commit to user 66
BAB IV INTERAKSI PEDAGANG MULTIETNIS PASAR KLEWER
SURAKARTA TAHUN 1958-1998
A. Etos Kerja Pedagang
Etos  berasal  dari  bahasa  Yunani,  yaitu
ethikos
yang  artinya  moral  atau  hal  yang menunjukkan  karakter  moral.  Bahasa  Yunani  kuno  dan  modern,  etos  mempunyai  arti
sebagai  keberadaan  diri,  jiwa  dan  pikiran  yang  membentuk  seseorang.  Bahkan  dapat dikatakan  bahwa  etos  pada  dasarnya  adalah  tentang  etika.  Etika  bukan  hanya  dimiliki
oleh bangsa tertentu. Masyarakat dan bangsa apapun mempunyai etika, hal ini merupakan nilai-nilai yang universal. Nilai-nilai etika yang dikaitkan dengan etos kerja seperti rajin,
bekerja  keras,  berdisiplin  tinggi,  menahan  diri,  ulet,  tekun  dan  nilai-nilai  etika  lainnya dapat juga dijumpai pada masyarakat dan bangsa lain.
1
Pemahaman tentang etos kerja dapat digambarkan sebagai sebuah cara hidup yang tersirat  dari  masalah-masalah  yang  dilukiskan  berupa  pandangan  dunia.  Pengertian  etos
kerja  menurut  Cliffort  Geertz,  yaitu  sikap  yang  mendasar  terhadap  diri  dan  dunia  yang dipancarkan  oleh  hidup  dan  direfleksikan  dalam  aktifitas  kehidupan  sehari-hari  sebagai
watak  yang  khas,  sedangkan  kerja  secara  etimologis  diartikan  sebagai  kegiatan  untuk melakukan sesuatu. Jadi etos kerja mempunyai arti sebagai sumber semangat atau sumber
motifasi seseorang melakukan kegiatan yang bersifat fisik maupun kegiatan yang bersifat kerohanian.
2
1
http:www.posindonesia.co.id, diakses tanggal 10 Oktober 2010
2
Taufik Abdullah, 1982, Agama, Etos Kerja dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta: LP3ES, hal: 3
commit to user 67
Berdasarkan  hal  tersebut  dapat  diambil  pengertian  bahwa  disamping menghasilkan  sesuatu,  manusia  juga  dapat  mengekspresikan  diri  dalam  melakukan
pekerjaannya. Kerja berfungsi sebagai simbol yang menunjukkan suatu nilai atau makna tertentu.  Kerja  sebagai  aktifitas  dalam  kehidupan  manusia  yang  menjadi  suatu  kegiatan
untuk  mengisi  sebagian  besar  dalam  kehidupannya.  Etos  kerja  juga  merupakan  respon yang dilakukan seseorang, kelompok atau masyarakat terhadap kehidupan sesuai dengan
keyakinannya masing-masing. Setiap keyakinan mempunyai sistem nilai dan setiap orang yang  menerima  keyakinan  tertentu  berusaha  untuk  bertindak  sesuai  dengan
keyakinannya. Etos kerja juga mempunyai arti:
1. Etos  kerja  merupakan  perilaku  khas  suatu  komunitas  atau  organisasi,  mencangkup
motivasi  yang  menggerakkan,  karakteristik  utama,  spirit  dasar,  pikiran  dasar,  kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi, keyakinan, prinsip-prinsip.
2. Dasar  motivasi  yang  terdapat  dalam  budaya  suatu  masyarakat  yang  menjadi
penggerak suatu masyarakat pendukung budaya tersebut untuk melakukan kerja. 3.
Keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku bagi seseorang, sekelompok orang.
4. Nilai-nilai  tertinggi  dalam  gagasan  budaya  masyarakat  terhadap  kerja  yang  dapat
menjadi penggerak masyarakat untuk melakukan kerja. 5.
Pandangan  hidup  yang  khas  dari  suatu  masyarakat  terhadap  kerja  yang  dapat mendorong keinginan masyarakat untuk melakukan pekerjaan.
