Penerapan Doktrin Bussiness Judgment Rule Dalam Pembelaan Direksi BUMN Persero

C. Penerapan Doktrin Bussiness Judgment Rule Dalam Pembelaan Direksi BUMN Persero

Doktrin Business Judgment Rule ditetapkan untuk memutuskan apakah direksi dan atau dewan direksi telah melaksanakan tugasnya dengan benar dan memenuhi tugas dan kewenangannya sebagai organ perusahaan. Tidak semua putusan bisnis yang ditetapkan oleh direksi selalu menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Direksi atau dewan direksilah yang pada akhirnya akan bertanggungjawab apabila unsur –unsur yang terkandung dalam doktrin Business Judgment Rule tidak dapat dibuktikan seluruhnya. Untuk dapat menggunakan doktrin Business Judgment Rule ini sebagai pembelaan bagi direksi dan atau dewan direksi, direksi atau dewan direksi harus bertindak dengan itikad baik dan dengan kepercayaan yang wajar dalam melakukan tindakan yang secara sah dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di dalam mencapai tujuan –tujuan perusahaan. Direksi juga harus melaksanakan putusan bisnis yang jujur terhadap kebijakan –kebijakan yang telah dipertimbangkan secara rasional dan berdasarkan faktor –faktor relevan yang ada. 83 Doktrin Business Judgment Rule ini melindungi pembuat keputusan perusahaan dan keputusan –keputusan perusahaan yang sudah ditetapkan untuk kepentingan bisnis dari pendapat bandingan pengadilan judicial second guessing. Unsur –unsur dari doktrin Business Judgment Rule adalah sebagai berikut : 1. Business Decision Putusan Bisnis Hanya perbuatan –perbuatan yang dilakukan oleh direksi dan dewan direksi yang dilindungi oleh doktin ini sedangkan untuk perbuatan yang dilakukan oleh pihak selain direksi tidak akan dilindungi dalam pembelaan melalui doktrin putusan bisnis ini. Perbuatan –perbuatan yang dilakukan selain oleh direksi hanya dapat dilindungi oleh putusan bisnis ini apabila hasil dari perbuatan tersebut berhubungan dengan perbuatan yang dilakukan secara sadar oleh direksi 2. Disinterestednes 83 Business Judgment Rules, http:www.meeb.comarticlesbusiness_judgement_rule.htmANGLE diakses pada tanggal 8 Januari 2016 pukul 15.59. Universitas Sumatera Utara Unsur ini menjelaskan bahwa doktrin Business Judgment Rule melindungi direksi yang tidak memiliki kepentingan pribadi dalam pengambilan keputusan. Seorang direksi yang bertindak bukan berdasarkan kepentingan pribadi dalam melakukan transaksi –transaksi bisnis ataupun keuntungan- keuntungan finansial yang diperoleh dari pihak lain untuk kepentingan perusahaan dari pemegang saham pada umumnya akan dilindungi pada doktrin ini. 84 3. Due Care Prinsip kehati –hatian Doktrin Business Judgment Rule apabila dikaitkan dengan prinsip kehati – hatian, hanya akan melindungi direksi apabila direksi di dalam menjalankan tugas dan wewenangnya secara hati –hati sehingga terhindar dari perbuatan kelalaian yang merugikan pihak lain. Menurut teori ilmu hukum perseroan, prinsip kepedulian due care dari direksi terhadap perseroan memiliki 2 dua persyaratan sebagai berikut: 85 1. Syarat Prosedural Syarat prosedural yang dipersyaratkan oleh hukum kepada direksi dari suatu perseroan adalah bahwa seorang direksi haruslah selalu menaruh perhatian dengan sungguh –sungguh kepada jalannya perseroan. Di samping itu, dia harus selalu mendapatkan informasi yang lengkap well informed terhadap perseroannya. 2. Syarat Substantif Syarat substantif yang terbit dari prinsip kepedulian due care terhadap seorang direksi perusahaan adalah bahwa dalam mengambil keputusan perseroan, pihak direktur haruslah dilakukannya berdasarkan pertimbangan yang rasional. Pertimbangan yang rasional tersebut tidak berarti bahwa direksi harus mengambil keputusan yang benar –benar optimal. Hal yang 84 http:www.meeb.comarticlesbusiness_judgement_rule.htmANGLE diakses pada tanggal 8 Januari 2016 pukul 15.59. 