Gangguan Berbahasa Secara Umum Neurolingustik

2.2 Landasan Teori

Teori adalah pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan yang didukung oleh data dan argumentasi Alwi 2005:117.

2.2.1 Gangguan Berbahasa Secara Umum

Dalam membicarakan gangguan berbahasa, Blumstein dalam Gustianingsih 2009:55 menyatakan bahwa gangguan berbahasa terbagi menjadi gangguan berbahasa Broca, gangguan berbahasa Konduksi dan gangguan berbahasa Wernicke. Blumstein dalam Gustianingsih 2009:55 mengelompokkan gangguan berbahasa yang dihasilkan para penderita gangguan berbahasa ke dalam empat macam tipe, yakni gangguan berbahasa subtitusi atau pertukaran bunyi ujaran, pelesapan bunyi ujaran, penambahan bunyi ujaran, dan metatesis salah urut bunyi ujaran.

2.2.2 Neurolingustik

Kata’ neurolinguistik’ adalah gabungan dari dua kata yaitu ‘neurologi’ dan linguistik. Pada dasarnya neurologi mengkaji proses-proses yang berlaku pada syaraf otak ketika berbahasa dan berfikir, sedangkan linguistik mengkaji struktur bahasa dan bagaimana struktur itu lahir dan berkembang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian neurolinguistik adalah ilmu yang mengkaji syaraf-syaraf pada otak manusia. Menurut Luria dalam Simanjuntak 2009:189 tugas utama neurolinguistik adalah untuk menerapkan data-data klinis penyakit bertutur Afasia serta memaparkan mekanisme fisiologi dan neurofisisologi yang mendasari penyakit Universitas Sumatera Utara bertutur itu, agar dapat merumuskan sebuah pandangan yang menyeluruh mengenai patologi bahasa dan ucapan. Seperti yang telah dikemukakan di atas pada tahun 1861 Paul Broca memulai pengkajian hubungan afasia dengan otak. Paul Brocalah pertama kali membuktikan bahwa afasia muncul karena ada gangguan bagian otak tertentu, beliau juga menunjukkan bahwa gangguan terjadi di hemisfer kiri otak. Dari penemuan ini Broca menegaskan bahwa gangguan bagian korteks tertentu menimbulkan tipe kerusakan ucapan tertentu Simanjuntak 2009:242. Dalam ilmu neurolinguistik dijelaskan pada umumnya penderita afasia broca kehilangan kemampuan memproduksi atau mengujarkan bahasa. Penderita hanya bisa mengujarkan sebuah kata sewaktu-waktu dan dia mengeluarkan tenaga sangat kuat untuk mengujarkan kalimat-kalimat yang agak panjang Simanjuntak dalam Rajagukguk 2008:28.

2.2.3 Fonologi