BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan hukum perusahaan di Indonesia berkembang sangat pesat. Layaknya tubuh manusia yang dilengkapi organ-organ untuk fungsi
fisiologisnya, perusahaan juga memerlukan organ untuk menjalankan kegiatan perusahaan sehari-hari. Organ
–organ tersebut seperti tercantum dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
untuk selanjutnya disebut UUPT yang berbunyi: “Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham RUPS,
Komisaris, dan Direksi. ”
Direksi dalam Pasal 1 angka 5 UUPT didefinisikan sebagai organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
Direksi dalam menjalankan tugasnya juga diatur ketentuannya dalam UUPT Pasal 97 ayat 1, yang berbunyi:
“Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat
1”
Perseroan akan tetap terus diwakili oleh direksi. Keberadaan direksi dalam perseroan terbatas ibarat nyawa bagi perseroan, tidak mungkin suatu perseroan
tanpa adanya direksi. Keberadaan direksi dalam perseroan terbatas sangat penting.
1
Direksi dituntut untuk bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan, serta mewakili perseroan, baik
di dalam maupun di luar pengadilan.
2
Organ-organ perusahaan terutama direksi
yang mengelola perusahaan, sebagai organisasi yang mewadahi kegiatan ekonomi harus melakukan terobosan, pembaharuan, serta upaya menangkap peluang yang
meski dilakukan dengan penuh perhitungan dalam menghadapi risiko usaha,
1
Tri Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas, Keberadaan, Tugas, Wewenang, dan Tangung Jawab Jakarta : Ghalia, 2008, hlm. 40.
2
Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris Perseroan Terbatas PT Jakarta : Visimedia, 2009, hlm. 119.
Universitas Sumatera Utara
sebagaimana layaknya sebuah bisnis, bisa memberikan keuntungan dan bisa juga mengalami kerugian.
3
Direksi dalam tugasnya menjalankan sebuah perusahaan sebagai organ didalamnya seringkali mengambil keputusan bisnis yang spekulatif dan
bertendensi untuk mengalami kerugian, bisa saja dikarenakan ada hal-hal genting yang harus segera diambil untuk menyelamatkan perusahaan dari kerugian yang
lebih besar atau sebaliknya dapat membawa keuntungan besar bagi perusahaan jika diambil tindakan cepat yang tepat. Keputusan direksi bagaimanapun harus
dihormati oleh semua pihak bahkan pengadilan, sebab mereka adalah orang-orang yang memang mengerti dan berpengalaman dibidang bisnisnya, terutama masalah
yang kompleks, karena itu direksi patut diberikan diskresi yang besar, mereka yang berpengalaman dan mempunyai pengetahuan bisnis tentunya adalah pihak
direksi.
4
Prinsip dasar dari kewirausahaan selalu berhadapan dengan resiko dan ketidakpastian, bahkan terkadang keputusan bisnis terlihat tidak masuk akal.
Keputusan bisnis dikemudian hari mungkin terlihat sebagai spekulasi belaka, atas latar belakang itu, pengadilan yang menganut sistem hukum common law
mengembangkan konsep Business Judgment Rule.
5
Business Judgment Rule dimaksudkan untuk melindungi direksi yang beritikad baik dari pertanggungjawaban secara pribadi akibat keputusan bisnis
yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan.
6
Pasal 97 ayat 5 UUPT menyatakan
bahwa:
“Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pribadi akibat kerugian perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 apabila
dapat membuktikan:
a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati
–hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan;
c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan
3
Mas Achmad Daniri, Business Judgement Rule pada Persero BUMN, Madani-Ri,
http:madani-ri.comweb?p=2970 diakses pada tanggal 21 September 2015 pukul 22.27.
4
Munir Fuady, Doktrin-doktrin Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya dalam Hukum Indonesia Bandung : Citra Aditya Bakti, 2002, hlm. 199.
5
Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris Perseroan Terbatas PT Jakarta: Visimedia, 2009, hlm. 125.
6
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
d. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.”
Business Judgment Rule adalah sebuah prinsip dalam kepemimpinan perusahaan yang menjadi tujuan dari common law sejak 150 tahun yang lalu.
