commit to user
16
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA
A. Deskripsi Kota Surakarta
Surakarta merupakan bagian
Vortenlanden
di samping daerah Yogyakarta. Surakarta  yang  sebagai  suatu  wilayah  geografis  dan  administrasi  pemerintahan
mengalami  perkembangan  dan  perubahan.  Perkembangan  kota  Surakarta mengikut  proses  pembentukan  konvensional,  yaitu  dari  suatu  fungsi  agraris  ke
fungsi  non  agraris.  Fungsi  administrasi  pemerintahan  yang  mula-mula  berfungsi sebagai kedudukan feodal kerajaan, untuk selanjutnya dipindahkan pada sistem
pemerintahan kolonial, dan akhirnya sampai pada sistem pemerintahan demokratis dengan status sebagai kotamadya.
Kota Surakarta terletak pada ketinggian 200 meter di atas permukaan laut, di sebelah kiri Bengawan Sala, dan pada kedua belah tepi Sungai Pepe. Sebagian
besar kota tersebut masuk dalam wilayah Kasunanan dan kurang lebih seperlima bagian  merupakan  daerah  Mangkunegaran.  Daerah  Kasunanan  di  dalam  kota
dikenal  dengan  nama  daerah
kidulan
.  Sebutan  ini  mungkin  dihubungkan  dengan letak  keraton  yang  berada  di  sebelah  selatan,  sedangkan  istana  Mangkungaran
terletek di sebelah utara jalan raya Purwasari dan jalan trem yang menghubungkan Boyolali dan Wonogiri yang seakan-akan menjadi batas kedua daerah tersebut.
1
Kota  Surakarta  sebagai  pusat  kerajaan  tradsional  Mataram,  menunjukkan ciri-ciri  feodal  agraris  karena  letak  geografisnya  yang  dikelilingi  oleh  daerah
pertanian. Selain faktor geografis, pertumbuhan dan perkembangan kota Surakarta
1
Darsiti Soeratman, 2000, Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939, Yogyakarta: Penerbit Taman Siswa, hal: 84
commit to user 17
tidak lepas dari faktor politik saat itu. Pengaruh politik dari Belanda yang semakin intensif  terutama  di  Pulau  Jawa,  yang  ikut  menentukan  pertumbuhan  kota
Surakarta, yakni kota Surakarta dijadikan sebagai pusat administrasi pemerintahan kolonial.  Ikut  campurnya  pemerintah  asing  ini  mengakibatkan  masuknya  unsur-
unsur asing.
1. Keadaan Penduduk
Penduduk  atau  masyarakat  merupakan  salah  satu  komponen  terpenting dalam  masalah  perkotaan.  Pertumbuhan,  perkembangan,  serta  penyebarannya
sering  kali  menimbulkan  efek  sosial  yang  menjadi  perhatian  pemerintah  daerah setempat.  Perkembangan  penduduk  yang  cepat  menyebabkan  struktur  penduduk
mengalami  perkembangan  juga.  Struktur  penduduk  dari  segi  mata  pencaharian akan  mengalami  varias  yang  labil.  Mata  pencaharian  penduduk  akan  berubah
seiring  dengan  perkembangna  ekonomi  dan  potensi  yang  ada.  Kependudukan merupakan  salah  satu  bidang  yang  menjadi  perhatian  pemerintah  dalam  proses
pembangunan,  dimana  dalam  masalah  kependudukan  nantinya  akan  memuat kuantitas  penduduk  seperti  jumlah  penduduk,  persebaran  penduduk,  angkatan
kerja serta kualitas penduduk seperti pendidikan dan  kesehatan. Seperti  penduduk  Surakarta  yang  bersifat  homogen.  Dalam  hal
pemukiman, tampak adanya segregasi yang nyata antara lapisan penduduk. Hal ini sesuai  dengan  pembagian  pelapisan  sosial  yang  dilakukan  oleh  pemerintah
Belanda  pada  tahun  1854  dengan  membagi-bagi  penduduk  menjadi  tiga kelompok,  yaitu  Eropa
Europeesche,
Timur  Asing
Vreemde  Oosterlingen
seperti Cina, Arab, India dan yang terakhir adalah Pribumi
Inlanders.
2
2
Cahyo  Adi  Utomo,  2010,  “Peran  Etnis  Cina  dalam  Perdagangan  di  Surakarta  pada Tahun 1959-
1998”, Skripsi, Surakarta: FSSR UNS, hal: 35