Pada umumnya teks dari tangis beru si jahe berisikan tentang kiasan dan perumpamaan. Seperti yang dapat dilihat dalam teks berikut di Bab IV
“Nang...mela podinken enda berumu, tah terjampa-jampa berumu mengkuso kusoi bage manuk medemken berumu i ladang ni kalak le nang ni beruna. Bisa
saja nanti putrimu ini merasa bingung karena dia tidak tau apa yang akan dia perbuat.” Selain teks tersebut masih banyak lagi perumpamaan yang terkandung
dalam teks nyanyian tersebut baik yang menangisi inangna ibunya maupun yang menangisi puhun pamannya.
Yang dinyanyikan pada umumnya kebalikan dari kenyataan, hal tersebut dikarenakan si gadis merasa bahwa seolah-olah orang tuanya sudah tidak perduli
bahkan mencampakkan dia. Selain itu dia nantinya tidak bisa merasakan kebahagiaan seperti apa yang dirasakan selama ini di lingkungan keluarganya.
Bahkan dia menuduh bahwa keluarganya menganggap dia sudah mati seperti yang disebut dalam teks nyanyian menangisi Puhunna berikut “Nang...nggo mo
kepeken karinana memurpurken daging si melala inang ni beruna dekket bapani berruna puhun ni turang dekket bapani bere berena. Ternyata orang tuaku
menganggap aku seperti orang sudah mati demikian halnya dengan engkau paman.”
3.2 Deskripsi Penyajian Nyanyian Tangis Beru Si Jahe dalam Tradisi
Pakpak
Tangis beru si jahe pada masa ini digunakan untuk upacara adat perkawinan dan dianggap sakral.
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya tangis beru si jahe ditujukan kepada dua hal yaitu, untuk manusia dan untuk alam. Tangis beru si jahe yang ditujukan kepada manusia
dimulai dengan menangisi orang tuanya, kemudian menangisi Puhun paman, berikutnya menangisi namberru bibi, selanjutnya menangisi rading-radingna
rekan-rekan ataupun teman-teman terdekatnya. Kemudian beru si jahe akan menerima petuah dan barang-barang untuk nantinya digunakan pada saat sudah
berumah tangga. Selain daripada itu beru jahe akan menerima takal manuk kepala ayam dari setiap anggota keluarga yang ditangisi, dan semakin banyak
kepala ayam yang diterima maka akan semakin tinggi derajatnya dikeluarga barunya nanti. Apabila kepala ayam itu banyak dibawa kerumah mertuanya
nantinya, hal itu menandakan bahwa mereka taat akan adat istiadat Pakpak. Waktu yang baik untuk mengunjungi sanak saudara masa ini adalah sore hari cibon atau
boni ari, antara pkl 15.00-18.00 Setelah menangisi orang tuanya, si beru jahe akan berangkat menuju
rumah puhun paman dan sanak saudara lainnya, dia akan ditemani salah seorang rading teman sebaya dan seorang Ibu tua yang memiliki marga yang sama
dengannya. Masing-masing sanak saudara diatas akan ditangisi setiap sorenya. Jika jumlah sanak saudara yang ditangis 7 orang maka dibutuhkan waktu tujuh
hari untuk menangisi mereka. Hal ini memakan waktu yang lama sesuai dengan jumlah yang akan ditangisi dan lokasi tempat tinggal dari masing-masing sanak
keluarga. Pada masa itu mereka yang mengalami tangis beru si jahe akan berkumpul
dan melakukan tarian sebagai pertanda bahwa mereka mengalami hal yang sama atau dengan kata lain mempunyai nasib yang sama. Setiap gerakan yang mereka
Universitas Sumatera Utara
tarikan berguna untuk menenangkan diri masing-masing dan pada saat itulah satu sama lain akan saling mencurahkan isi hati mereka. Apa yang menjadi alasan
mereka dikawinkan akan diungkapkan sambil melakukan tarian tersebut sebagai hiburan hati wawancara dengan Informan Tamma Br.Bancin dan Pandapotan
Solin
Gambar No.2 Tamma Br.Bancin Penyaji tangis beru si jahe
Universitas Sumatera Utara
Gambar No.3 Mencontohkan salah satu gerakan dembas tarian Pakpak
3.3 Deskripsi Penyajian Nyanyian Tangis Beru Si Jahe Pada Masa