Pada  umumnya  motivasi  orang  bekerja  agar  dapat  memenuhi  kebutuhan hidupnya.  Faktor  yang  mempengaruhi motivasi  kerja seseorang sangat  banyak misalnya
commit to user 68
rekan kerja, kebijaksanaan dan peraturan, jenis pekerjaan dan tantangan. Etos kerja yang tinggi biasanya muncul karena adanya tantangan, harapan dan kemungkinan sesuatu yang
menarik. Hal ini akan menyebabkan manusia itu bekerja dengan rajin, teliti, berdedikasi dan  bertanggung  jawab  dengan  besar.  Kemunculan  etos  kerja  bagi  masyarakat  dengan
sendirinya merupakan suatu karakter yang telah menjadi watak bagi pelakunya. Etos  kerja  masyarakat  lahir  dan  berkembang  berdasarkan  standart  dan  norma-
norma  yang  dijadikan  orientasi  warga  masyarakat.  Secara  umum  tolok  ukur  atau indikator  dari  perilaku  yang  mencerminkan  etos  kerja  adalah  efisiensi,  kerajinan,
kerapian,  sikap  tepat  waktu,  kesederhanaan,  kejujuran,  sikap  mengakui  rasio  dalam mengambil  keputusan  dan  tindakan.  Kesediaan  untuk  berubah,  kegesitan  dalam
menggunakan  kesempatan  yang  ada,  bekerja  secara  energis,  bersandar  pada  kekuatan sendiri, mau bekerja sama dan mau memandang ke masa depan.
Dasar etos kerja orang Jawa sebenarnya lebih mementingkan keselarasan dengan sesama anggota masyarakatnya, dengan alam lingkungan dan Tuhannya. Keselarahan dan
keharmonisan  bisa  terlaksana  apabila  orang  itu  tindakannya  sesuai  dengan  etika-etika yang  ada.  Masyarakat  Jawa  yang  banyak  tinggal  di  pedesaan  memegang  etika-etika
tersebut  dalam  kehidupan sehari-hari. Tinggi  rendahnya etos  kerja masyarakat  pedesaan sangat ditentukan oleh sejumlah faktor  tertentu seperti pola pemilikan tanah, dan faktor
produksi lainnya, serta tersedia atau tidaknya lapangan kerja diluar sektor pertanian. Jika sektor pertanian sudah tidak mendukung lagi, maka harus ada peluang pekerjaan lain di
luar sektor pertanian, agar masyarakat tetap mempunyai semangat kerja yang tinggi.
3
Dalam  kebudayaan  Jawa,  kerja  diibaratkan  sebagai  suatu  kewajiban  hidup  yang utama,  karena  berpangkal  dari  aspek  inilah  kelangsungan  hidup  manusa  secara  material
3
http:www.posindonesia.co.id, diakses tanggal 10 Oktober 2010
commit to user 69
dapat dipenuhi.
4
Tidak dapat disangsikan lagi bahwa kerja diperlukan untuk tetap hidup dan  kerja  merupakan  bagian  dari  setiap  manusia.  Dasar  etos  kerja  atau  semangat  kerja
para pedagang Pasar Klewer lebih mengutamakan keselarasan hubungan dengan sesama anggota  masyarakat,  dengan  alam  lingkungan  dan  dengan  Tuhannya.  Segalanya  akan
dapat  tercapai  bila  sesuai  dengan  etika  yang  ada  dan  disepakati  bersama.  Sikap-sikap seperti ini terjadi pada masyarakat pedagang di Pasar Klewer.
