Etnis Cina Asal Usul Pedagang Pasar Klewer

commit to user 45 Pada awalnya para pedagang pribumi ini berjualan secara berkeliling atau menjadi pedagang kaki lima, namun oleh pemerintah dirasa sangat mengganggu arus lalu lintas maka para pedagang ini dipindahkan pada lokasi tertentu. Misalnya para pedagang yang menjual tekstil ini, yang kemudian dipindahkan ke Pasar Klewer. Pasar klewer ini pada awalnya yang berdagang adalah etnis Jawa yaitu berdagang batik, namun barang yang didapat selain dari orang pribumi itu sendiri juga dari orang-orang Cina. Dan setelah mengalami perkembangan, banyak pedagang dari berbagai golongan yang ikut berdagang. Di Pasar Klewer ini mayoritas pedagangnya adalah orang pribumi yang berasal baik dari daerah Surakarta maupun daerah di sekitarnya.

b. Etnis Cina

Kehadiran orang Cina di Surakarta sudah ada sejak tahun 1745, bersamaan dengan Paku Buwana II yang memindahkan ibu kota Kerajaan Mataram dari Kartasura ke Surakarta. Tempat tinggal orang Cina di Surakarta dilokasikan di kampung Balong, suatu kampung pecinan yang dibangun sejak jaman Kompeni dan berlanjut pada masa kolonial. Antara tahun 1904 hingga 1910, atas desakan organisasi atau gerakan nasionalis di kalangan orang-orang Cina di Indonesia, maka pada tahun 1911 pemerintah kolonial mengabulkan tuntutan untuk menghapuskan wijkenstelsel dan passenstelsel , sehingga pemukiman Cina tidak lagi mengelompok pada suatu tempat atau lokasi tertentu, tetapi menyebar ke tempat atau lokasi lain. Sejak peraturan yang membatasi ruang gerak orang Cina dihapuskan, dan bersamaan dengan makin bertambahnya jumlah orang-orang commit to user 46 Cina pendatang baru, maka orang-orang Cina tidak harus tinggal di kampung pecinan. 14 Sebagian besar etnis Cina di Surakarta tinggal di kota. Pada umumnya tempat tinggal mereka merupakan deretan rumah yang berhadap-hadapan di sepanjang jalan utama. Deretan rumah-rumah itu merupakan rumah-rumah petak di bawah satu atap dan tidak memiliki pekarangan seperti orang pribumi. Model perkampungan semacam ini nampak di daerah Pasar Legi, Pasar Gede dan daerah Secoyudan. Perubahan rumah model tradisional ke model baru telah dilakukan oleh orang Cina yang tinggal di pinggir jalan besar. Bentuk rumahnya adalah bertingkat sesuai dengan kebutuhan keluarga yang tinggal. Sedangkan di Kampung Balong bentuk rumah etnis Cina yang tinggal di daerah ini tetap dan hanya ada sedikit perubahan. Adapun ciri khas dari rumah-rumah etnis Cina tradisional adalah pada ujung atapnya yang selalu lancip dan ada ukir-ukiran yang berbentuk naga. Rumah-rumah yang mempunyai tipe seperti ini banyak ditemukan di Kampung Sudiroprajan dan di daerah Purwasari, Kratonan dan Pasar Legi. 14 Benny Juwono, 1999, “Etnis Cina di Surakarta 1890-1927: Tinjauan Sosial Ekonomi” dalam Lembaran Sejarah Volume 2, No. 1, hal: 51,63 dan 69 commit to user 47 Tabel 3 Persebaran penduduk Cina di lima Kecamatan Kota Surakarta tahun 1996 No Kecamatan Penduduk Cina Penduduk seluruhnya Jumlah Jumlah 1. Laweyan 1.715 1,7 102.623 100 2. Serengan 4.617 7,5 61.765 100 3. Pasar Kliwon 2.529 3,1 83.039 100 4. Jebres 8.765 6,9 128.606 100 5. Banjarsari 6.497 4,1 159.725 100 Total 23.610 4,4 535.787 100 Sumber: Rustopo, 2007: 70 Masyarakat Cina di Surakarta, juga seperti yang tinggal di kota-kota lain, dibedakan antara peranakan dan totok . Peranakan adalah mereka yang sudah lama tinggal di Indonesia, sudah berbaur dengan masyarakat pribumi, berbahasa Indonesia dan bahasa daerah setmpat, serta berperilaku seperti pribumi. Kaum peranakan atau yang biasa disebut dengan babah ini tinggal di perkampungan- perkampungan dalam kota. Mereka hidup berdampingan dengan kelompok pribumi Jawa dan menjalin hubungan yang baik dalam kehidupan sosial mereka, karena mereka menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari, maka orang Cina peranakan tersebut banyak yang mengikuti organisasi masyarakat sekitar, terutama dengan orang pribumi. Adapun totok adalah orang-orang Cina pendatang baru, baru sekitar satu- dua generasi, dan berbahasa Cina. Akan tetapi dengan berhentinya imigrasi dari daratan Tiongkok, jumlah Cina totok semakin menurun, dan keturunan Cina totok sudah mengalami peranakanisasi. Menurut hukum kolonial, hak orang Cina commit to user 48 peranakan sebagai warga negara lebih besar dari pada orang-orang keturunan totok. Masyarakat Cina totok datang belakangan, mereka datang dengan menumpang kapal dagang dan mengajak keluarga mreka untuk mencari kehidupan yang lebih baik di tanah perantauan. Dengan menumpang kapal-kapal dagang tersebut, mereka kemudian mendirikan kelompok-kelompok pemukiman baru. 15 Mulai dekade ketiga abad ke-20, orang-orang Cina di Surakarta mulai menempati daerah strategis seperti Nonongan dan Coyudan. Tahun 1960-an pedagang-pedagang Cina sudah menyebar ke lokasi-lokasi yang strategis, seperti jalan-jalan di sekitar Pasar Legi, sekitar Pasar gede, dan Pasar Singosaren. Pada masa Orde Baru 1966-1998 hampir semua lokasi strategis atau jalan-jalan utama di Kota Surakarta ditempati oleh pedagang Cina. Pada tahun 1970-an merupakan awal pedagang tekstil Cina masuk Pasar Klewer, ketika pasar itu manjadi pusat perdagangan dan bursa tekstil seiring dengan keyajaan industri batik dan tenun. 16

c. Etnis Arab