commit to user 38
kemajuan pembangunan, maka Pemerintah melakukan renovasi pasar hingga mencapai bentuk seperti yang sekarang ini.
B. Keadaan Pasar Klewer
Keadaan atau kondisi pasar pada dasarnya, seperti pasar tradisional pada umumnya, yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk mengadakan
transaksi jual-beli. Bila dilihat dalam pengertian yang lebih luas lagi, pasar merupakan sarana pendistribusian semua hasil produksi dan kebudayaan
masyarakat. Pada hakekatnya baik penjual maupun pembeli yang datang ke pasar tradisional masing-masing berusaha mendapatkan tambahan pendapatan guna
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kota Surakarta merupakan daerah yang memiliki potensi yang besar dalam
bidang perdagangan. Sebagai usaha dalam memperlancar perdagangan tersebut Pemerintah Daerah Kota Surakarta berusaha meningkatkan kualitas pasar. Salah
satunya adalah Pasar Klewer, pada awalnya keadaan bangunan Pasar Klewer ini seperti Pasar Gedhe, karena pasar ini kemudian mengalami perkembangan yang
cukup pesat sehingga memerlukan lokasi permanen dan stategis. Pasar tekstil dan batik terbesar di Surakarta adalah Pasar Klewer, yang terletak di sebelah barat
Keraton Surakarta atau di sebelah selatan Masjid Agung Surakarta. Lokasi pasar ini termasuk wilayah Secoyudan, Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon
Surakarta. Tahun 1965 muncul gagasan dari para pedagang untuk mewujudkan pembangunan pasar tersebut menjadi pasar yang permanen. Dana yang
dipergunakan untuk pembangunan pasar berasal dari pedagang dan Pemerintah
commit to user 39
Kota Surakarta. Oleh Pemerintah Daerah pelaksanaan proyek pembangunan pasar diserahkan kepada pihak swasta.
Pada awalnya rencana renovasi bangunan Pasar Klewer ini akan dibuat empat lantai, namun tidak dijinkan oleh pihak Keraton. Karena bangunan pasar
yang terdiri dari empat lantai ini akan menghalangi bangunan Keraton yaitu Sanggabuwana. Saat pelaksanaan pembangunan dilakukan, para pedagang
kemudian dipindahkan di Alun-alun Utara. Pembangunan pasar ini dilaksanakan oleh PT. Sahid yang bekerja sama dengan Bank Bumi Daya sekarang menjadi
Bank Mandiri. Pada tanggal 9 Juni 1971 bangunan pasar yang baru telah selesai
pengerjaanya dan diresmikan menjadi Pasar Klewer. Pasar ini merupakan pasar yang sudah permanent dan berlantai dua. Pasar Klewer memiliki areal seluas
kurang lebih sekitar 135 m x 65 m, yang tersdiri dari 1370 kios. Kios yang digunakan untuk berjualan batik dan tekstil berjumlah 1370 buah, dan kebanyakan
dari kios tersebut dimiliki oleh WNI non pribumi Arab dan Cina.
Tabel 2
Jumlah Pedagang batik dan Tekstil pemilik kios di Pasar Klewer No
Golongan Jumlah
Batik Tekstil
1. Pribumi
670 270
400 2.
Non Pribumi -
Cina -
Arab 610
90 290
60 320
30 Jumlah
1370 620
750 Sumber: Himpunan Pedagang Pasar Klewer, tahun 1984
Pada tahun 1998 Pasar Klewer memiliki luas sebesar 13.461,68 m², jumlah kios sebanyak 2.064 buah, jumlah los sebanyak 40 petak, tidak memiliki
commit to user 40
pelataran. Jumlah pedagang di Pasar Klewer sebanyak 2.046 orang, sedangkan untuk pedagang oprokan sebanyak 450 orang. Lokasi pasar Klewer ini semula
merupakan pasar burung, tetapi jauh sebelumnya di tempat ini merupakan tempat berkumpulnya para pedagang batik tradisional.
7
Kios yang terletak dilantai bawah pada umumnya digunakan oleh para pedagang pengecer tekstil, batik dan sebagian kecil pedagang emas. Tetapi
dilantai bawah ini terdapat pula beberapa kios yang berperan sebagai pedagang besar atau grosir, terutama bahan produk tekstil. Selain itu, toko-toko yang
terletak di bagian barat lantai bawah, pada umumnya ditempati oleh pedagang emas dan perhiasan. Di sepanjang trotoar depan toko di kompleks Pasar Klewer,
di setiap pintu-pintu masuk pasar, di lorong-lorong dalam pasar dan dipinggiran anak tangga menuju lantai atas, dipenuhi oleh para pedagang kecil pedagang kaki
lima yang menjajakan dagangannya, sebagian besar barang-barang produk tekstil dan batik. Para pedagang makanan tidak ada yang membuka warung di dalam
pasar. Selain karena dilarang oleh pengelola pasar, juga karena mereka ini tidak mampu memiliki sebuah kios di pasar Klewer.
