badan usaha Business organization beranekaragam dan sebagian besar merupakan peninggalan pemerintah Belanda.
Berkaitan dengan pendirian perusahaan negara atau badan usaha milik negara BUMN, maka harus dikaji terlebih dahulu apakah perusahaan negara
tersebut merupakan badan hukum publik atau privat. Mengacu pada pengertian BUMN sendiri yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan dan badan usaha kegiatannya ditujukan untuk
mencari keuntungan serta BUMN tidak memiliki kewenangan untuk mengeluarkan kebijakan yang mengikat publik, maka jelas BUMN merupakan
badan hukum privat.
Perseroan terbatas BUMN untuk selanjutnya disebut PT BUMN merupakan suatu korporasi
62
, suatu badan usaha yang berbadan hukum, berbentuk perseroan terbatas dan bertujuan untuk mencari keuntungan. PT BUMN dalam
menjalankan usaha tersebut, tunduk kepada UUPT dalam tata kelola keuangannya. Hal ini tidak berarti bahwa keuangan PT BUMN terlepas dari
keuangan negara karena karakteristik keuangan negara di dalam PT BUMN tidak akan hilang atau berubah dengan dipisahkannya keuangan negara tersebut.
Pemisahan kekayaan negara untuk dijadikan penyertaan negara dalam modal persero hanya dapat dilakukan melalui undang
–undang APBN. Keputusan untuk melakukan setiap penyertaan modal negara dalam sesuatu perseroan
terbatas ditetapkan dengan peraturan pemerintah dan pelaksanaan dari pernyataan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan tentang perseroan terbatas yang
termaktub dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
C. Pengaturan Hukum Doktrin Business Judgment Rule Terhadap Direksi BUMN Persero
Pengaturan hukum doktrin Business Judgment Rule terhadap direksi BUMN Persero, sama dengan ketentuan yang berlaku bagi direksi perseroan
terbatas. Hal ini merupakan ketentuan yang jelas dikarenakan BUMN Persero tunduk kepada peraturan yang berlaku bagi perseroan terbatas yaitu UUPT. Oleh
62
Korporasi adalah sekumpulan orang yang untuk hubungan –hubungan hukum tertentu
demi mewujudkan tujuan memperoleh keuntungan tertentu bersepakat untuk bertindak sebagai suatu kesatuan, sebgaia subjek hukum mandiri. Misalnya perseroan terbatas, asuransi, perkapalan,
koperasi dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
karena itu, segala ketentuan dan pengaturan hukum mengenai doktrin Business Judgment Rule yang berlaku terhadap direksi perseroan terbatas berlaku juga bagi
direksi BUMN Persero.
Pemahaman mengenai pengaturan hukum doktrin Business Judgment Rule terhadap direksi BUMN Persero akan diperdalam melalui analisis Putusan Nomor
36Pid.BTPK2012PN.JKT.PST tentang perkara atas nama terdakwa Hotasi D.P Nababan selaku mantan direktur PT. Merpati Nusantara Airlines untuk
selanjutnya disebut PT. MNA.
Hotasi DP Nababan adalah direktur PT. MNA dan Tony Sudjiarto adalah mantan General Manager PT. MNA. Keduanya didakwa melakukan tindak
pidana korupsi dalam praktek penyewaan pesawat Boeing 737-400 dan Boeing 737-500 yang merugikan keuangan negara sebesar 1 juta US Dollar. Penyewaan
dilakukan setelah melihat kondisi keuangan PT. MNA tahun 2006 sangat parah yang ditandai dengan kemampuan produksi yang rendah serta harus menanggung
biaya operasional yang tinggi. Hal tersebut disebabkan jumlah pesawat yang sangat sedikit yaitu 25 unit yang tidak sebanding dengan jumlah sumber daya
manusianya. Maka demi menyelamatkan perusahaan yang sudah kritis, Hotasi dan Tony kemudian melakukan penyewaan pesawat boeing.
Keinginan itu selalu kandas dikarenakan reputasi Merpati di dunia internasional sudah terpuruk. Kemudian PT. MNA mengadakan penyewaan
dengan Thirdstone Aircraft Leasing Group TALG. Akhirnya TALG bersedia menyewakan pesawat.
Di dalam perjanjian sewa, TALG mengharuskan PT. MNA mengirimkan uang jaminan security deposit sebesar USD 1 juta sebagai jaminan untuk dua
pesawat. Masalah pun timbul setelah TALG ingkar janji tidak mengirimkan pesawat. PT. MNA juga sudah menempuh segala cara agar uang jaminan yang
telah dibayarkan bisa dikembalikan oleh TALG.
Apabila dilihat dari putusan hakim, maka hakim telah menyatakan TALG tidak memenuhi itikad baik untuk memenuhi kewajibannya merupakan sengketa
keperdataan. Hakim telah tepat menerapkan kerugian negara tidak dapat diterapkan karena uang negara yang sudah ditempatkan di BUMN, merupakan
uang milik BUMN.
Terhadap TALG yang tidak memenuhi kewajibannya, tidak dapat dibebankan kepada PT. MNA. Ini ditandai dengan PT MNA sudah memenuhi
kewajibannya membayar security deposit dan PT. MNA sudah menempuh segala cara agar jaminan dapat dikembalikan, bahkan PT. MNA sudah menggugat di
Universitas Sumatera Utara
Amerika Serikat dan putusan pengadilan District of Columbia Amerika Serikat tanggal 8 Juli 2007 yang memenangkan gugatan PT. MNA atas TALG dan Alan
Messner menjadi bukti upaya PT. MNA mengembalikan dana deposit. Hakim memberikan istilah “merupakan tanggung jawab TALG dan itu di luar kendali PT
MNA”. Sudah dilakukan dalam prinsip hati-hati dan demi kepentingan perusahaan.
