I : merasa malulah nantinya aku, seolah-olah aku tidak tahu ke mana arah
dan tujuan hidupku.
Berikut isi teks tangis beru si jahe menangisi Puhunna P
: Nang...nggo mo kepeken Bapani bere berena menuman daging si melala
12
Jika dilihat dari makna dan struktur teks yang tertera diatas, penulis meyakini bahwa ada beberapa pesan yang terkandung didalamnya. Mulai dari
perpisahan: I
: Paman ternyata aku sama saja seperti orang yang sudah meninggal P
: Nang padin mo ko kepeken bapani bere berena menuman kalak asa beremu i penuman numan kono bapani bere berena
I : Ternyata engkau Paman sama saja seperti orang lain yang sama sekali
tidak memperdulikan perasaan keponakanmu P
: Nang mela kono menuman beremu, nggo kepe peahen kono menuman beremu bapa ni bere berena
I : Engkau merasa malu memiliki keponakan seperti ku, dan ternyata
engkau tidak memperdulikan apa yang ku rasakan P
: Nang...nggo mo kepeken karinana memurpurken daging si melala inang ni beruna dekket bapani berruna puhun ni turang dekket bapani bere
berena
I : Ternyata orang tuaku menganggap aku seperti orang sudah mati
demikian halnya dengan engkau paman P
: Nang...bage memurpurken lae mbergoh mo ko kepeken menuman daging si melala bapa ni bere berena
I : Engkau seperti hanya menginginkan kemewahan tanpa tahu bagaimana
perasaanku paman P
: Nang...karinana ke kepeken nggo peahen menuman daging si melala sa memurpurken lae mbergoh mo kepeken kene tabah daging si melala bapa
ni bere berena
I : Semua sudah menganggap bahwa aku sudah mati dan tidak seorangpun
memikirkan perasaanku paman
4.1.2 Isi Teks
12
Daging si melala: merupakan perumpamaan dalam bahasa Pakpak untuk menyebutkan seseorang yang dianggap sudah mati
Universitas Sumatera Utara
Teks di atas menceritakan tentang bagaimana penyaji mengungkapkan isi hatinya kepada ibu dan pamannya saat dia hendak dinikahkan. Dia menuduh
bahwa ibunya sudah tidak lagi menyayanginya, tidak lagi perduli akan kehidupannya kedepan dan menuduh ibunya mencampakkannya. Dia merasa
khawatir jika nantinya dikeluarganya yang baru dia hanya dijadikan sebagai pembantu, diasingkan bahkan dianggap hanya untuk memperbanyak keturunan
saja, ditelantarkan dan hanya dijadikan sebagai pembantu. Dia merasa khawatir jika nantinya dikeluarganya yang baru dia hanya dijadikan sebagai pembantu,
diasingkan bahkan dianggap hanya untuk memperbanyak keturunan saja, ditelantarkan dan hanya dijadikan sebagai pembantu.
Demikian halnya dengan tangis yang ditujukan kepada Paman Puhun: memiliki kedudukan tertinggi dalam perlakuan adat. Dia menginginkan
dukungan dari pamannya, supaya perkawinan yang telah disetujui Ayah dan Ibunya, dapat dibatalkan oleh paman. Dia juga menuduh bahwa Pamannya sudah
tidak lagi menyayanginya bahkan tidak memikirkan tentang perasaannya.
4.1.3 Makna Teks
Penyaji dalam teks tangis beru si jahe pada umumnya menggunakan kiasan dan perumpamaan. Ada terdapat beberapa makna yang saya lihat dari isi
teks tersebut, yaitu: Sebagai ungkapan rasa sedih dan rasa takut akan apa yang nantinya akan dirasakan beru si jahe di kehidupan keluarganya yang baru.
Misalnya beberapa isi teks berikut yang menyatakan harapan dari beru si jahe pada saat dia tidak bersama dengan orang tuanya “Nang...mela kono menuman
berumu pateari sada pe pateari dua bekas berumu, ulang ko sondat mermari
Universitas Sumatera Utara
mangan taba berumu le nang ni beruna. Ibu..ketika aku sudah berada dikampung orang maka ingatlah putrimu ini hari demi hari.
Berikutnya ada juga tuduhan beru si jahe terhadap orangtuanya bahwa mereka tidak memikirkan perasaaan putrinya seperti ungkapan berikut
“Nang...padin mo kepeken inang ni beruna engket bapani beruna mengayaki oles deba metem, emas deba nggersing sa berumu i penuman numan ko inang ni
beruna. Ternyata lebih bagi Bapak dan Ibu menginginkan kain yang mahal, dan emas yang banyak tanpa memikirkan bagimana perasaan putrimu ini.”
Makna selanjutnya adalah harapan dan doa kepada keluarga yang akan ditinggalkan oleh beru si jahe “Nang...cemal kin ngo i bere kono berumu pateari
sada pe pateari dua bekas berumu oda ko sondat mermari ko mangan tabah berumu le nang ni beruna. Ibu..ketika aku sudah berada dikampung orang maka
ingatlah putrimu ini hari demi hari, ingatlah bagaimana selama ini engkau menyediakan apa yang aku perlukan.” Dan ungkapan berikut
“Nang...menadingken page ntasak mendapatken page tuhur mo berumu menadingken si nggo ramah mendapatken lako ki tutur berumu le nang ni beruna.
Ibu...aku akan meninggalkan semua kebiasaanku saat masih bersamamu dan akan menjumpai hal yang baru serta memulai kehidupan dari awal.”
4.1.4 Pemilihan Teks