2.3.2 Evaluasi Pasien
Dalam penelitian terbaru oleh AB Shetty Memorial Institute of Dental Sciences
ABSMIDS, kualitas gigi tiruan dinilai berdasarkan retensi, estetis warna gigi dan penampilan, berbicara, mastikasi, faktor mekanis, dan kepuasan
keseluruhan.
28
Evaluasi pasien dinilai berdasarkan kepuasan pasien terhadap GTP. Menurut Pohan 2006, kepuasan pasien adalah keadaan saat keinginan, harapan dan
kebutuhan pasien dapat dipenuhi.
29
Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pasien. Menurut Zalachu
dkk. 2011 kepuasan terbentuk berdasarkan pengalaman seseorang terhadap pengalaman yang lalu dengan kejadian yang sama.
29
Jadi kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman
setelah memakai jasa atau pelayanan. Penilaian subyektif tersebut didasarkan pada pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu, dan pengaruh lingkungan
waktu itu. Berpedoman pada skala Likert, kepuasan pasien dikategorikan menjadi sangat tidak puas, tidak puas, sedang, puas, dan sangat puas.
2.3.2.1 Fonetik 2.3.2.1.1 Pengertian
Fonetik adalah salah satu cabang linguistik yang berhubungan dengan bunyi yang dihasilkan ketika berbicara, produksi, kombinasi, deskripsi, dan representasi
dengan simbol tertulis. Fonetik juga didefenisikan sebagai ilmu yang meneliti dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran yang dipakai saat berbicara, serta mempelajari
bagaimana menghasilkan bunyi-bunyi tersebut
.
30
2.3.2.1.2 Faktor yang Memengaruhi
Beberapa faktor yang mempengaruhi fonetik adalah ketebalan basis, dimensi vertikal, dataran oklusal, daerah postdam, lebar lengkung rahang dan hubungan gigi
geligi anterior rahang atas dan bawah.
30,31,32
Universitas Sumatera Utara
1. Ketebalan basis Ketebalan basis pada palatum paling berpengaruh terhadap kualitas suara
yang dihasilkan. Salah satu alasan terjadinya artikulasi bicara yang tidak tepat adalah terjadinya penurunan volume udara dan hilangnya ruang lidah akibat basis gigi tiruan
yang terlalu tebal. Ketebalan basis gigi tiruan harus sekitar 2mm. Basis gigi tiruan yang terlalu tebal khususnya di bagian palatal dapat menganggu pergerakan lidah
sehingga bunyi t, d, s, c, z, r, dan l yang dihasilkan tidak jelas. Ketebalan basis gigi tiruan sangat mempengaruhi pengucapan huruf “s”. Basis gigi tiruan yang
terlalu tebal akan mengakibatkan pengucapan huruf “s” kedengaran seperti bunyi desis sh atau bunyi siulan.
31
Penelitian Ichikawa dkk. 1973 meneliti pengaruh ketebalan basis di bagian palatal terhadap pengucapan tiga konsonan yaitu k, c,
dan s. Hasil yang didapat menunjukkan durasi pengucapan konsonan s dipengaruhi oleh ketebalan basis di bagian palatal.
32
Penelitian Petrovic A dkk. 2003 meneliti pengaruh bunyi bicara menggunakan plat palatal dengan tiga ketebalan berbeda yaitu
0.7, 1.2, dan 2mm. Hasil yang didapat menunjukkan perubahan ketebalan plat palatal akrilik mempengaruhi harmoni beberapa bunyi dalam satu perkataan.
2. Daerah postdam
32
Perluasan basis gigi tiruan sangat penting untuk stabilitas dan retensi gigi tiruan. Gigi tiruan akan mudah terlepas dan mengakibatkan gangguan bicara pasien
apabila batas gigi tiruan berada pada jaringan yang bergerak. Perluasan postdam yang tidak benar akan mempengaruhi pengucapan konsonan seperti “k”, “ng”, “g”, dan
“c”. Basis gigi tiruan yang tebal pada daerah postdam akan mengiritasi dorsum lidah. Perluasan postdam yang tidak cukup akan menyebabkan gigi tiruan mudah terungkit.