Dengan demikian, maka tidak terdapat kesalahanniat jahat mens rea terhadap Hotasi dan Tony. Pada Putusan Mahkamah Agung RI Nomor. 417
KPid.Sus2014, Hotasi Nababan dinyatakan bersalah dan divonis empat tahun penjara serta denda sebesar Rp 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah.
Berdasarkan kasus tersebut, apabila dilihat dalam PT. MNA mengenai pengaturan tentang doktrin Business Judgment Rule terhadap direksi sebenarnya
sudah berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukan dari tindakan direktur tersebut yang sebenarnya sudah mengambil keputusan bisnis dengan itikad baik, prinsip
kehati
–hatian dan sesuai prosedur yang berlaku. Dikatakan juga dalam perjanjian antara PT. MNA dengan TALG juga
disebutkan kewajiban perusahaan penyedia pesawat dari Amerika Serikat itu untuk mengembalikan security deposit beserta bunganya. Akibat kegagalan
TALG, PT. MNA pernah melayangkan gugatan ke sebuah pengadilan di Colombia, Amerika Serikat. Hasilnya PT. MNA dimenangkan oleh hakim dengan
putusan bahwa TALG terbukti bersalah melakukan wanprestasi. Atas dasar itu, CEO TALG, Alan Messner dan COO TALG, Jon Cooper dihukum untuk
mengembalikan security deposit kepada PT. MNA berikut bunganya. Hingga kini PT MNA masih mengupayakan pengembalian uangnya dan mempidanakan kedua
orang tersebut.
Gugatan yang dilakukan PT. MNA terhadap TALG menunjukkan tidak adanya konflik kepentingan antara terdakwa direktur PT. MNA dengan TALG.
Jadi apabila dikatakan bahwa ada unsur memperkaya korporasi hal itu sama sekali tidak terbukti, karena tidak ada keuntungan yang didapat direktur MNA dari hal
tersebut dan juga PT .MNA telah melakukan upaya untuk mengembalikan uang security deposit dengan melayangkan gugatan di pengadilan Amerika Serikat.
Artinya uang negara yang katanya dirugikan sebenarnya tidak ada, apabila dilihat lagi lebih dalam terhadap kasus ini, maka direktur PT MNA telah melakukan
suatu pengambilan keputusan bisnis sesuai dengan prosedur yang berlaku, dengan itikad baik juga prinsip kehati
–hatian semata mata hanya untuk kepentingan perusahaan.
Badan Usaha Milik Negara BUMN sebagai perseroan terbatas, sudah selayaknya juga mendapatkan kewajiban dan hak yang berimbang dalam
menjalankan doktrin Fiduciary Duty dan Business Judgement Rule. Jika tidak
Universitas Sumatera Utara
berimbang, lebih besar kewajiban dalam melaksanakan amanah dibanding kewenangan dalam membuat kebijakan, maka tentu tidak akan ada terobosan
untuk menggali peluang bisnis, karena selalu diliputi kekhawatiran dapat digugat sampai aset pribadi.
Merujuk pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, keuangan BUMN juga dinyatakan sebagai keuangan negara. Ini terlihat
pada bunyi Pasal 2 huruf g yang menetapkan bahwa :
“Keuangan negara termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara dan atau perusahaan daerah.
” Selanjutnya, Pasal 2 huruf i menentukan:
“Keuangan negara meliputi kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan Pemerintah.
”
Demikian pula menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, menyatakan bahwa:
“Perbendaharaan negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan.
”
Bahkan dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Tindak Pidana Korupsi disebutkan bahwa:
“ Keuangan negara adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan.
” Di sisi lain, Pasal 4 angka 1 UU BUMN menyebutkan:
“Modal BUMN merupakan dan berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
”
Disini terjadi pertentangan antar peraturan perundang-undangan. Lebih lanjut, Pasal 2 huruf g dan i Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara telah membatasi pelaksanaan doktrin Business Judgement Rule sebagaimana diamanatkan oleh UUPT.
Ditinjau dari hukum perseroan, pengambilan keputusan bisnis perseroan terbatas BUMN seharusnya mendasarkan pada doktrin Business Judgment Rule
yang mengandung resiko komersial terbatas pada BUMN yang bersangkutan, namun dengan adanya Pasal 2 huruf g dan i Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, resiko tersebut menjadi resiko non-kommersial public risk yang ditanggung oleh masyarakat sebagaimana diterapkan dalam
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan APBN. Negara sebagai pemegang saham seharusnya hanya menanggung kerugian perseroan sebatas saham yang disetor, namun dengan
adanya public risk negara akan menanggung resiko melebihi saham yang disetor dan akan berdampak pada APBN.
Lebih lanjut BUMN persero perlu memastikan pelaksanaan Good Corporate Governance secara konsisten. Pendekatan ini sesuai dengan formula
bahwa korupsi terjadi karena kewenangan tidak disertai dengan akuntabilitas atau lebih lengkap lagi tidak disertai pelaksanaan Good Corporate Governance yang
sebanding.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENERAPAN DOKTRIN BUSINESS JUDGMENT RULE PADA DIREKSI
BUMN PERSERO DI INDONESIA
A. Pengaturan Kewenangan dan Tanggung jawab Direksi