85 Munir Fuady, Op. Cit., hlm. 49-51. Universitas Sumatera Utara dibutuhkan bahwa munculnya apperance dari keputusan tersebut terlihat sebagai respon yang wajar terhadap situasi yang ada, yang oleh hukum dilarang adalah manakala pihak direksi bertindak begitu sangat tidak bijaksana, sangat tidak rasional, dan di luar diskresi direksi yang dibenarkan oleh hukum. 3. Good faith Itikad Baik Doktrin Business Judgment Rule menghendaki direksi atau dewan direksi bertindak dalam putusan bisnisnya dengan itikad baik dan dengan kejujuran di dalam bertindak untuk kepentingan perusahaan. Kewajiban, tugas dan wewenang anggota direksi harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab yang nantinya akan mengarahkan perusahaan di dalam mencapai keuntungan dan tujuan akhir perusahaan, serta memberikan kekuasaan bisnis terhadap seluruh pemegang saham yang terkait. 4. Abuse Of Discretion or Waste Bebas dari Penyalahgunaan Diskresi Direksi dalam menjalankan tugasnya selalu diwajibkan untuk menguasai dan mengetahui pengetahuan –pengetahuan bisnis yang wajar dan dengan sepenuhnya hatu bertanggungjawab terhadap semua tindakan yang telah diambil. Direksi atau dewan direksi sebagai organ pengurus perusahaan mempunyai wewenang mutlak dan diberikan kepercayaan penuh oleh perusahaan di dalam pengurusan dan pengelolaan suatu perusahaan selain putusan bisnis harus memenuhi kriteria sebagai putusan bisnis yang wajar, bebas dari unsur kepentingan pribadi, prinsip kehati –hatian dan itikad baik Universitas Sumatera Utara putusan bisnis juga harus bebas dari penyalahgunaan kemandirian dan kemerdekaan dari seorang pembuat keputusan. Dilihat dari kasus Hotasi DP Nababan yang telah dijabarkan pada bab 3 sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan Business Judgment Rule terhadap direksi dalam BUMN Persero secara otomatis diberlakukan kepada tiap anggota direksi sama halnya dengan direksi perseroan terbatas. Dilihat dari kasus yang telah diuraikan diatas, penerapan Business Judgment Rule dapat dikatakan belum sepenuhnya berjalan dengan baik, karena ada beberapa hal dari Putusan Pengadilan Negri Nomor 36Pid.BTPK2012PN.JKT.PST yang perlu diperhatikan. Pertama, hakim telah menyatakan TALG tidak memenuhi itikad baik untuk memenuhi kewajibannya merupakan sengketa keperdataan. Hakim telah tepat menerapkan. Kerugian negara tidak dapat diterapkan, karena uang negara yang sudah ditempatkan di BUMN merupakan uang milik BUMN. Kedua, terhadap TALG yang tidak memenuhi kewajibannya, tidak dapat dibebankan kepada PT. MNA. Ini ditandai dengan PT. MNA sudah memenuhi kewajibannya membayar security deposit. PT. MNA sudah menempuh segala cara agar jaminan dapat dikembalikan TALG. PT. MNA bahkan sudah menggugat di Amerika Serikat dan putusan Pengadilan District of Columbia, Amerika Serikat tanggal 8 Juli 2007 yang memenangkan gugatan Merpati atas TALG dan Alan Messner menjadi bukti upaya Merpati mengembalikan dana deposit. Hakim memberikan istilah “merupakan tanggung jawab TALG dan itu di luar kendali PT MNA”. Sudah dilakukan dalam prinsip hati-hati dan demi kepentingan perusahaan. Dengan demikian, maka tidak terdapat kesalahanniat jahat terhadap Hotasi dan Tony. Apabila dilihat dalam Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 417 KPid.Sus2014, Hotasi Nababan dinyatakan bersalah dan divonis empat tahun penjara serta denda sebesar 200 juta Rupiah. JPU menggangap bahwa Hotasi bersalah berdasarkan dakwaan subsider, yaitu melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 Undang –Undang nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke –1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana tentang Perbuatan Merugikan Keuangan Negara. Jaksa Penuntut Umum menyatakan bahwa terdakwa Hotasi