• Sebelah barat berbatasan dengan : Kabupaten Aceh Singkil Propinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. •
Sebelah utara berbatasan dengan : Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kecamatan Lae Parira, Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.
• Sebalah selatan berbatasan dengan : Kecamatan Tara Bintang
Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kecamatan Manduamas Kabupaten Tapanuli Tengah.
Adapun batas-batas wilayah dari desa sukaramai adalah : •
Sebelah timur berbatasan dengan : Desa Kuta Saga. •
Sebelah barat berbatasan dengan : Desa Surung Mersada. •
Sebelah selatan berbatasan dengan : Desa Pardomuan. •
Sebelah utara berbatasan dengan : Desa Kuta Meriah.
2.3 Sistem Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat Pakpak khusunya yang berada di wilayah Kabupaten Pakpak Bharat sangat beragam, disesuaikan dengan keahlian pribadi
yang dimiliki oleh seseorang, dan tidak terbatas pada satu bidang saja. Banyak warga Pakpak yang bekerja sebagai pedagang, petani, PNS pegawai negeri sipil,
guru, pegawai swasta, dan lain-lain. Dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber, bahwa pekerjaan yang paling banyak digeluti masyarakat Pakpak
yang berdomisili di wilayah kabupaten Pakpak Bharat adalah bercocok tanam. Kopi, padi, tanaman palawija, durian dan jeruk. Menurut penuturan beliau,
banyak diantara pegawai negeri sipil maupun pegawai swasta menekuni pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
bercocok tanam selain dari pekerjaan utamanya. Begitu juga dengan para pedagang maupun pengusaha kecil memiliki ladang bercocok tanam serta
menekuni kegiatan tersebut sebagai penopang hidup.
2.4 Sistem Kepercayaan dan Religi
Sebelum agama Islam dan Kristen masuk ke wilayah Pakpak, masyarakat setempat menganut kepercayaan yang disebut persilihi atau perbegu. Persilihi
atau perbegu ini ialah suatu kepercayaan yang meyakini bahwa alam ini berada dibawah kuasa pengaruh roh-roh gaib atau dengan adanya Dewa-Dewa maupun
roh-roh nenek moyang yang dikultuskan lihat, Naiborhu, 1988 : 22-26.
2.4.1 Kepercayaan Terhadap Dewa-Dewa
Sebelum agama masuk ke lingkungan masyarakat Pakpak,masyarakat mempercayai kekuatan alam gaib dan percaya bahwa alam adalah sumber
kehidupan. Masyarakat pakpak percaya terhadap Debata GuruBatara Guru yang dikatakan dalam bahasa Pakpak SitempaSinembe nasa si lot yang artinya maha
pencipta segala sesuatu yang ada di bumi ini yang diklasifikasikan atau diistilahkan sebagai berikut:
Debata Guru Batara Guru menjadikan wakilnya untuk menjaga dan melindungi, yaitu :
1 Beraspati Tanoh.
Diberi simbol dengan menggambar cecak yang berfungsi melindungi segala tumbuh-tumbuhan. Jadi, jika seorang orang tua menebang pohon bambu, kayu
atau tumbuhan lainnya, maka ia harus meminta izin kepada Beraspati Tanoh.
Universitas Sumatera Utara
2 Tunggung Ni Kuta
Tunggung Ni Kuta diyakini memiliki peranan untuk menjaga dan melindungi kampung atau desa serta manusia sebagai penghuninya. Oleh karena hal tersebut,
maka tunggung ni kuta memberikan kepada manusia beberapa benda yaitu sebagai berikut :
a. Lapihen, terbuat dari kulit kayu yang didalamnya terdapat tulisan-tulisan yang berbentuk mantra atapun ramuan obat-obatan serta ramalan-ramalan.
b. naring, wadah yang berisi ramuan sebagai pelindung kampung. Apabila satu kampung akan mendapat ancaman, maka naring akan memberikan
pertanda berupa suara gemuruh ataupun siulan. c. Pengulu balang, sejenis patung yang terbuat dari batu yang memiliki fungsi
untuk memberikan sinyal atau tanda berupa gemuruh sebagai pertanda gangguan, bala, musuh, atau penyakit bagi masyarakat suatu desa.
