Perubahan Penyajian dan Kontinuitas Tangis Beru Sijahe

3.4 Perubahan yang Terjadi dari Nyanyian Tangis Beru Si Jahe

Perubahan yang terjadi dalam nyanyian tangis beru si jahe adalah perubahan konsep penyajian. Hal-hal yang berubah diantaranya adalah : penyaji tangis pelaku, konsep penyajian, waktu penyajian tangis, dan lain sebagainya. Berikut merupakan penjelasan dari perubahan dan keberlanjutan dari tangis beru si jahe.

3.4.1 Perubahan Penyajian dan Kontinuitas Tangis Beru Sijahe

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam halaman 46, Alan P Merriam mengemukakan bahwa perubahan berasal dari dalam lingkungan kebudayaan atau internal, dan perubahan juga bisa berasal dari luar kebudayaan atau eksternal. Perubahan secara internal meurpakan perubahan yang timbul didalam dan dilakukan oleh pelaku-pelaku kebudayaan itu sendiri, dan juga disebut inovasi. Sedangkan perubahan eksternal merupakan perubahan yang timbul akibat pengaruh yang dilakukan oleh orang-orang dari luar lingkup budaya tersebut. Merriam menambahkan bahwa kelanjutan dan perubahan merupakan suatu tema yang digunakan untuk memahami sifat stabil dan dinamis yang melekat dalam setiap kebudayaan. Berkaitan dengan fenomena ini, teori kebudayaan secara umum mengasumsikan bahwa setiap kebudayaan beroperasi dalam kerangka waktu yang terus mengalami kelanjutan, dimana variasi-variasi dan perubahan yang terjadi adalah hal yang tidak dapat dielakkan 1964: 305. Perubahan yang terjadi dari penyajian tangis beru si jahe dimulai dari tahun 60-an hingga sekarang. Perubahan ini didasari karena kemajuan zaman, masuknya agama yang memberi larangan bahwa semua hal yang dianggap Universitas Sumatera Utara menentang agama harus dihapuskan dalam hal ini agama Kristen yang dalam pelaksanaan ibadahnya mengharuskan jemaat untuk bernyanyi secara bersama- sama sebagai bagian dari tata peribadatannya. Namun perlu diketahui, tradisi bernyanyi secara bersama-sama ini hanyalah terbatas dalam konteks keagamaan saja, berikutnya kemajuan pendidikan, IPTEK, serta kemajuan ekonomi. Masyarakat Pakpak sudah banyak meninggalkan kebiasaan lama mereka dan mengikuti perkembangan jaman. Menjelang tahun 60-an tangis beru sijahe disajikan untuk upacara perkawinan, sedangkan pada masa sekarang sudah berubah dan disajikan untuk hiburan bahkan sudah difestivalkan. Tujuan diangkat kembali yaitu untuk memperkenalkan kepada generasi masyarakat Pakpak bahwa mereka pada masa dahulu memiliki suatu kebiasaan dalam adat perkawinan, serta untuk melestarikan kembali budaya-budaya Pakpak yang hampir punah. Konsep penyajian tangis beru si jahe pada masa sekarang disesuaikan dengan urutan penyajian tangis pada masa dahulu. Awalnya si beru jahe menangisi ibunya dan mengungkapkan semua pertanyaan dalam hatinya mengapa dia harus dikawin paksakan. Berikutnya beru sijahe akan menemui puhunpaman untuk meminta kepada pamannya jika bisa acara pernikahan tersebut dibatalkan. Kemudian dia menjumpai bibinya dan menerima nasehat-nasehat dari bibinya. Selanjutnya yaitu menjumpai kerabat terdekatnya untuk mengungkapkan kata- kata perpisahan. Yang berbeda yaitu para penyaji harus mengikuti prosedur dan setiap aturan-aturan yang diajukan oleh panitia, mengatur tata rias dan pakaian, belajar vokal dan penghayatan. Universitas Sumatera Utara Namun pada masa sekarang, setiap peserta mengejar suatu kemenangan yaitu hadiah-hadiah yang dijanjikan oleh panitia lomba. Setiap peserta lebih memperhatikan penampilan daripada makna sebenarnya dari nyanyian tersebut.

3.5 Hal-hal Yang Melatar Belakangi Terjadinya Perubahan