Pasien dengan gigi tiruan rahang atas yang longgar akan mengalami gangguan bicara apabila lidah menekan gigi tiruan untuk retensi. Pengucapan “m”, “n”, dan “ng” juga
akan terganggu. 3. Dimensi vertikal
30
Dimensi vertikal diukur apabila pasien berada dalam keadaan istirahat fisiologis dan disuruh mengucap huruf “p”, “b”, atau “m”. Saat mengucap huruf “p”
dan “b”, bibir akan berpisah secara paksa sehingga menghasilkan bunyi dengan efek
Universitas Sumatera Utara
eksplosif sedangkan saat mengucap huruf “m”, bibir akan berkontak. Oleh karena itu, “m” digunakan untuk mendapatkan tinggi vertikal yang benar dengan menuntun
rahang bawah pasien ke posisi istirahat. Selain itu, dokter gigi dapat menlibatkan pasien dalam percakapan untuk mengalih perhatian pasien. Kemudian, berhenti
sebentar diikuti dengan istirahat akan secara automatis menuntun rahang bawah ke posisi istirahat. Pada saat istirahat, jarak antara dua titik yang telah ditandai
sebelumnya diukur yang akan menentukan dimensi vertikal saat istirahat. Apabila vertikal dimensi terlalu tinggi, maka pada saat pengucapan suara akan teredam karena
kedua sisi oklusi berkontak rapat. Apabila vertikal dimensi terlalu rendah, maka dalam hal ini dapat terlihat sudut mulut yang turun dan pasien kesulitan saat
pengucapan huruf “sh”. Penelitian Burnett dkk. 2000 menyatakan bahwa penggunaan bunyi “s” sebagai cara untuk mendeteksi dimensi vertikal yang benar.
32
Penelitian Seifert E dkk. 2000 menyatakan bahwa dimensi vertikal dan horizontal saat oklusi dapat menyebabkan perubahan pengucapan bunyi yang tidak dapat
diprediksi. Pasien harus diinformasikan mengenai efek yang mungkin timbul dalam suara mereka akibat penggunaan gigi tiruan.
4. Lebar lengkung rahang
32
Lengkung rahang yang terlalu sempit akan menyebabkan lidah menjadi kaku sehingga mempengaruhi ukuran dan bentuk saluran udara. Ini dapat menyebabkan
gangguan pengucapan huruf “f”, “d”, “s”, “m”, “n”, “k”, “l”, “a”, dan “h” di mana margin lateral lidah berkontak dengan permukaan palatal gigi. Gigi tiruan harus
diusahakan kembali pada posisi gigi yang normal. 5. Dataran oklusal
30,31
Apabila gigi anterior rahang atas disusun terlalu jauh ke atas dataran oklusal, maka pengucapan huruf “v” akan kedengaran seperti “f”. Jika gigi anterior
rahang atas terlalu jauh ke bawah dataran oklusal, maka huruf “f” akan kedengaran seperti huruf “v”. Bunyi labiodental sangat penting untuk menetukan posisi
anteroposterior gigi insisivus rahang atas dan dataran oklusal. Jika dataran oklusal terlalu tinggi, maka posisi bibir bawah yang benar akan sulit diperoleh. Jika dataran
Universitas Sumatera Utara
oklusal terlalu rendah, maka bibir akan bertumpang tindih dengan permukaan labial gigi anterior rahang atas.
6. Hubungan gigi anterior rahang atas dan bawah
31
Bunyi “s” dihasilkan dengan kontak berdekatan antara gigi insisivus maksila dan mandibula agar aliran udara dapat lewat melalui celah diantara gigi. Relasi
rahang yang protrusif dan retrusif menyebabkan kesulitan dalam pengucapan bunyi “s”. Oleh karena itu, penyusunan gigi anterior rahang atas dan bawah dalam posisi
anteroposterior penting untuk meperbaiki pengucapan. Konsonan “ch”, “j” dan “z” juga memerlukan saluran udara yang sama. Penelitian Burnett dkk. 2000
menyatakan bahwa bunyi siulan dan desis dihasilkan saat bicara karena saluran udara yang tidak benar di antara lidah dan melewati ruangan di antara insisal. Bunyi ini
disebabkan oleh overjet yang rendah.
32
2.3.2.2 Estetis 2.3.2.2.1 Pengertian