Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan sosial ekonomi di Indonesia, diawali dengan kedatangan para pedagang Indonesia kuno atau pada masa pra penjajahan. Keadaan sosial ekonomi, setelah kedatangan bangsa barat, telah mengalami banyak perubahan. Indikator dari kegiatan ekonomi pada masa lampau nampak pada aktivitas perdagangan dan pelayaran yang terkosentrasi di daerah perkotaan. 1 Aktivitas perekonomian yang ada di berbagai daerah tidak dapat dipisahkan dari adanya sektor pasar. Biasanya suatu pasar pada waktu tertentu berfungsi juga sebagai pasar barang dari tanah asing bagi saudagar perantauan. Begitu juga dengan daerah-daerah atau kota di Jawa, khususnya Jawa Tengah, yang perekonomian mereka pada masa kerajaan masih tergantung pada aktivitas perdagangan. Aktivitas perdagangan yang dilakukan pada awalnya masih bersifat sederhana, dimulai dengan adanya sistem barter atau pertukaran uang hingga mereka mengenal mata uang yang dijadikan sebagai alat transaksi dalam perdagangan. 2 Bagi kehidupan bermasyarakat Indonesia pasar menjadi salah satu tempat berinteraksi dan berkomunikasi, bagi masyarakat desa maupun masyarakat kota 1 Sukanto Reksohadiprojo dan Ar. Kaseno, 1981, Ekonomi Perkotaan, Yogyakarta: BPFE, hal:1 2 Sartono Kartodirdjo, 1977, Masyarakat Kuno dan Kelompok-kelompok Sosial, Jakarta: Bhatara Karya Aksara, hal: 13 commit to user 2 yang memandang pasar sebagai pusat kegiatan jual-beli. Pasar sebagai pusat komunikasi dan interaksi, maka keadaan pasar sangat ramai, namun dibalik itu banyak hal yang dapat dikaji. Asal usul pasar telah ada sejak jaman kuno. Masyarakat telah melakukan perdagangan satu sama lain sejak jaman es. 3 Adanya pasar di dalam kota-kota kerajaan, maupun di kota-kota yang bukan pusat kerajaan, sangatlah erat hubungannya dengan sifat corak kehidupan ekonomi kota itu sendiri. Kota, dilihat dari pengertian ekonomi adalah suatu tempat menetap settlement di mana penduduknya terutama hidup dari perdagangan dari pada pertanian. 4 Baik pasar dalam perkampungan pedagang-pedagang asing maupun di pusat kota-kota atau di bagian lain dari kota, tidaklah lepas dari kepentingan ekonomi masyarakat kota. Bagi kepentingan golongan atas, pasar tidak dapat diabaikan, terutama karena merupakan hasil pendapatan bagi mereka. Pasar yang terdapat di kota-kota pusat kerajaan atau mungkin di kota lainnya, merupakan salah satu sumber penghasilan Raja atau Penguasa setempat, serta kaum bangsawan atau kaum elite. Hubungan kota dengan desa disekitarnya juga tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan perekonomian karena saling tergantung. Munculnya pasar tidak dapat lepas dari kebudayaan masyarakat setempat. Pasar yang merupakan komponen penting bagi kehidupan penduduk merupakan ciri khas dari suatu kota, baik dalam pusat kota maupun kota pinggiran. Hal ini 3 Robert L. Heilbroner, 1994, Terbentuknya Masyarakat Ekonomi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, hal: 27 4 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993, Sejarah Nasional Indonesia III , Jakarta: Balai Pustaka, hal: 265 commit to user 3 karena, pasar itu sendiri sebagai himpunan masyarakat dari berbagai tempat. Berkaitan dengan masalah ini tentunya bagi mereka yang kehidupannya menitikberatkan pada perdagangan. Dalam kehidupan sehari-hari, lembaga pasar sangat berperan penting. Dapat dikatakan bahwa kemajuan atau kemunduran taraf kehidupan masyarakat sangat ditentukan oleh lembaga pasar itu. Keadaan demikian tentunya merupakan sesuatu yang menarik untuk diteliti. Pada dasarnya pasar pada suatu masyarakat ditentukan oleh fungsinya, yaitu sebagai tempat untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, serta sebagai tempat transaksi jual beli barang dan jasa antara anggota masyarakat dari berbagai golongan, seperti Pasar Klewer di Surakarta. Pasar Klewer dirintis sejak jaman penjajahan Jepang, yang pada saat itu kehidupan warga Surakarta banyak mengalami kesulitan. Berawal dari kehidupan yang serba sulit ini kemudian sejumlah orang berinisiatif untuk berjualan pakaian dan kain. Waktu itu lokasinya terletak di sebelah timur pasar Legi atau kawasan kantor air minum dan pasar Burung. Sejumlah orang ini menjajakan pakaian dan kain dengan cara menggantungkannya di pundak, dan berjalan hilir mudik di lingkungan tersebut, yang tentu saja barang dagangannya menjuntai ke bawah tidak beraturan atau istilah orang jawa “kleweran”. Berhubung komunitas tersebut belum memiliki nama, maka disebutlah pasar Klewer. Pemerintah saat itu menilai bahwa lokasi seputar pasar Klewer kotor, maka