menjadi [hii..ma], pada data 24. [lima] menjadi [hii..ma]. Bunyi lamino alveolar lateral bersuara [l] juga selalu bertukar menjadi bunyi lamino alveolar nasal
bersuara [n]. Contohnya pada data 17. [lima] menjadi [nima], pada data 18. [lima] menjadi [nima].
Bunyi lamino alveolar frikatif tidak bersuara [s] selalu bertukar menjadi bunyi lamino alveolar nasal bersuara [n]. Contohnya pada data 13. [suka]
menjadi [nuka], pada data 14. [nasi] menjadi [nani], pada data 15. [insya allah] menjadi [inna..ala], pada data 21. [ngaisah] menjadi [aa..iina]. Bunyi
lamino alveolar frikatif tidak bersuara [s] selalu bertukar dengan bunyi lamino alveolar nasal bersuara [n] karena kedua bunyi tersebut masih berada pada satu
daerah artikulasi yaitu sama-sama berada pada daerah alveolar. Bunyi lamino alveolar tril bersuara [r] akan selalu bertukar menjadi bunyi
lamino alveolar lateral bersuara [l]. Contohnya pada data 16. [kadir] menjadi [ngadil], pada data 23. [putri] menjadi [muu..liii], pada data 25. [hari] menjadi
[alii], pada data 29. tidur menjadi [hii..nul]. Bunyi lamino alveolar tril bersuara [r] juga bertukar dengan bunyi lamino alveolar nasal bersuara [n]. Contohnya
pada data 11. [hari] menjadi [ani]. Bunyi lamino alveolar tril bersuara [r] akan selalu bertukar dengan bunyi [l] dan [n] karena kedua bunyi konsonan tersebut
masih satu daerah artikulasi yaitu sama-sama berada di daerah alveolar.
4.2.1.4 Bunyi Lamino Palatal
Bunyi lamino palatal adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah lamina dan langit-langit keras palatum. Adapun yang termasuk
bunyi lamino palatal adalah [c]. [j], [y] yang termasuk bunyi bersuara [c] dan [j].
Universitas Sumatera Utara
Bunyi lamino palatal afrikatif bersuara [j] selalu bertukar menjadi bunyi lamino alveolar nasal [n]. Contohnya pada data 12. [saja] menjadi [ana]. Bunyi lamino
palatal semi vokal bersuara [y] akan selalu bertukar dengan bunyi faringal afrikatif tidak bersuara [h]. Contohnya pada data 26. [iya] menjadi [iiiha].
4.2.1.5 Bunyi Dorso Velar
Bunyi dorso velar adalah bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah dorsum dan anak tekak uvula. Adapun yang termasuk bunyi dorso velar
yakni [k], [g], [ ᵑ] yang termasuk bunyi bersuara adalah [g] dan [ᵑ]. Bunyi Dorso
velar plosif tidak bersuara [k] akan selalu bertukar menjadi bunyi dorso velar nasal bersuara [
ᵑ]. Contohnya pada data 16. [kadir] menjadi [
ᵑ
adil]. Bunyi dorso velar plosif bersuara [g] akan selalu bertukar dengan bunyi faringal afrikatif tidak
bersuara [h]. Contohnya pada data 8. [tiga] menjadi [hii..haa]. Bunyi bilabial plosif bersuara [b] dan bunyi bilabial plosif tidak bersuara
[p] akan selalu bertukar menjadi bilabial nasal bersuara [m] karena Bunyi [b], [p] dan [m] masih sama-sama satu daerah artikulasi yaitu sama-sama berada pada
daerah artikulasi bilabial. Bunyi apiko dental plosif bersuara [d] bertukar menjadi lamino alveolar
nasal [n] merupakan bentuk yang unik dan tidak lazim karena kedua bunyi tersebut berbeda daerah artikulasinya, hal ini diakibatkan stroke yang sudah parah
yang menyerang si penderita tersebut. Bunyi apiko dental plosif bersuara [t] bertukar menjadi bunyi faringal afrikatif tidak bersuara [h] merupakan bentuk
yang unik dan tidak lazim karena kedua bunyi tersebut tidak berada pada daerah artikulasi yang sama, begitu juga dengan bunyi apiko dental plosif bersuara [t]
Universitas Sumatera Utara
akan selalu bertukar menjadi bunyi lamino alveolar nasal bersuara [n] merupakan bentuk yang unik dan tidak lazim karena kedua bunyi ini tidak berada satu daerah
titik artikulasi. Bunyi lamino alveolar lateral bersuara [l] selalu bertukar menjadi bunyi
faringal afrikatif tidak bersuara [h] merupakan bentuk yang unik dan tidak lazim karena kedua bunyi ini berada di daerah artikulasi yang tidak sama, sedangkan
bunyi lamino alveolar lateral bersuara [l] selalu bertukar menjadi bunyi lamino alveolar nasal [n], bunyi lamino alveolar frikatif tidak bersuara [s] selalu bertukar
menjadi bunyi lamino alveolar nasal bersuara [n], bunyi lamino alveolar tril bersuara [r] selalu bertukar menjadi bunyi lamino alveolar lateral bersuara [l]
merupakan bentuk yang lazim karena bunyi [l], [n], [s], [r] masih berada di daerah artikulasai yang sama yaitu sama-sama berada di daerah artikulasi aveolar.
Bunyi lamino palatal afrikatif bersuara [j] selalu bertukar menjadi bunyi lamino alveolar nasal [n] dan bunyi lamino palatal semi vokal bersuara [y] selalu
bertukar menjadi bunyi faringal afrikatif tidak bersuara [h] merupakan bentuk yang unik dan tidak lazim karena bunyi tersebut tidak berada pada satu daerah
artikulasi. Bunyi dorso velar plosif tidak bersuara [k] akan selalu bertukar menjadi
bunyi dorso velar nasal bersuara [ ᵑ] karena kedua bunyi konsonan tersebut masih
satu daerah artikulasi yaitu sama-sama berada pada daerah artikulasi dorso velar, sedangkan untuk bunyi dorso velar plosif bersuara [g] selalu bertukar menjadi
bunyi faringal afrikatif tidak bersuara [h] merupakan bentuk yang unik dan tidak lazim kerana kedua bunyi tersebut tidak berada satu daerah artikulasi.
Universitas Sumatera Utara
4.2.2 Bunyi Ujaran yang Selalu Lesap dalam Ujaran Penderita Stroke 4.2.2.1 Bunyi Bilabial Nasal [m]