Bunyi yang selalu Bertambah dalam Ujaran Penderita Stroke .1 Bunyi Faringal Afrikatif [h] Bunyi yang Selalu Salah Urut Metatesis dalam Ujaran Penderita Stroke

hilang di akhir kata, pada data 9. [tahun] menjadi [naun] bunyi konsonan faringal afrikatif tidak bersuara [h] hilang di tengah kata. Pada data 11. [hari] menjadi [ani] bunyi konsonan faringal afrikatif tidak bersuara [h] hilang di awal kata, pada data 15. [Allah] menjadi [ala] bunyi konsonan faringal afrikatif tidak bersuara [h] hilang di akhir kata, pada data 20. [payah] menjadi [maya] bunyi konsonan faringal afrikatif tidak bersuara [h] hilang di akhir kata, pada data 21. [ngaisah] menjadi [aa..iina] bunyi konsonan faringal afrikatif tidak bersuara [h] hilang di akhir kata, pada data 22. [sudah] menjadi [uuu..naa] bunyi konsonan faringal afrikatif tidak bersuara [h] hilang di akhir kata, pada data 25. [sepuluh] menjadi [emuu..luu] bunyi konsonan faringal afrikatif tidak bersuara [h] hilang di akhir kata. Pada data 25. [hari] menjadi [alii] bunyi konsonan faringal afrikatif tidak bersuara [h] hilang di awal kata. 4.2.3 Bunyi yang selalu Bertambah dalam Ujaran Penderita Stroke 4.2.3.1 Bunyi Faringal Afrikatif [h] Bunyi yang selalu mengalami penambahan dalam ujaran penderita pada waktu berujar adalah bunyi faringal afrikatif tidak bersuara [h]. Contohnya pada data 30. [empat] menjadi [hemmaat] bunyi konsonan faringal afrikatif tidak bersuara [h] mengalami penambahan di awal kata.

4.2.4 Bunyi yang Selalu Salah Urut Metatesis dalam Ujaran Penderita Stroke

Bunyi ujaran mengalami gangguan metatesis salah urut bunyi ujaran adalah pada data 10. [anak saya] menjadi [ana..nasa]. Universitas Sumatera Utara Dari tanya jawab di atas diperoleh juga gangguan berbahasa yang sering terganggu dalam ujaran penderita stroke yakni pelesapan bunyi ujaran, gangguan penambahan bunyi ujaran, gangguan metatetis salah urut bunyi ujaran dan yang paling sering muncul gangguan berbahasa dari tiga penderita adalah gangguan subtitusi pertukaran bunyi ujaran dan pelesapan bunyi ujaran. Jelas bahwa, bunyi ujaran yang dihasilkan penderita stroke berbeda dengan bunyi ujaran yang dihasilkan manusia normal. Bunyi ujaran yang di hasilkan penderita stroke tidak jelas dan terputus-putus, tidak hanya itu penderita juga mengalami kesulitan luar biasa dalam mengujarkan bunyi bahasa. Jika bunyi ujaran penderita stroke dibandingkan dengan manusia normal tentu lebih jelas dan lebih baik. Bunyi yang diujarkan manusia normal tidak mengalami kendala sedikitpun. Hal ini, terjadi karena syaraf-syaraf yang membawahi bahasa tidak mengalami gangguan. Otak mempunyai peranan yang paling utama dalam diri manusia, tanpa otak tentu manusia tidak akan mampu menjalani hidup dengan normal. Oleh karena itu, kita harus menjaga otak dengan sebaik mungkin. Universitas Sumatera Utara

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Bunyi ujaran yang dihasilkan penderita stroke terkesan tidak jelas dan terputus-putus. Menurut Blumstein ada empat secara umum gangguan bunyi ujaran yang sering muncul dalam ujaran penderita stroke yaitu gangguan subtitusi pertukaran bunyi ujaran, pelesapan bunyi ujaran, penambahan bunyi ujaran, dan gangguan berbahasa metatetis salah urut bunyi ujaran. Ujaran penderita secara keseluruhan mengalami gangguan di awal kata, di tengah kata dan juga di akhir kata. Dari ketiga informan yang diteliti gangguan bunyi ujaran yang sering muncul adalah gangguan berbahasa subtitusi, pelesapan bunyi ujaran , gangguan penambahan bunyi ujaran dan metatetis. Khususnya pada gangguan penambahan bunyi ujaran dan metatesis ada dijumpai tetapi sedikit ditemukan hanya satu kata saja pada data 30. [Hemmaat] dan pada data 10. [ana..nasa]. Bunyi ujaran penderita yang selalu mengalami gangguan adalah bunyi [b], [p], [m] [, [t], [d], [s], [l], [r], [n], [j], [y], [k], [g], [ ᵑ], [h], sedangkan untuk bunyi ujaran [w], [z], [x], [f], [q] tidak ditemukan dalam ujaran ke tiga informan yang diteliti. Bunyi yang selalu bertukar adalah [nima], bunyi yang selalu lesap adalah [nuju], bunyi yang selalu bertambah [hemmaat], bunyi yang selalu salah urut adalah [ana nasa]. Bunyi ujaran vokal dapat diujarkan penderita dengan sangat jelas dan tidak mengalami gangguan. Universitas Sumatera Utara