Etos  kerja  merupakan  suatu  perilaku  khas  yang  dimiliki  oleh  setiap  komunitas atau etnis. Misalnya orang Jawa rata-rata memiliki etos kerja untuk saling gotong royong,
saling membantu, bersikap sopan yang masih dapat ditemukan. Keturunan Cina maupun Arab tidak membatasi  dalam perdagangan. Sifat  kerja mereka pun dapat  dikatakan ulet,
tekun,  teliti,  kerja  keras,  pantang  menyerah  dan  tidak  membuang  waktu.  Berdasarkan sifat ketekunan yang dimiliki oleh orang Cina maupun Arab, sehingga membuat mereka
dapat  menguasai  sektor  perdagangan  dalam  partai  besar.  Hal  ini  dapat  dilihat  di  Pasar Klewer, disana banyak pedagang dari etnis Cina dan Arab yang memiliki kios lebih dari
satu dan menjual dalam partai besar. Setiap orang atau kelompok memiliki budaya dagang sendiri-sendiri, seperti para
pedagang  di  Pasar  Klewer  yang  terdiri  dari  beberapa  etnis  yaitu  Jawa,  Cina  dan  Arab. Etnis  Arab  yang  merupakan  masyarakat  muslim,  mereka  membangun  mengenai
pengertian etos kerja sebagai semangat kerja yang didasari oleh norma-norma atau nilai- nilai  tertentu.  Etos  kerja  menentukan  penilaian  manusia  yang  diwujudkan  dalam  suatu
pekerjaan, maka akan menentukan hasil yang akan diperoleh. Dengan adanya keterkaitan yang  erat  antara  etos  kerja  dan  daya  tahan  manusia  di  bidang  ekonomi,  maka  dengan
semakin progresif etos kerja suatu masyarakat akan memperoleh hasil yang baik.
4
Koentjaraningrat, 1982, Kebudayaan Jawa, Jakarta: Balai Pustaka, hal: 437
commit to user 70
Nilai  agama  dan  kultural  dapat  memberikan  dorongan  kepada  seseorang  atau kelompok untuk mencapai prestasi tertentu, terutama dalam bidang ekonomi. Kelompok-
kelompok  tertentu  yang  menjalankan  syariat  agama  dengan  lebih  bersungguh-sungguh, dalam  kehidupan  sosial  dan  pribadinya,  kelihatan  lebih  mampu  beradaptasi  dalam
kehidupan ekonomi. Keterkaitan yang kuat antara agama islam dengan aktivitas ekonomi merupakan kegiatan ekonomi dalam islam. Islam pada prinsipnya mengajarkan kebaikan
dan telah mengatur kehidupan umatnya di dunia dan di akherat. Suku-suku  bangsa  Indonesia  memang  memiliki  kesesuaian  antara  pendalaman
penghayatan terhadap Islam dengan semangat dalam kehidupan ekonomi. Misalnya pada akhir  penjajahan  Belanda,  suku  Banjar,  Minangkabau  dan  Aceh  secara  relatif  lebih
menunjukkan kemampuan beradaptasi dalam hal ekonomi yang pada saat itu didominasi oleh  kolonial.  Sehingga  gerakan  syariat  Islam  pertama  muncul  pada  saat  penjajahan
Belanda  berawal  dari  kalangan  pedagang-pedagang  Islam  yang  sadar  akan  persaingan golongan bukan bumi putera.
5
Prinsip  etika  ekonomi  pada  hakekatnya  adalah  menjalankan  bisnis  yang  jujur sesuai dengan
aqidah
agama. Oleh karena itu, tujuan manusia pada bidang ekonomi tidak dapat  dilepaskan  dari  tujuan  hidup.  Kegiatan  ekonomi  manusia  menyatu  dengan  status
manusia  sebagai  khalifah  maka  kegiatan  ekonomi  manusia  untuk  mensejahterakan seluruh  bumi  serta  menjaga  kelestariannya,  sedangkan  dalam  ibadah  maka  kegiatan
tersebut hendaknya ditujukan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
6
5
Jusuf  Harsono  dan  Slamet  Santoso,  2006,  “Etos  Kerja  Pengusaha  Muslim  Perkotaan  di  Kota Ponorogo”, dalam Jurnal Penelitian Humaniora edisi khusus Juni 2006, Surakarta: UMS, hal: 8
6
Ibid, hal: 3-4
commit to user 71
Menururt penuturan salah seorang pedagang Pasar Klewer keturunan Arab, yaitu Aminah,  ada  beberapa  hal  yang  mendorong  etos  kerja  yang  tinggi  selain  modal  yang
cukup  untuk  usaha  juga  pengalaman,  ketrampilan  dan  sesuai  dengan  syariat  agama. Karena  dengan  adanya  etos  kerja  yang  tinggi  maka  akan  mampu  mendorong
perkembangan  usaha  mereka  meskipun  dalam  tingkatan  yang  berbeda-beda.