7
Business Judgment Rule telah lama diterapkan sebagai awan yang melindungi direksi dari tanggung jawab yang diambil dari keputusan-keputusan bisnis
mereka. Direksi yang dalam pelaksanaan tanggung jawab kepengurusan perseroan dimandati atas perlindungan tersebut, tidak boleh dicampuri atau diberikan
pendapat lain oleh pengadilan dalam mengambil keputusan ataupun terhadap keputusan yang telah diambil oleh direksi. Terhadap direksi yang tidak dimandati
atas perlindungan Business Judgement Rule maka pengadilan wajib memeriksa keputusan-keputusan tersebut apakah perilaku direksi memang untuk kepentingan
perusahaan dan dengan itikad baik serta memperhatikan pemegang saham minoritas perusahaan.
8
Business Judgment Rule merupakan ketentuan yang dapat dikesampingkan jika direktur bertindak lebih baik daripada pengadilan yang akan
mendalilkan Business Judgment Rule dan apabila direksi bertindak dalam keputusan bisnis yang bebas dari self-dealing atau untuk kepentingan pribadi
dan dapat menunjukan tindakan tersebut dilaksanakan berdasarkan alasan yang wajar serta itikad baik.
9
Pihak yang menggugat keputusan dewan direksi menghadapi resiko akan adanya ketentuan akan ditolaknya gugatan jika pada
akhirnya dapat dibuktikan bahwa direksi membuat keputusan bisnis yang tepat.
10
Doktrin Business Judgement Rule merupakan cermin dari kemandirian dan diskresi dari direksi dalam memberikan putusan bisnisnya merupakan
perlindungan bagi direksi –direksi yang beritikad baik dalam menjalankan
tugasnya sebagai direksi.
11
Doktrin Business Judgment Rule ini sebenarnya berasal dari sistem hukum common law yang lebih mengandalkan yurisprudensi,
khususnya awalnya berkembang dalam putusan pengadilan di Amerika Serikat. Konsep Business Judgement Rule yang berasal dari Amerika ini mencegah
pengadilan
–pengadilan di Amerika Serikat untuk mempertanyakan pengambilan
7
Philip Lipton dan Abraham Herzberg, dalam makalah Bismar Nasution,
“Pertanggungjawaban Direksi
Dalam Pengelolaan
Perseroan ”,
http:bismar.wordpress.com20091223 diakses pada tanggal 21 September 2015 pukul 22.40.
8
Ibid.
9
Ibid.
10
Ibid.
11
Munir Fuady, Doktrin –Doktrin Modern dalam Coorporate Law Bandung: Penerbit PT
Citra Aditya Bakti, 2002, hlm. 19.
Universitas Sumatera Utara
keputusan sebagai usaha oleh direksi, yang diambil dengan itikad baik, tanpa kepentingan pribadi, dan keyakinan yang dapat dipertanggung jawabkan bahwa
mereka telah mengambil keputusan yang menguntukan perseroan.
Badan Usaha Milik Negara atau yang kita kenal dengan BUMN adalah suatu badan hukum yang berbeda dengan badan hukum lainnya, hal ini dapat kita
lihat dari definisi menurut Pasal 1 angka 1 Undang –Undang Nomor 19 Tahun
2003 tentang Badan Usaha Milik Negara untuk selanjutnya disebut UU BUMN, yang berbunyi:
“Badan Usaha Milik Negara adalah Badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.”
Badan Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam UU BUMN, dibagi atas persero dan perum. Perusahaan perseroan atau yang disebut dengan persero
adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya
dimiliki oleh Negara yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
12
Prinsip-prinsip manajemen perseroan yang baik Good Corporate Governance merupakan tugas direksi yang harus terus dikembangkan olehnya
dalam kepengurusan perseroan.
13
Masing –masing komponen perusahaan,
pemegang saham melalui lembaga RUPS, komisaris, dan direksi dituntut untuk mengerti dengan baik hak dan kewajiban, kewenangan serta dan tanggung
jawabnya.
Penerapan doktrin Business Judgment Rule terhadap direksi dalam BUMN Persero apabila dilihat berdasarkan hal yang telah diuraikan diatas, masih perlu
diteliti lebih lanjut dengan membuat penelitian yang berjudul “PENERAPAN
DOKTRIN BUSINESS JUDGMENT RULE TERHADAP DIREKSI DALAM BUMN PERSERO MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN
2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS.
B. Rumusan Masalah