Lantai atas selain digunakan oleh pedagang pengecer, banyak sebagian besar pedagang besar menempati kios-kios disini. Jika pedagang besar batik lebih
banyak di lantai bawah, maka di lantai atas kebanyakannya adalah pedagang besar kain tekstil dan produksi tekstil. Sudah seperti ada kesepakatan dikalangan
pedagang pasar, mereka tidak mau melayani pembeli eceran. Meskipun demikian pedagang besar ini juga melayani pembeli siapapun asal tidak eceran, mulai dari
partai kecil, misalnya seperempat losin atau seperempat kodi hingga partai besar.
7
Hari Mulyadi, dkk, 1999, Runtuhnya Kekuasaan Keraton Alit: Studi Radikalisasi Sosial Wong Solo dan Kerusuhan Mei 1998 di Surakarta
, Surakarta: LPTP, hal: 266
commit to user 41
Barang dagangan produk tekstil selain dari pabrik besar, juga diperoleh dari para pengrajin konveksi, baik dari kota Surakarta atau kota-kota disekitarnya, misalnya
dari Wedi Klaten.
8
Bangunan pasar di sebelah timur, pada awalnya merupakan terminal bemo sekitar tahun 1962-19661967, jumlah bemo sekitar 70 buah dan dibagi menjadi
empat jurusan, yaitu: Kartasura, Bekonang, Karanganyar dan Sukoharjo, dengan retribusi parkir hanya RP 50,-.
9
Namun setelah itu digunakan pedagang PKL untuk berjualan makanan dan buah. Pada pertengahan tahun 80-an dilakukan
pembangunan seperti halnya bangunan Pasar Klewer bagian barat namun yang bagian timur ini hanya satu lantai,dengan jumlah kios sekitar 600 buah. Setelah
diresmikan pada tahun 1986, para pedagang ini menjual kios mereka ke pedagang lain dan mereka menjadi PKL disekitar Pasar Klewer. Selain banyak ditempati
oleh pedagang-pedagang partai kecil, juga terdapat pedagang besar. Pasar Klewer saat itu, sudah penuh dengan pedagang, baik itu pedagang
lokal maupun pedagang asing. Para pedagang tersebut harus memiliki KTPP Kartu Tanda Pengenal Pedagang baik Pedagang kios maupun PKL. Dan para
pedagang yang memiliki kios diwajibkan memiliki SIP Surat Ijin Penempatan atau SHP Surat Hak Penempatan yang berlaku seumur hidup, namun tiap 3
tahun sekali harus melakukan heregritasi. Sistem kepemilikan kios ini dapat dilakukan berdasarkan keturunan, warisan, bahkan membeli maupun sistem
8
Ibid, hal: 167
9
Dharma Kanda , “Wiwit „Perko’ Nganti Klewer, ana sing mung Dolanan Simpoa”, terbit
September 1978, hal: III
commit to user 42
kontrak antar pedagang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Humas HPPK, di Pasar Klewer terdapat tiga kelas kios
10
, yaitu: 1.
Kelas Toko Pada kelas ini banyak terdapat di depan dan belakang jalan sekitar Pasar
Klewer Surakarta dan sangat jarang. Ukuran kios ini yaitu 3 x 3½ m dan rata-rata dimiliki oleh pedagang non pribumi, baik Cina maupun Arab.
Kios-kios tersebut dipergunakan untuk berjualan tekstil dan batik. 2.
Kelas Mini Untuk kios-kios yang berukuran mini ini memiliki ukuran 2 x 2½ m, dan
letak kios ini rata-rata di tengah Pasar Klewer. Pemilik kios ini hampir merata, yaitu baik orang pribumi orang Jawa maupun Banjar, dan non
pribumi Cina dan Arab. Kios ini untuk berjualan batik, konveksi dan emas.
3. Kelas Supermini
Untuk ukuran kios ini yaitu 1 x 2 m. Letak kios ini di pinggiran Pasar Klewer dan pasar bagian timur.
Sistem retribusi yang dikenakan kepada setiap pedagang ini berneda antara pedagang pemilik kios dengan pedagang kaki lima. Pada tahun 1983 pemungutan
biaya retribusi untuk para pedagang pemilik kios atau yang memiliki SHP sebesar Rp 3.000,-, sedangkan untuk pedagang kaki lima atau yang memiliki KTPP
sebesar Rp 1.000,-. Hal ini berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor: 5 Tahun 1983 tentang Pasar. Namun pada tahun
1993 pemungutan retribusi dinaikan dan bagi para pedagang pemilik kios ini
10
Wawancara dengan Atmanto pada tanggal 8 Oktober 2010
commit to user 43
dibedakan menjadi beberapa kelas, seperti: Kelas I kelas toko sebesar Rp 10.000,- , kelas II kelas mini sebesar Rp 8.000,-, dan untuk kelas III kelas
supermini sebesar Rp 6.000,-; sedangkan untuk para pedagang kaki lima yang memiliki KTPP menjadi Rp 2.000.-.
Konsumen Pasar Klewer ini terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari lapisan kelas bawah sampai lapisan menengah. Kebanyakan para
konsumen tersebut adalah para pedagang dengan alasan harga yang ditawarkan oleh pedagang sifatnya murah, dan dapat ditawar sehingga banyak pedagang yang
mencari barang di Pasar Klewer. Tidak hanya para pedagang saja, tetapi juga ada wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang berbelanja tekstil di Pasar
Klewer.
C. Asal Usul Pedagang Pasar Klewer