7
Berdasarkan  uraian  tersebut  dapat  digambarkan  mengenai  faktor  yang  mendorong  etos kerja pedagang di Pasar Klewer, antara lain:
Budaya dagang dari orang Cina yaitu mereka mempercayai adanya
Hopeng, Feng sui
dan
Hokie
,  yang  merupakan  nilai,  kepercayaan  dan  juga  mitos  yang  dipakai  dalam menjalankan  bisnis  atau  berdagang.  Sebagian  pedagang  Cina  ada  yang  mempercayai
akan  ketiga  hal  tersebut,  namun  ada  juga  yang  tidak.  Sebagian  pedagang  Cina  di  Pasar Klewer juga memperhatikan tentang
Feng Sui
yang dapat mempengaruhi nasib baik dan buruk manusia.
Feng Sui
menunjukkan bagian-bagian atau bidang tertentu serta wilayah yang sesuai dengan keberuntungan baik dalam hidup sehari-hari maupun dalam kegiatan
perdagangan.
7
Wawancara dengan Aminah, tanggal 4 Oktober 2010
MOTIF: Religi
Ekonomi Sosial
MODAL: Semangat
Ketrampilan Pengalaman
ETOS KERJA Berkembangnya
usaha para pedagang Muslim
di Pasar Klewer
commit to user 72
Kepercayaan  lain  yang  dipegang  oleh  orang  Cina  adalah
Hokie.  Hokie
ini  lebih dipersepsikan mengenai bagaimana menyiasati nasib agar selalu mendapatkan hasil yang
baik.  Orang  Cina  memiliki  kepercayaan  bahwa  sebuah  bisnis  yang  ditekuni  dengan sungguh-sungguh  dan  serius,  maka  akan  menemukan
Hokie-
nya.  Artinya,  meskipun dimulai  dengan  usaha  dan  kerja  keras  namun  harus  diyakini  juga  bahwa  pada  saatnya
usaha  itu  akan  mencapai  puncaknya.  Konsep
Hokie
menjadi  penting  karena  untuk menghindarkan  mereka  dari  sikap  fatalistik  atau  pesimistik  pada  saat  mengalami
permasalahan  atau  benturan-benturan.
8
Benda-benda  yang  dianggap  mendatangkan
Hokie
,  seperti
The  Lucky  Cat
.  Banyak  para  pedagang  Cina  di  Pasar  Klewer  yang memajang benda tersebut di dalam kios mereka.
Budaya  dagang  keturunan  Cina,  Arab  maupun  Jawa  termasuk  orang  Banjar memiliki pandangan yang cenderung sama, yaitu mereka melakukan cara untuk berusaha
menjaga  hubungan  baik  dengan  para  pelanggan,  konsumen,  pemasok,  pemerintah  dan lingkungannya. Cara bersikap itu merupakan manifestasi norma kehidupan berdasar pada
kehormatan  dan  keharmonisan.  Sistem  pemasaran  yang  dipakai  oleh  para  pedagang pribumi  Jawa  dan  Banjar  cenderung  bersikap  mengajak  para  pendatang  baru  untuk
bekerja  sama,  sedangkan  para  pedagang  keturunan  Cina  dan  Arab  cenderung  untuk melakukan kemampuannya secara optimal tanpa melakukan kerja sama.
9
8
Cahyo Adi Utomo, 2010, “Peran Etnis Cina dalam Perdagangan di Surakarta pada Tahun 1959- 1998”, Skripsi, Surakarta: FSSR UNS, hal: 87
9
Daryono,  2007,  Etos  Dagang  Orang  Jawa  Pengalaman  Raja  Mangkunegara  IV,  Semarang: Pustaka Pelajar, hal: 306-307
commit to user 73
B. Jaringan Interaksi dalam Bidang Sosial Ekonomi