Nababan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan dalam dakwaan primer dan meminta agar Hotasi dibebaskan dari dakwaan primer, tapi menyatakan terdakwa terbukti bersalah sebagaimana dakwaan subsider, sejumlah pertimbangan yang diungkap oleh jaksa adalah perbuatan Hotasi dalam pengadaan dua pesawat Boeing 737-400 Universitas Sumatera Utara dan Boeing 737-500, padahal tidak tercantum dalam rencana kerja anggaran perusahaan tahunan RKAT. Terdakwa dengan sengaja melakukan penyewaan pesawat Boeing, walau tidak tercantum dalam RKAT 2006, terdakwa Hotasi Nababan juga tahu bahwa security deposit yang dikirim ke Hume digunakan untuk kepentingan lain selain sebagai jaminan. TALG sendiri melakukan wanprestasi mengingkari perjanjian terhadap PT MNA karena uang sejuta Dollar AS itu disalahgunakan oleh John C. Cooper senilai 810.000 Dollar AS dari Hume dan Allan Messner dari TALG sebanyak 190.000 Dollar AS. Hotasi memberikan security deposit uang jaminan senilai satu juta dolar Amerika Serikat AS sebagai jaminan pembelian pesawat kepada perusahaan penyewaan pesawat Thirdstone Aircraft Leasing Group TALG melalui transfer langsung ke rekening kantor pengacara Hume and Associaties PC pada Bank Mandiri. Padahal, belum ada penandatangangan purchase agreement perjanjian pembelian antara TALG dengan East Dover Ltd selaku pemilik pesawat Boeing 737-500. Selain itu, menurut Jaksa Penuntut Umum, pembuatan Lease Agreement Summary of Term LASOT untuk security deposit hanya dilakukan sehari setelah perjanjian TALG dengan East Dover, padahal belum ada security agreement antara TALG dan East Dover. Sehingga, terdakwa Hotasi Nababan sudah tahu seharusya tidak membayarkan kepada TALG dan Hume karena hanya berdasarkan LASOT sebagai bentuk perjanjian jual beli dan bukan purchase agreement sebelum membayar security deposit. Menurut jaksa, Hotasi tidak berhati-hati dalam melakukan pembayaran dan tanpa mendapatkan gambaran perusahaan peminjam pesawat TALG meski sudah meminta Lawrence Siburian sebagai pengacara untuk melakukan pengecekan. Terdakwa dalam bertindak di luar aturan yang berlaku sehingga terjadi abuse of power katanya. PT. MNA sendiri melakukan upaya hukum terhadap TALG dan berhasil mengembalikan 5.000 dolar AS, tapi menurut Jaksa penuntut umum, unsur kerugian negara tetap diberlakukan. Jaksa penuntut umum juga menilai, unsur yang terbukti dalam tuntutan jaksa adalah unsur merugikan keuangan diri sendiri sebagaimana termuat dalam Pasal 3 dalam dakwaan subsider dan bukan unsur memperkaya diri sendiri dalam Pasal 2 dalam dakwaan primer. TALG sendiri melakukan wanprestasi terhadap PT. MNA karena uang sejuta dolar AS itu disalahgunakan oleh John C. Cooper senilai 810.000 dolar AS dari Hume dan Alan Messner dari TALG sebanyak 190.000 dolar AS. Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa hakim tidak konsisten dalam menjatuhkan putusan. Hal ini diperkuat oleh beberapa hal yaitu pertama, pada Universitas Sumatera Utara putusan pengadilan negeri Hotasi D.P Nababan sudah dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan dari segala tuntutan namun pada tingkat kasasi, hakim menjatuhkan putusan bersalah kepada Hotasi. Hal ini sangat tidak wajar. Bagaimana mungkin putusan bebas murni dikasasi. Kedua, dalam kasus ini Hotasi Nababan tidak terbukti mengenai unsur memperkaya diri sendiri karena sudah berupaya untuk mengajukan upaya hukum di pengadilan Amerika Serikat dan berhasil mengembalikan 5000 dollar AS. Tetapi walaupun sudah melakukan upaya hukum tersebut jaksa di Indonesia tetap mengadili Hotasi dengan delik korupsi. Selain itu juga, ada beberapa pertimbangan hakim yang keliru antara lain 86 : 1. RUPS telah memberikan kewenangan direksi fleksibilitas untuk memilih tipe pesawat yang menguntungkan perusahaan. 