Keadaan Pasar Klewer PERKEMBANGAN PASAR KLEWER TAHUN 1958-1998

commit to user 38 kemajuan pembangunan, maka Pemerintah melakukan renovasi pasar hingga mencapai bentuk seperti yang sekarang ini.

B. Keadaan Pasar Klewer

Keadaan atau kondisi pasar pada dasarnya, seperti pasar tradisional pada umumnya, yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk mengadakan transaksi jual-beli. Bila dilihat dalam pengertian yang lebih luas lagi, pasar merupakan sarana pendistribusian semua hasil produksi dan kebudayaan masyarakat. Pada hakekatnya baik penjual maupun pembeli yang datang ke pasar tradisional masing-masing berusaha mendapatkan tambahan pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Kota Surakarta merupakan daerah yang memiliki potensi yang besar dalam bidang perdagangan. Sebagai usaha dalam memperlancar perdagangan tersebut Pemerintah Daerah Kota Surakarta berusaha meningkatkan kualitas pasar. Salah satunya adalah Pasar Klewer, pada awalnya keadaan bangunan Pasar Klewer ini seperti Pasar Gedhe, karena pasar ini kemudian mengalami perkembangan yang cukup pesat sehingga memerlukan lokasi permanen dan stategis. Pasar tekstil dan batik terbesar di Surakarta adalah Pasar Klewer, yang terletak di sebelah barat Keraton Surakarta atau di sebelah selatan Masjid Agung Surakarta. Lokasi pasar ini termasuk wilayah Secoyudan, Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon Surakarta. Tahun 1965 muncul gagasan dari para pedagang untuk mewujudkan pembangunan pasar tersebut menjadi pasar yang permanen. Dana yang dipergunakan untuk pembangunan pasar berasal dari pedagang dan Pemerintah commit to user 39 Kota Surakarta. Oleh Pemerintah Daerah pelaksanaan proyek pembangunan pasar diserahkan kepada pihak swasta. Pada awalnya rencana renovasi bangunan Pasar Klewer ini akan dibuat empat lantai, namun tidak dijinkan oleh pihak Keraton. Karena bangunan pasar yang terdiri dari empat lantai ini akan menghalangi bangunan Keraton yaitu Sanggabuwana. Saat pelaksanaan pembangunan dilakukan, para pedagang kemudian dipindahkan di Alun-alun Utara. Pembangunan pasar ini dilaksanakan oleh PT. Sahid yang bekerja sama dengan Bank Bumi Daya sekarang menjadi Bank Mandiri. Pada tanggal 9 Juni 1971 bangunan pasar yang baru telah selesai pengerjaanya dan diresmikan menjadi Pasar Klewer. Pasar ini merupakan pasar yang sudah permanent dan berlantai dua. Pasar Klewer memiliki areal seluas kurang lebih sekitar 135 m x 65 m, yang tersdiri dari 1370 kios. Kios yang digunakan untuk berjualan batik dan tekstil berjumlah 1370 buah, dan kebanyakan dari kios tersebut dimiliki oleh WNI non pribumi Arab dan Cina. Tabel 2 Jumlah Pedagang batik dan Tekstil pemilik kios di Pasar Klewer No Golongan Jumlah Batik Tekstil 1. Pribumi 670 270 400 2. Non Pribumi - Cina - Arab 610 90 290 60 320 30 Jumlah 1370 620 750 Sumber: Himpunan Pedagang Pasar Klewer, tahun 1984 Pada tahun 1998 Pasar Klewer memiliki luas sebesar 13.461,68 m², jumlah kios sebanyak 2.064 buah, jumlah los sebanyak 40 petak, tidak memiliki commit to user 40 pelataran. Jumlah pedagang di Pasar Klewer sebanyak 2.046 orang, sedangkan untuk pedagang oprokan sebanyak 450 orang. Lokasi pasar Klewer ini semula merupakan pasar burung, tetapi jauh sebelumnya di tempat ini merupakan tempat berkumpulnya para pedagang batik tradisional. 7 Kios yang terletak dilantai bawah pada umumnya digunakan oleh para pedagang pengecer tekstil, batik dan sebagian kecil pedagang emas. Tetapi dilantai bawah ini terdapat pula beberapa kios yang berperan sebagai pedagang besar atau grosir, terutama bahan produk tekstil. Selain itu, toko-toko yang terletak di bagian barat lantai bawah, pada umumnya ditempati oleh pedagang emas dan perhiasan. Di sepanjang trotoar depan toko di kompleks Pasar Klewer, di setiap pintu-pintu masuk pasar, di lorong-lorong dalam pasar dan dipinggiran anak tangga menuju lantai atas, dipenuhi oleh para pedagang kecil pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya, sebagian besar barang-barang produk tekstil dan batik. Para pedagang makanan tidak ada yang membuka warung di dalam pasar. Selain karena dilarang oleh pengelola pasar, juga karena mereka ini tidak mampu memiliki sebuah kios di pasar Klewer. Lantai atas selain digunakan oleh pedagang pengecer, banyak sebagian besar pedagang besar menempati kios-kios disini. Jika pedagang besar batik lebih banyak di lantai bawah, maka di lantai atas kebanyakannya adalah pedagang besar kain tekstil dan produksi tekstil. Sudah seperti ada kesepakatan dikalangan pedagang pasar, mereka tidak mau melayani pembeli eceran. Meskipun demikian pedagang besar ini juga melayani pembeli siapapun asal tidak eceran, mulai dari partai kecil, misalnya seperempat losin atau seperempat kodi hingga partai besar. 