sumatera Utara memiliki keterampilan yang rendah, teknologi yang digunakan masih kalah bila dibandingkan dengan negara pengekspor biji kakao lainnya. Mutu biji kakao Sumatera Utara yang rendah menyebabkan harga biji kakao Sumatera Utara menjadi rendah, baik itu harga domestik maupun harga ekspor. Sering terjadi potongan harga dari negara pengimpor dikarenakan biji kakao yang diekspor tidak memenuhi standar mutu yang diinginkan. Bahkan mungkin biji kakao yang diekspor akan dikembalikan secara utuh kepada pengekspor bila biji kakao yang diekspor tidak sesuai dengan standar yang diinginkan. Harga Internasional Biji Kakao Hipotesis : H = Variabel harga Internasional biji kakao secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara H 1 = Variabel harga Internasional biji kakao secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai t-hitung dan probabilitas signifikan harga Internasional biji kakao ialah sebesar 3,191 dan 0,009. Secara parsial nilai t- hitung 3,191 lebih besar dari nilai t-tabel 2,201 pada taraf signifikansi α = 5 , sehingga H ditolak dan H 1 diterima. Artinya, secara parsial variabel harga Internasional biji kakao berpengaruh signifikan terhadap penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara. Tanda positif untuk koefisien harga ekspor biji kakao Sumatera Utara sebesar 12,056 menunjukkan bahwa peningkatan harga ekspor biji kakao Sumatera Utara sebesar 1 US Ton akan meningkatkan penawaran ekspor biji kakao Sumatera Universitas Sumatera Utara Utara sebesar 12,056 Ton. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Komalasari 2009 dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Biji Kakao Indonesia”. Dalam penelitian tersebut harga Internasional biji kakao berpengaruh negatif terhadap penawaran ekspor biji kakao Indonesia. Akan tetapi, hasil penelitian ini sesuai dengan teori Lipsey 1995, dimana terdapat hubungan positif antara harga dengan jumlah barang yang ditawarkan. Apabila harga Internasional biji kakao mengalami peningkatan, maka produsen akan menginginkan keuntungan maksimal sehingga lebih memilih untuk menjualnya pada pasar Internasional. Demikian juga sebaliknya, jika harga Internasional biji kakao mengalami penurunan, maka produsen akan cenderung untuk menjual biji kakao di dalam negeri sehingga penawaran untuk ekspor mengalami penurunan. Gambar 7. Perkembangan Harga Domestik dan Harga Internasional Biji Kakao Sumber : Dinas Perkebunan Sumatera Utara dan ICCO 2000-2014 Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa harga biji kakao domestik Sumatera Utara bergerak mengikuti fluktuasi harga Internasional biji kakao. Apabila harga di pasar Internasional mengalami peningkatan, maka harga biji kakao domestik juga 10000 20000 30000 40000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Harga Domestik Biji Kakao Sumatera Utara RpKg Harga Internasional Biji Kakao USTon Universitas Sumatera Utara mengalami peningkatan, demikian pula sebaliknya. Perkembangan harga biji kakao Sumatera Utara dipengaruhi oleh harga biji kakao Internasional. Hal ini dikarenakan biji kakao merupakan komoditas ekspor dan hampir sebagian besar biji kakao Sumatera Utara dijual ke luar negeri sehingga harga jualnya mengikuti harga yang terbentuk di pasar Internasional. Kriteria Ekonometrika Uji Normalitas Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Penawaran Ekspor Biji Kakao Sumatera Utara Keterangan Unstandardized Residual Kolmogorov-Smirnov Z 0,523 Asymp. Sig 2tailed 0,947 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder Lampiran 1 Dari Tabel 17 dapat dilhat bahwa nilai kolmogorov-smirnov untuk Penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara adalah 0,523 dengan nilai signifikansi sebesar 0,947 yang berarti lebih besar dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu sebesar 0.05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Uji Autokorelasi Tabel 18. Hasil Uji Autokorelasi Penawaran Ekspor Biji Kakao Sumatera Utara dW dL dU 1.872 0,8140 1,7501 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder Lampiran 1 Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa nilai dW 2,011 lebih besar dari nilai dL 0,6852 dan nilai dU 1,9774, yang berarti dU ≤ d W ≤ 4 - dU = terima Ho, Universitas Sumatera Utara artinya tidak ada autokorelasi positif maupun negatif. Sehingga hasilnya adalah sebagai berikut : 1,7501 ≤ 1,872 ≤ 2,2499 = terima Ho Uji Multikolinieritas Tabel 19. Hasil Uji Kolinieritas Penawaran Ekspor Biji Kakao Sumatera Utara Model Tolerance VIF P 0,674 1,484 PD 0,216 4,629 PI 0,226 4,427 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder Lampiran 1 Dari Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai tolerance dan VIF dari variabel produksi kakao Sumatera Utara adalah sebesar 0,674 dan 1,484, untuk variabel harga domestik biji kakao adalah sebesar 0,216 dan 4,629, dan untuk variabel harga internasional biji kakao Sumatera Utara adalah sebesar 0,226 dan 4,427. Nilai tolerance pada semua variabel independen lebih besar dari α = 10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat masalah multikolinieritas. Uji Heterokedastisitas Gambar 8. Hasil Uji Heterokedastisitas Penawaran Ekspor Biji Kakao Sumatera Utara Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder Lampiran 1 Universitas Sumatera Utara Dari scatter plot pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, scatter plot tidak menunjukkan adanya pola apapun, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak terjadi heterokedastisitas.

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Ekspor Biji Kakao Sumatera Utara ke Malaysia