2. Masalah penempatan security deposit itu dilakukan di Law Firm Hume di Washington sebagai custodian, dan tidak boleh diambil sepihak sesuai peraturan di AS. 3. Sudah ada letter of intent LOI antara Merpati dan TALG yang menjadi dasar penempatan security deposit yang mengikat. 4. LOI ini dianggap sebagai perjanjian yang mengikat yang menjadi dasar menangnya gugatan Merpati terhadap TALG di pengadilan Washington pada 2007. 5. Circular Board Of Director BOD merupakan keputusan kolektif direksi Merpati bukan keputusan direksi sendiri. 86 Liputan 6, http:www.google.co.idurl?q=http:www.liputan6.comtaghotasi- nababansa=Uved=0ahUKEwjp_t-bzq7KAhUOBo4KHergC30QFggpMAYsig2=- yXSt0uQrRVSyJt3kORCTgusg=AFQjCNEvZ4RQHqyFLr0x7w9c2ZaHmI5HoQ diakses pada tanggal 16 Januari 2016 pukul 22.11. Universitas Sumatera Utara 6. Legal opinion yang dibuat oleh biro hukum menjadi bukti yang tidak relevan oleh hakim di pengadilan negeri karena tertanggal setelah penempatan security deposit. 7. Kedua warga negara Amerika Serikat yang telah menipu Merpati mengambil security deposit itu sedang diadili pengadilan Washington DC atas tuntutan kejahatan tinggi. Setelah membaca penjelasan yang telah dijabarkan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan Business Judgment Rule terhadap direksi dalam BUMN Persero secara otomatis diberlakukan kepada setiap anggota direksi sama halnya dengan direksi perseroan terbatas. Doktrin Business Judgment Rule berlaku bagi direksi yang beritikad baik, melakukan prinsip kehati-hatian, dan menetapkan keputusan untuk semata-mata kepentingan perseroan. Apabila dilihat dari kasus yang telah dijelaskan, maka penerapan Business Judgment Rule terhadap direksi dalam BUMN Persero dalam hal ini merupakan PT. MNA belum sepenuhnya berjalan dengan baik karena dari fakta –fakta yang ada hakim tidak menerapkan doktrin Business Judgment Rule sebagai perlindungan terhadap direksi yang mengambil keputusan untuk kepentingan perusahaan. Padahal yang dilakukan direksi PT. MNA merupakan semata mata untuk kepentingan perusahaan, dilakukan dengan prinsip kehati –hatian dan tidak ada unsur memperkaya diri sendiri. Namun setiap kebijakan yang diambil direksi meskipun kelihatan nya sudah baik tetapi tetap saja bisa menimbulkan kesalahan yang tidak terduga diluar kewenangan direksi. Universitas Sumatera Utara BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Business Judgement Rule Pada Dewan Komisaris Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

4 67 72

KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN HUKUM DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 5 16

TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENGURUSAN PERSEROAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

0 6 36

PENERAPAN DOKTRIN ULTRA VIRES TERHADAP DIREKSI DALAM KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DAN UNDANG-UNDANG NO 37 TAHUN 2004 TENTANG KE.

0 0 1

EKSISTENSI DOKTRIN PIERCING THE CORPORATE VEIL DI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS TERHADAP TANGGUNG JAWAB DIREKSI ATAS TERJADINYA KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS.

0 0 13

Penerapan Doktrin Business Judgment Rule Terhadap Direksi Dalam BUMN Persero Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

0 1 9

Penerapan Doktrin Business Judgment Rule Terhadap Direksi Dalam BUMN Persero Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

0 0 1

Penerapan Doktrin Business Judgment Rule Terhadap Direksi Dalam BUMN Persero Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

0 0 13

Penerapan Doktrin Business Judgment Rule Terhadap Direksi Dalam BUMN Persero Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

0 2 15

Penerapan Doktrin Business Judgment Rule Terhadap Direksi Dalam BUMN Persero Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

0 0 4