b Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan
teoritis tentang doktrin hukum perusahaan khususnya mengenai doktrin Business Judgment Rule terhadap direksi dalam BUMN Persero.
2. Manfaat praktis
a Penulisan skripsi ini diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi rekan
mahasiwa dalam penulisan ilmiah lainnya yang berhubungan dengan Business Judgment Rule.
b Penulisan skripsi ini sebagai pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar
sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
D. Keaslian Penulisan
Skripsi dengan judul “PENERAPAN DOKTRIN BUSINESS JUDGMENT RULE TERHADAP DIREKSI DALAM BUMN PERSERO MENURUT
UNDANG –UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN
TERBATAS” ini disusun berdasarkan pengumpulan bahan-bahan baik berupa bahan pustaka, undang-undang, artikel terkait baik dari media cetak, atau media
elektronik. Sehubungan dengan keaslian judul ini maka telah dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
untuk membuktikan bahwa judul skripsi ini belum pernah ditulis oleh orang lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara maupun di lingkungan
universitasperguruan tinggi lain dalam wilayah Republik Indonesia. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan. Adapun
judul penelitian yang berkaitan dengan doktrin Business Judgement Rule yang
Universitas Sumatera Utara
dibahas, yang pernah dilakukan oleh Rudi Dogar Harahap, Nim 067005078, mahasiswa Magister Hukum Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
dengan judul “Penerapan Business Judgment Rule dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank yang Berbadan H
ukum Perseroan Terbatas”, dengan perumusan
masalah yang dibahas:
1. Bagaimana pengelolaan bank dikaitkan dengan manajemen risiko?
2. Bagaimana batasan Businesss Judgement Rule dalam pengelolaan perseroan
terbatas oleh direksi? 3.
Bagaimana penerapan prinsip-prinsip Business Judgement Rule dalam pertanggungjawaban direktur bank direktur terbatas?
Penelitian tersebut apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini, baik permasalahan maupun pembahasan adalah merupakan hal
yang berbeda.
E. Tinjauan Kepustakaan
Pasal 1 angka 1 UUPT menyatakan bahwa: “Perseroan terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan
hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasar perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi
dalam saham dan memenuhi dalam persyaratan yang ditetapkan dalam Undang
–Undang.”
Organ –organ perseroan terbatas seperti tercantum dalam UUPT Pasal 1
angka 2, terdiri atas rapat umum pemegang saham RUPS, komisaris, dan direksi. Pasal 1 angka 4 UUPT menyatakan bahwa:
“Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
Universitas Sumatera Utara
direksi atau dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang –
undang ini danatau anggaran dasar.”
Rapat umum pemegang saham RUPS merupakan organ perseroan yang memiliki kewenangan eksklusif. RUPS merupakan sebuah forum yang mewakili
seluruh pemegang saham perseroan, dimana para pemegang saham memiliki kewenangan utama untuk memperoleh keterangan
–keterangan mengenai perseroan, baik dari komisaris maupun direksi.
14
Komisaris atau biasa disebut dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan secara umum danatau khusus, dan memberikan nasihat kepada
direksi berdasarkan anggaran dasar perseroan.
15
Pengawasan oleh komisaris meliputi pengawasan atas kebijakan direksi dalam melakukan dan menjalankan
pengurusan perseroan, baik mengenai perseroan maupun kegiatan usaha perseroan.
Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
16
Direksi sebagai pengurus perseroan secara otomatis mewakili perseroan, baik di dalam maupun di
luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Perlu diingat jika kewenangan itu dimiliki direksi secara tidak terbatas dan tidak bersyarat, selama
tidak bertentangan dengan undang
–undang dan anggaran dasar serta keputusan
RUPS.
Doktrin Business Judgement Rule merupakan suatu prinsip yang memberikan perlindungan terhadap direksi, dimana direksi dapat dibebaskan dari
tanggung jawab secara pribadi sekalipun tindakan nya mengakibatkan kerugian pada perseroan, baik karena salah perhitungan maupun hal lain di luar
kemampuan yang menyebabkan kegagalan dari tindakan tersebut, asalkan tindakan yang diambilnya tersebut dilakukan sebagai keputusan bisnis yang
dibuat berdasarkan itikad baik semata
–mata untuk kepentingan perseroan.
17
14
Orinton Purba, Petunjuk Praktis bagi RUPS, Komisaris dan Direksi Perseroan Terbatas agar Terhindar dari Jerat Hukum Jakarta: Raih Asa Sukses, 2011, hlm. 27.
15
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 angka 6.
16
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 angka 5.
17
Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris Perseroan Terbatas PT Jakarta: Visimedia, 2009, hlm. 120.
Universitas Sumatera Utara
Doktrin Business Judgement Rule yang merupakan salah satu teori yang sangat populer untuk menjamin keadilan bagi para direksi yang mempunyai itikad
baik. Penerapan doktrin ini mempunyai misi utama, yaitu untuk mencapai keadilan khususnya bagi para direktur sebuah perseroan terbatas dalam melakukan
suatu keputusan bisnis, ataupun dapat diartikan bahwa tidak terdapat kepentingan pribadi yang dilakukan oleh direksi dalam menjalankan perusahaan.
Prinsip Business Judgment Rule merupakan ketentuan yang dapat dikesampingkan jika direktur bertindak lebih baik daripada pengadilan yang akan
mendalilkan Business Judgment Rule dan apabila direksi bertindak dalam keputusan bisnis yang bebas dari self-dealing atau untuk kepentingan pribadi
dan dapat menunjukan tindakan tersebut dilaksanakan berdasarkan alasan yang wajar serta itikad baik. Business Judgment Rule selain melindungi tanggung
jawab pribadi seorang direksi apabila terjadi pelanggaran, ia juga dapat diberlakukan terhadap pembenaran-pembenaran keputusan bisnis dimana
perintah-perintah yang ditujukan kepada dewan direksi, atau terhadap keputusan- keputusan itu sendiri, terhadap kasus yang menitikberatkan kepada keputusan
bisnis yang merupakan tanggung jawab dari pembuat keputusan.
18
Badan usaha milik negara BUMN merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional, di samping badan usaha swasta dan
koperasi. BUMN, swasta dan koperasi melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Badan Usaha Milik Negara BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
19
Badan Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam UU BUMN, dibagi atas persero dan
perum. Perusahaan perseroan atau yang disebut dengan persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang
seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh negara yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.
20
Kekayaan negara yang dipisahkan dapat diinvestasikan kepada BUMN Persero. Direksi sebagai organ yang vital untuk melakukan pengurusan
bertanggung jawab penuh atas operasional perusahaan. Sebagai bentuk
18
Bismar Nasution, “Pertanggungjawaban Direksi Dalam Pengelolaan Perseroan”, http:bismar.wordpress.com20091223
diakses pada tanggal 16 September 2015 pukul 21.30.
19
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara Pasal 1 angka 1.
20
Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan Bandung: PT.Refika Aditama, 2006, hlm. 62.
Universitas Sumatera Utara
pertanggungjawaban atas pengelolaan perusahaan maka direksi wajib mempertanggungjawabkan melalui mekanisme RUPS. Direksi mempunyai
kewajiban untuk menyampaikan laporan tahunan yang memuat antara lain neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan kegiatan persero lainnya kepada RUPS.
Mekanisme pertanggungjawaban melalui RUPS ini adalah resiko bagi pemerintah yang memilih investasinya melakukan kegiatan usaha BUMN Persero oleh karena
BUMN Persero adalah merupakan perseroan terbatas.
F. Metode Penelitian