bertutur itu, agar dapat merumuskan sebuah pandangan yang menyeluruh mengenai patologi bahasa dan ucapan. Seperti yang telah dikemukakan di atas
pada tahun 1861 Paul Broca memulai pengkajian hubungan afasia dengan otak. Paul Brocalah pertama kali membuktikan bahwa afasia muncul karena ada
gangguan bagian otak tertentu, beliau juga menunjukkan bahwa gangguan terjadi di hemisfer kiri otak. Dari penemuan ini Broca menegaskan bahwa gangguan
bagian korteks tertentu menimbulkan tipe kerusakan ucapan tertentu Simanjuntak 2009:242.
Dalam ilmu neurolinguistik dijelaskan pada umumnya penderita afasia broca kehilangan kemampuan memproduksi atau mengujarkan bahasa. Penderita
hanya bisa mengujarkan sebuah kata sewaktu-waktu dan dia mengeluarkan tenaga sangat kuat untuk mengujarkan kalimat-kalimat yang agak panjang Simanjuntak
dalam Rajagukguk 2008:28.
2.2.3 Fonologi
Menurut Kridalaksana 2002 dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
Fonologi adalah bagian ilmu linguistik atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Istilah fonologi berasal dari gabungan
dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi. Bunyi yang dipelajari dalam Fonologi
biasa kita sebut dengan istilah fonem. Ada dua macam bidang kajian fonologi yaitu fonetik dan fonemik.
Universitas Sumatera Utara
Fonetik yaitu cabang ilmu yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik adalah bagian fonologi yang
mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia. Chaer membagi tiga macam fonetik yaitu:
a. Fonetik Artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan
bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. b . Fonetik Akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau
fenomena alam bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan intensitasnya.
c. Fonetik Auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan
masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik
auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran. Sedangkan pengertian fonemik adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna.
Bunyi ujaran itu terdiri atas bunyi vokal dan konsonan.
2.2.4 Bunyi Vokal Bahasa Indonesia
Bunyi vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita suara tanpa penyempitan atau penutupan pada tempat artikulasi verhaar 2008:33.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian semua vokal adalah bunyi bersuara. Ada enam bunyi vokal yaitu, [a, i, u, o, e,
ₔ
] .
Diagram Vokal
Depan Tengah Belakang
Tinggi i
u
Sedang e
ᵊ
o
Rendah
ᵆ ᵃ
ᵓ
Berdasarkan diagram di atas dilihat dari tinggi rendahnya lidah ketika bunyi tersebut diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Bunyi tinggi, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah meninggi
mendakati langit-langit keras. Caranya rahang bawah merapat dengan rahang atas. Misalnya,[i] pada [kita], [u] pada [hantu].
b. Bunyi agak tinggi sedang, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi
lidah meninggi, sehingga agak mendekati langit-langit keras. Caranya, rahang bawah agak merapat ke rahang atas. Misalnya, [e] pada kata [lele], [o] pada [soto].
c. Bunyi rendah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah merendah
sehingga menjauh dari langit-langit keras. Caranya, rahang bawah diturunkan sejauh- jauhnya dari rahang atas. Misalnya, [a] pada [bata], [a] pada [armada].
Dilihat dari maju mundurnya lidah, bunyi dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Bunyi depan, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian depan lidah ntuk
dinaikkan. Misalnya, [i], [e] b.
Bunyi tengah, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara lidah merata tidak ada bagian lidah yang dinaikkan. Misalnya, [
ₔ]
, [a]. c.
Bunyi belakang, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara bagian belakang lidah dinaikkan. Misalnya, [u], [o].
Dilihat dari bentuk bibir, bunyi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: a.
Bunyi bulat, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir berbentuk bulat. Misalnya, [u], [o].
b. Bunyi tidak bulat, yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi bibir merata
atau tidak bulat. Misalnya, [i], [e], [a].
2.2.5 Bunyi Konsonan Bahasa Indonesia