d. Sibiangsa, yaitu wadah berbentuk guci yang diisi ramuan yang ditanam di dalam tanah yang bertugas mengusir penjahat yang datang.
e. Sembahen Ni Ladang, yaitu roh halus dan penguasa alam sekitarnya yang diyakini dapat menggangu kehidupan dan sekaligus dapat melindungi
kehidupan manusia apabila diberi sesajen. f. Tali Solang, yaitu tali yang disimpul di ujungnya, mempunyai kepala ular
yang digunakan untuk menjerat musuh. g. Tongket Balekat, yaitu terbuat dari kayu dan hati ular yang berukuran lebih
kurang satu meter yang diukir dengan ukiran Pakpak dan dipergunakan untuk menerangi jalan.
Universitas Sumatera Utara
h. Kahal-kahal, yaitu menyerupai telapak kaki manusia untuk melawan musuh.
i. Mbarla, yaitu roh yang berfungsi untuk menjaga ikan di laut, sungai dan danau.
j. Sineang Naga Lae, yaitu roh yang menguasai laut, danau dan air.
2.4.2 Kepercayaan Terhadap Roh-Roh Kepercayaan terhadap roh-roh, yang meliputi :
a. Sumangan, yaitu tendi roh orang yang sudah meniggal mempunyai kekuatan yang menentukan wujud dan hidup seseorang yang dikenang.
b. Hiang, yaitu kekuatan gaib yang dibagikan kepada saudara secara turun temurun.
c. Begu Mate Mi Lae atau disebut juga dengan begu Sinambela, yaitu roh orang yang sudah meninggal diakibatkan karena hanyut di sungai.
d. Begu Laus, yaitu sejenis roh yang menyakiti orang yang datang dari tempat lain serta dapat membuat orang menjadi sakit secara tiba-tiba.
Kepercayaan- kepercayaan diatas sudah jarang dilaksanakan oleh masyarakat Pakpak khususnya yang berada di wilayah Kecamatan kerajaan
sejak masuknya agama di daerah tersebut. Masyarakat Pakpak di daerah ini sebagian besar sudah memeluk agama yang
tetap, yaitu agama yang sudah diakuai oleh pemerintah. Sebagian besar masyarakat yang ada di daerah ini beragama Islam, Kristen dan sebagian kecil
beragama Katolik.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Sistem Kekerabatan
Masyarakat Pakpak sejak dahulu kala sudah ada ikatan yang mengatur tata krama dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari dan ditaati oleh masyarakat
itu sendiri. Sistem tersebut selalu ada dan diterapkan dalam upacara-upacara adat termasuk juga dalam upacara kematian kerja njahat. Sistem tersebut yaitu:
2.5.1 Sulang Silima
Sulang silima adalah lima kelompok kekerabatan yang terdiri dari kulakula, dengan sebeltek siampun-ampunanak yang paling kecil, serta anak
berru. Sulang silima ini berkaitan dengan pembagian sulangjambar dari daging- daging tertentu dari seekor hewan seperti kerbau, lembu atau babi yang
disembelih dalam konteks upacara adat masyarakat Pakpak. Pembagian dagingjambar ini disesuaikan dengan hubungan kekerabatannya dengan pihak
kesukuten atau yang melaksanakan upacara. Dalam adat masyarakat Pakpak, kelima kelompok tersebut masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab
yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain dalam acara adat. a.
kula-kula kula-kula merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam sistem
kekerabatan pada masyarakat Pakpak. kula-kula adalah kelompokpihak pemberi istri dalam sistem kekerabatan masyarakat Pakpak dan merupakan
kelompok yang sangat dihormati dan dianggap sebagai pemberi berkat oleh masyarakat. Dengan demikian, kula-kula juga disebut dengan istilah Debata Ni
Idah Tuhan yang dilihat. Oleh karena itu, pihak kula-kula ini haruslah dihormati. Sikap menentang kula-kula sangat tidak dianjurkan dalam kebudayaan Pakpak.