7 Hari Mulyadi, dkk, 1999, Runtuhnya Kekuasaan Keraton Alit: Studi Radikalisasi Sosial Wong Solo dan Kerusuhan Mei 1998 di Surakarta , Surakarta: LPTP, hal: 266 commit to user 41 Barang dagangan produk tekstil selain dari pabrik besar, juga diperoleh dari para pengrajin konveksi, baik dari kota Surakarta atau kota-kota disekitarnya, misalnya dari Wedi Klaten. 8 Bangunan pasar di sebelah timur, pada awalnya merupakan terminal bemo sekitar tahun 1962-19661967, jumlah bemo sekitar 70 buah dan dibagi menjadi empat jurusan, yaitu: Kartasura, Bekonang, Karanganyar dan Sukoharjo, dengan retribusi parkir hanya RP 50,-. 9 Namun setelah itu digunakan pedagang PKL untuk berjualan makanan dan buah. Pada pertengahan tahun 80-an dilakukan pembangunan seperti halnya bangunan Pasar Klewer bagian barat namun yang bagian timur ini hanya satu lantai,dengan jumlah kios sekitar 600 buah. Setelah diresmikan pada tahun 1986, para pedagang ini menjual kios mereka ke pedagang lain dan mereka menjadi PKL disekitar Pasar Klewer. Selain banyak ditempati oleh pedagang-pedagang partai kecil, juga terdapat pedagang besar. Pasar Klewer saat itu, sudah penuh dengan pedagang, baik itu pedagang lokal maupun pedagang asing. Para pedagang tersebut harus memiliki KTPP Kartu Tanda Pengenal Pedagang baik Pedagang kios maupun PKL. Dan para pedagang yang memiliki kios diwajibkan memiliki SIP Surat Ijin Penempatan atau SHP Surat Hak Penempatan yang berlaku seumur hidup, namun tiap 3 tahun sekali harus melakukan heregritasi. Sistem kepemilikan kios ini dapat dilakukan berdasarkan keturunan, warisan, bahkan membeli maupun sistem 8 Ibid, hal: 167 9 Dharma Kanda , “Wiwit „Perko’ Nganti Klewer, ana sing mung Dolanan Simpoa”, terbit September 1978, hal: III commit to user 42 kontrak antar pedagang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Humas HPPK, di Pasar Klewer terdapat tiga kelas kios 10 , yaitu: 1. Kelas Toko Pada kelas ini banyak terdapat di depan dan belakang jalan sekitar Pasar Klewer Surakarta dan sangat jarang. Ukuran kios ini yaitu 3 x 3½ m dan rata-rata dimiliki oleh pedagang non pribumi, baik Cina maupun Arab. Kios-kios tersebut dipergunakan untuk berjualan tekstil dan batik. 2. Kelas Mini Untuk kios-kios yang berukuran mini ini memiliki ukuran 2 x 2½ m, dan letak kios ini rata-rata di tengah Pasar Klewer. Pemilik kios ini hampir merata, yaitu baik orang pribumi orang Jawa maupun Banjar, dan non pribumi Cina dan Arab. Kios ini untuk berjualan batik, konveksi dan emas. 3. Kelas Supermini Untuk ukuran kios ini yaitu 1 x 2 m. Letak kios ini di pinggiran Pasar Klewer dan pasar bagian timur. Sistem retribusi yang dikenakan kepada setiap pedagang ini berneda antara pedagang pemilik kios dengan pedagang kaki lima. Pada tahun 1983 pemungutan biaya retribusi untuk para pedagang pemilik kios atau yang memiliki SHP sebesar Rp 3.000,-, sedangkan untuk pedagang kaki lima atau yang memiliki KTPP sebesar Rp 1.000,-. Hal ini berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor: 5 Tahun 1983 tentang Pasar. Namun pada tahun 1993 pemungutan retribusi dinaikan dan bagi para pedagang pemilik kios ini 10 Wawancara dengan Atmanto pada tanggal 8 Oktober 2010 commit to user 43 dibedakan menjadi beberapa kelas, seperti: Kelas I kelas toko sebesar Rp 10.000,- , kelas II kelas mini sebesar Rp 8.000,-, dan untuk kelas III kelas supermini sebesar Rp 6.000,-; sedangkan untuk para pedagang kaki lima yang memiliki KTPP menjadi Rp 2.000.-. Konsumen Pasar Klewer ini terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari lapisan kelas bawah sampai lapisan menengah. Kebanyakan para konsumen tersebut adalah para pedagang dengan alasan harga yang ditawarkan oleh pedagang sifatnya murah, dan dapat ditawar sehingga banyak pedagang yang mencari barang di Pasar Klewer. Tidak hanya para pedagang saja, tetapi juga ada wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang berbelanja tekstil di Pasar Klewer.

C. Asal Usul Pedagang Pasar Klewer