lokasi pasar dipindah di sebelah selatan Masjid Agung, atau di sebelah barat gapura Keraton Kasunanan Surakarta, menyatu dengan pasar Slompretan yang sudah ada sebelumnya. commit to user 4 Sekitar tahun 1957-1958 pasar Klewer diperluas ke barat, dengan memindahkan pasar sepeda ke alun-alun selatan dan pasar burung dipindah ke Widuran, karena lokasi ini akan digunakan untuk berjualan tenun dan batik. Pada tahun 1969 kondisi pasar sudah tidak memenuhi persyaratan ekonomis, kesehatan, dan perkembangan kemajuan pembangunan. Pemerintah kemudian merenovasi pasar hingga memiliki bagunan dengan dua lantai. Peresmiannya dilakukan oleh Presiden Soeharto pada 7 Juni 1971 dengan nama tetap Pasar Klewer. 5 Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, keberadaan pasar Klewer semakin dikenal sebagai pusat tekstil di Jawa Tengah. Hal ini mengakibatkan orang dari berbagai penjuru daerah, tidak hanya dari pulau Jawa tetapi juga dari Sumatra, Lombok, Kalimantan berdatangan ke Surakarta untuk mencari barang dagangan. Melihat keadaan pasar Klewer yang berkembang sangat pesat, akibatnya memancing animo pedagang untuk berjualan di lingkungan pasar Klewer, sehingga keberadaannya sangat mengganggu kelancaran arus lalu lintas dan menganggu pedagang yang mempunyai Surat Ijin Penempatan SIP. Untuk mengatasi hal tersebut oleh Pemkot Solo pada tahun 1985 membangun pasar Klewer Timur yang letaknya berhimpitan dengan pasar Klewer lama, peresmiannya dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah H.M Ismail pada 17 Desember 1986. Karakter pedagang di Pasar Klewer ini terdiri dari berbagai etnis, baik etnis Jawa, suku Banjar, etnis Cina maupun Arab. Hubungan diantara kalangan pedagang ini meskipun rumit, namun terjalin suasana “mutual Simbiosis”. 5 http:labucyd.blog.uns.ac.id, diakses pada tanggal 10 Juni 2010. commit to user 5 Disebut rumit karena pedagang yang berada di pasar ini terdiri dalam skala usaha, mulai dari pedagang besar atau grosir, pedagang biasa hingga pedagang pengecer. Meskipun terdapat perbedaan kepentingan diantara mereka, tetapi juga terdapat semacam aturan, sehingga tidak terjadi persaingan yang tidak sehat. 6 Etnis Arab yang terdapat di wilayah Surakarta ini berada di sekitar Pasar Kliwon, sebelah timur Kasunanan Surakarta. Tempat tersebut dinamakan perkampungan Arab, yang menjadi pemimpinnya adalah Kapten Arab Sungkar. 7 Orang Arab tersebut bekerja sebagai pengusaha batik di pasar Klewer. Meskipun orang Arab di kelompokkan dalam golongan Timur Asing, namun mereka banyak berhubungan dengan orang pribumi. Kesamaan agama dan kepentingan ekonomi yang melandasi masyarakat Arab ini lebih mendekatkan mereka dengan kalangan penduduk pribumi daripada dengan kalangan penguasa Eropa maupun kelompok Cina. Kelompok Timur Asing lainnya adalah etnis Cina. orang-orang Cina di Surakarta menempati wilayah Balong, Coyudan dan lain sebagainya, sehingga tempat tersebut dinamakan kampung Pecinan. Masyarakat Cina ini dipimpin oleh Babah Mayor dan banyak bekerja menjadi pengusaha di sekitar pasar Klewer. Mereka hampir mendominasi di pasar tersebut, meskipun masih terdapat etnis lain selain masyarakat keturunan Cina, yaitu Arab dan pribumi. 6 M. Hari Mulyadi, dkk, 1999, Runtuhnya Keraton Alit: Studi Radikalisasi Wong Solo dan Kerusuhan Mei 1998 , Surakarta: LPTP, hal: 266 7 Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah, 2006, “Solo Kota Dagang”, Laporan Penelitian, Surakarta: FSSR UNS, hal: 37 commit to user 6 Pasar Klewer yang merupakan pasar tekstil terbesar di Surakarta, bahkan Jawa Tengah ini banyak memperdagangkan hasil kerajinan batik dari masyarakat sekitar maupun dari daerah lain. Bagi kehidupan masyarakat Surakarta, dapat dilihat bahwa setiap hari masyarakat memenuhi pasar-pasar yang ada, meskipun belum tentu mereka mendapatkan barang yang mereka inginkan sesuai dengan harga yang diberikan oleh pedagang. Dengan demikian munculnya pasar-pasar modern akan semakin banyak alternatif dari para konsumen untuk menentukan pilihannya, tetapi pasar-pasar tradisional yang juga masih banyak peminatnya. Tetapi bagaimanapun juga pasar tradisional tetap menjadi urat nadi ekonomi rakyat. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas dan jelas tentang interaksi pedagang Pasar Klewer yang terdiri dari etnis Jawa, Banjar, Cina dan Arab, khususnya pada tahun 1958-1998, yang ditandai dengan perluasan wilayah pasar seperti sekarang ini, maka penelitian ini mengambil judul “ Dinamika Pedagang Multietnis Pasar Klewer di Surakarta Tahun 1958-1998. ” commit to user 7

B. Perumusan Masalah