30 jikadengan pereaksi kuning titan 0,1 dan natrium hidroksida 2 N menghasilkan
endapan berwarna merah terang. Hasil pengukuran dengan spektrofotometer serapan atom menunjukkan
adanya absorbansi kalsium pada panjang gelombang yaitu 422,7, besi 248,3 nm dan magnesium 285,2 nm sesuai dengan literatur Khopkar, 1985. Hal ini juga
membuktikan bahwa sampel mengandung mineral kalsium, besi dan magnesium
4.2 Analisis Kuantitatif
4.2.1 Kurva Kalibrasi Kalsium, Besi dan Magnesium
Kurva kalibrasi larutan baku kalsium, besi dan magnesiumdapat dilihat pada Gambar 4.1, Gambar4.2 dan Gambar 4.3.
Absorbansi Y = 0,0191657 X – 0,0005809524
Konsentrasi µgml Gambar 4.1
Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium
Absorbansi Y= 0,0047143 X – 0,0000047619
Konsentrasi µgml Gambar 4.2
Kurva Kalibrasi Larutan Baku Besi
Universitas Sumatera Utara
31
Absorbansi Y= 0,1029986 X + 0,01042381
Konsentrasi µgml Gambar 4.3
Kurva Kalibrasi Larutan Baku Magnesium Kurva kalibrasi kalsium, besi dan magnesium diperoleh dengan cara
mengukur absorbansi dari larutan baku kalsium, besi dan magnesium pada panjang gelombang masing-masing. Dari pengukuran kurva kalibrasi untuk ketiga
mineral tersebut diperoleh persamaan garis regresi yaituY = 0,0191657 X – 0,0005809524 pada kalsium, Y= 0,0047143 X – 0,0000047619 pada besi dan Y=
0,1029986 X + 0,01042381 pada magnesium. Keterangan:
X = Konsentrasi µgml Y = Absorbansi
Berdasarkan kurva di atas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi r kalsium sebesar
0,9997,besi sebesar0,9996 dan magnesium sebesar 0,9996. Nilai r ≥ 0,97
menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X konsentrasi dan Y absorbansi Ermer dan McB. Miller, 2005. Data hasil
pengukuran absorbansi larutan baku kalsium, besi, dan magnesium serta perhitungan persamaan garis regresi dapat dilihat pada Lampiran 8, Lampiran 9
dan Lampiran 10, Halaman 47, 49, 51.
Universitas Sumatera Utara
32
4.2.2 Analisis Kadar Kalsium, Besi dan Magnesium pada Daging Ikan Cakalang Segar dan Cakalang Loin Masak
Penentuan kadar kalsium, besi
dan magnesium
dilakukan secaraSpektrofotometriSerapan Atom dimana sampel terlebih dahulu didestruksi.
Proses destruksi dalam preparasi sampel digunakan untuk memutuskan ikatan antara senyawa organik dengan mineral yang dianalisis sehingga mineral terbebas
dari sampel. Destruksi terbagi dua yaitu destruksi basah dan destruksi kering. Dalam penelitian, digunakan destruksi kering karena matriks dari daging ikan
yang berbentuk padat, pada ikan juga memiliki kandungan proksimat yang cukup tinggi seperti kadar air, protein, lemak, karbohidrat, yang dapat mengganggu
pengukuran dan tidak memerlukan banyak pereaksi. Kemudian abu dilarutkan dengan asam nitrat lalu di cukupkan dengan akua demineralisata hingga garis
tanda dan diukur pada Spektrofotometri Serapan Atom. Sumber nyala yang digunakan adalah Udara-Asetilen UA dengan suhu nyala 2200°C yang dapat
mengatomisasi hampir semua elemen. Sumber nyala untuk analisis kalsium adalah asetilen-dinitrogen oksida N
2
O sebesar 3000°C akan tetapi pada penelitian ini digunakan Udara-Asetilen. Untuk analisis Ca menggunakan nyala
tersebut harus ditambahkan penyangga Sr dan La , namun Sr dan La tidak tersedia di laboratorium tempat penelitian dilakukan. Sr dan La berfungsi untuk mencegah
pembentukan ikatan Ca-fosfat yang bersifat refraktoris Rohman, 2007. Konsentrasi mineral kalsium, besi dan magnesium dalam sampel
ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi kurva kalibrasi larutan standar masing-masing mineral. Konsentrasi kalsium, besi dan magnesium belum berada
dalam rentang kalibrasi sehingga perlu diencerkan. Faktor pengenceran untuk kalsium dan besi adalah sebesar 10 kali sedangkan faktor pengenceran untuk
Universitas Sumatera Utara
33 penentuan kadar magnesium adalah sebesar 5 kali. Data dan contoh perhitungan
dapat dilihat pada Lampiran 11, Lampiran 12, Lampiran 13 dan Lampiran 14 Halaman 53, 54, 56, 58.
Analisis dilanjutkan dengan perhitungan statistik perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Lampiran 15, Halaman 58 sampai Halaman 77.
Tabel 4.2. Hasil Analisis Kadar Kalsium, Besi dan Magnesium dalam Sampel
dengan perhitungan statistik
No. Sampel
Kadar Kalsium mg100 g
Kadar Besi mg100 g
Kadar Magnesium
mg100 g 1.
Segar 7,1566± 0,0201
6,5067±0,0946 2,9572 ± 0,0017
2. Cakalang
Loin Masak
5,9510 ± 0,0264 5,2608 ± 0,0878
2,7780± 0,0008
Kadar kalsium dan magnesium dalam daging ikan cakalang segar yang diperoleh pada penelitian ini lebih rendah yakni 7,1566 ± 0,0201 mg100 dan
2,9572 ± 0,0017 mg100 gdibandingkan daging ikan cakalang segar dalam penelitian Karunarathna dan Attygalle,
2009 yakni 12,79
±3,38 mg100 g pada kalsium, dan magnesium 70,70 ±7,63 mg100 g. Hal ini dapat disebabkan
perbedaan habitat dan tempat penangkapan dari ikan cakalang. Kadar besi dalam ikan cakalang segar yaitu
6,5067 ± 0,0946 mg100 g cukup tinggi dibandingkan dalam penelitian Karunarathna dan Attygalle dengan
kadar 1,52 ±0,3 mg100 g. Hal ini dapat disebabkan juga karena perbedaan habitat dan tempat penangkapan dari ikan cakalang sehingga ikan cakalang dari
sibolga sangat baik dikonsumsi untuk memenuhi asupan besi dalam tubuh. Menurut Hafiluddin, 2015 kandungan gizi pada setiap ikan akan berbeda
beda tergantung pada faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa jenis
Universitas Sumatera Utara
34 atau spesies ikan, umur dan fase reproduksi pada ikan. Faktor eksternal berupa
faktor yang ada pada lingkungan hidup ikan berupa habitat, ketersediaan pakan dan kualitas perairan tempat ikan hidup serta habitat ikan berpengaruh terhadap
kandungan kimia di dalam dagingnya seperti kadar air, protein, lemak, karbohidrat, asam amino dan asam lemak.
4.3 Uji Perolehan Kembali Recovery