Universitas Sumatera Utara
Dalam acara-acara adat, kelompok kula-kula diwajibkan untuk hadir, termasuk juga dalam adat kematian dan mendapat peran yang penting.
b. Dengan sebeltekSenina
Dengan sebelteksenina adalah mereka yang mempunyai hubungan tali persaudaraan yang mempunyai marga yang sama. Mereka adalah orang-orang
yang satu kata dalam permusyawaratan adat. Selain itu, dalam sebuah upacara adat ada kelompok yang dianggap dekat dengan sebeltek, yaitu senina. Dalam
sebuah acara adat, senina dan seluruh keluarganya akan ikut serta dan mendukung acara tersebut. Secara umum, hubungan senina ini dapat disebabkan karena
adanya hubungan pertalian darah, se subklensemarga, memiliki ibu yang bersaudara, memiliki istri yang bersaudara dan memiliki suami yang bersaudara.
c. Anak beru
Anak beru artinya anak perempuan yang disebut dengan kelompok pengambil anak dara dalam sebuah acara adat, anak berru lah yang bertanggung jawab atas
acara adat tersebut. Tugas anak berru adalah sebagai pekerja, penanggung jawab dan pembawa acara pada sebuah acara adat.
Sedangkan situaan adalah anak yang paling tua, siditengah adalah anak tengah dan siampun-ampun adalah anak yang paling kecil. Mereka adalah pihak yang
mempunyai ikatan persaudaraan yang terdapat dalam sebuah ikatan keluarga. Kelima kelompok diatas mempunyai pembagian sulang jambar yang
berbeda, yaitu sebagai berikut : 1
Kula-kula pihak pemberi istri dari keluarga yang berpesta akan mendapat sulang per-punca naidep. Situaan orang tertua yang
Universitas Sumatera Utara
menjadi tuan rumah sebuah pesta akan mendapat sulang per- isang-isang.
2 Siditengah keluarga besar dari keturunan anak tengah akan
mendapat sulang per-tulantengah. 3
Siampun-ampun keturunan paling bungsu dalam satu keluarga akan mendapat sulang per-ekur-ekur.
4 Anak beru pihak yang mengambil anak gadis dari keluarga yang
berpesta akan mendapat sulang perbetekken atau takal peggu. Biasanya penerimaan perjambaren anak beru disertai dengan takal
peggu. Yang artinya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar terhadap berjalannya pesta. Anak beru lah yang bertugas
menyiapkan makanan serta menghidangkan selama pesta berlangsung.
2.6 Bahasa
Pada umumnya, bahasa yang dipakai oleh masyarakat di Kecamatan Kerajaan adalah bahasa Pakpak karena mayoritas penduduk disana adalah suku
Pakpak. Hal ini menyebabkan kehidupan sehari- hari penduduk disana menggunakan bahasa Pakpak begitu juga dalam acara adat.
Terdapat juga sebagian kecil suku lain seperti suku Toba, Karo, Nias dan Jawa yang datang kedaerah Kecamatan Kerajaan, tetapi setelah tinggal beberapa
lama disana, masayarakat dari suku-suku tersebut diatas sudah mengerti dan fasih menggunakan bahasa Pakpak. Selain bahasa Pakpak, bahasa yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
dalam komunikasi sehari-hari adalah bahasa Indonesia yang digunakan di tempat- tempat umum, seperti sekolah, puskesmas dan kantor Kelurahan.
Ada beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan dalam kehidupan masyarakat Pakpak, yaitu :
1. Rana telangke yaitu kata-kata perantara atau kata-kata tertentu untuk menghubungkan maksud si pembicara terhadap objek si pembicara.
2. Rana tangis yaitu gaya bahasa yang dituturkan dengan cara menangis atau bahasa yang digunakan untuk menangisi sesuatu dengan teknik bernyanyi
narrative songs atau lamenta dalam istilah etnomusikologi yang disebut tangis mangaliangi bahasa tutur tangis
3. Rana mertendung yaitu gaya bahasa yang digunakan dihutan, 4. Rana nggane yaitu bahasa terlarang, tidak boleh diucapkan di tengah-
tengah kampung karena dianggap tidak sopan 5. Rebun rana tabas atau mangmang yaitu bahasa pertapa datu atau bahasa
mantera oleh guru Naiborhu, 2002:51.
2.7 Kesenian