B. Saran
Setelah memahami pembahasan penelitian yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disarankan beberapa hal yaitu :
1. Sebaiknya pengaturan mengenai Business Judgment Rule di Indonesia lebih
dikembangkan lagi dengan cara memperbaharui peraturan-peraturan yang telah ada dan lebih spesifik diatur dalam UUPT sehingga doktrin Business
Judgment Rule dapat lebih dipahami baik oleh direksi, penegak hukum, dan masyarakat di Indonesia.
2. Sebaiknya organ
–organ perusahaan khususnya direksi diharapkan lebih memahami dengan benar dalil
–dalil hukum yang dianut dalam doktrin– doktrin corporate law. Hal ini berguna bagi direksi itu sendiri untuk
mengetahui batasan –batasan dan prinsip–prinsip kemandirian seorang
direktur dalam menjalankan perusahaan. 3.
Sebaiknya doktrin Business Judgment Rule ini lebih diperhatikan dan diadopsi oleh para penegak hukum di Indonesia khususnya hukum korporasi
dalam memutuskan bersalah atau tidaknya direksi dalam kasus –kasus
perusahaan khususnya. Sehingga penerapan doktrin Business Judgment Rule dapat berjalan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG DOKTRIN BUSINESS JUDGMENT
RULE DI INDONESIA
A. Sejarah Doktrin Business Judgment Rule
Lahirnya doktrin Business Judgment Rule diawali dari beberapa kasus yang terjadi di beberapa negara dimana dari kasus tersebut menimbulkan kesan
bahwa direktur sering ditempatkan sebagai pihak yang selalu dipersalahkan dalam perseroan. Kesan tersebut tidak mencerminkan keadilan. Direktur bukanlah suatu
obyek yang selalu dapat dipersalahkan sepenuhnya atas pengelolaan perusahaan atau dengan kata lain tanggung jawab tidak dapat dibebankan secara penuh
kepada direksi.
22
Pembebanan tanggung jawab secara penuh terhadap direksi akan menghambat inovasi dan kreatifitas direksi dalam mengambil keputusan bisnis.
23
Direksi harus tetap diberi otonomi yang dibatasi oleh asas kepantasan.
24
Melihat kepada potensi penyalahgunaan posisi oleh direktur, maka perlu dilakukan pengawasan yang intensif terhadap direktur sebagai otak dalam
perusahaan yang mengendalikan perusahaan sehari –hari. Salah satu cara untuk
melakukan pengawasan kepada direktur adalah dengan membatasi kewenangannya dalam mengambil sebuah keputusan bisnis yang dituangkan
dalam sebuah standar keputusan bisnis yang di negara –negara anglo saxon
dikenal dengan Business Judgment Rule.
25
Doktrin Business Judgment Rule berasal dari Amerika Serikat yang didasarkan pada sistem hukum common law, dimana sumber hukum utama bagi
negara Amerika Serikat ini menganut asas presedent. Konsep Business Judgment Rule sudah diterapkan sejak 170 tahun yang lalu di Amerika Serikat dan telah
memainkan peranan yang sangat penting dalam perusahaan dan dalam kasus-
22
Robert Prayoko, Doktrin Business Judgment Rule ; Aplikasinya dalam Hukum Perusahaan Modern Yogyakarta:Graha Ilmu, 2015, hlm. 2.
23
Ibid.
24
Ibid.
25
Ibid., hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
kasus bisnis. Secara umum doktrin ini merupakan doktrin yang memberikan perlindungan bagi direksi terhadap keputusan bisnis yang diambilnya.
Dasar pemikiran dari aturan ini adalah pengakuan dari pengadilan bahwa sudah menjadi sifatnya dalam menjalankan bisnis yang bernuansa resiko, direksi
harus terbebas dari rasa takut atas jeratan hukum yang mungkin menjerat direksi dalam hal direksi mengambil keputusan bisnis yang beresiko, rasa takut direksi
dalam mengambil keputusan bisnis tersebut akan mempengaruhi keputusan bisnis direksi tersebut.
26
Hakim merupakan ahli dalam bidang hukum, namun bukan merupakan ahli dalam mengelola perusahaan dan bisnis, oleh karena itu hakim harus
menghormati keputusan bisnis direksi tanpa perlu campur tangan dan memberi pendapat bandingan atas kerputusan bisnis direksi. Pokok dari pemberlakuan
doktrin ini adalah bahwa semua pihak, termasuk pengadilan harus menghormati putusan bisnis yang diambil oleh orang-orang yang memang mengerti dan
berpengalaman di bidang bisnisnya, terutama sekali terhadap masalah-masalah bisnis yang kompleks.
Business Judgment Rule secara tradisional, juga dikonsep untuk melindungi kepentingan anggota direksi dari pertanggungjawaban diambilnya
keputusan usaha tertentu yang mengakibatkan kerugian bagi perseroan. Selanjutnya oleh Salomon dikutip pertimbangan hakim dalam perkara Gries
Enterprises Inc V.Cleveland browns Football co, inc.496 NE 2
nd
959 ohio, dimana :
“ the business judgment rule is a principle of corporate governance that has been part of common law for at least one hundred fifty years. It has
traditionally operated as ashield to protect directors from liability for the protection of the rule, then the courts should not intereferewith or second
guess their decisions. If the directors are not entiled to the protection of the rule, then the court scrutinize the decisions as to its intrinsic fairness to
the coorporation and the coorporation’s minority shareholders. The rule is rebutablle presumption that directors acted without self dealingor
personal interest and exercised reasonable diligence and acted with good faith. A party challenging a board of directors decisions was a proper
exercise of the business judgment of the board
.”
27
26
Business Judgment Rule,
http:en.wikipedia.orgwikiBusiness_judgment_rule
, diakses pada tanggal 16 Oktober 2015 pukul 21.15.
27
Lewis D Salomon, Donald E Schwartz, Jeffry D Bauman and Eliot j Weiss, Coorporation Law and Policy Materials and Problems, 4
th
ed, west group, St paul, 1998, hlm. 685
Universitas Sumatera Utara
Dalam terjemahan bebas dapat diartikan sebagai berikut: “Business Judgment Rule dapat diartikan adalah salah satu prinsip dari
pengelolaan perusahaan yang telah menjadi bagian dalam common law sekitar tahun 1950 seribu sembilan ratus lima puluh. Business Judgment
Rule ini melindungi direktur dari tanggung jawab atas putusan bisnis yang telah diambilnya. Jika direktur tersebut berhak atas perlindungan hukum,
maka pengadilan tidak dapat mencampuri terhadap putusan yang telah diambilnya tersebut, namun sebaliknya jika tidak berhak atas perlindungan
hukum atas putusan yang telah diambilnya maka pengadilan wajib memeriksa putusan tersebut apakah terdapat kejujuran yang mendasar dan
itikad baik kepada perusahaan dan pemegang saham minoritas dan harus dilakukan tanpa self dealing
28
, tidak dilakukan untuk kepentingan pribadi, dan harus dengan
itikad baik.”
Prinsip Business Judgment Rule merupakan ketentuan yang dapat dikesampingkan jika direktur bertindak lebih baik daripada pengadilan yang
akan mendalilkan Business Judgment Rule dan apabila direksi bertindak dalam keputusan bisnis yang bebas dari self-dealing atau untuk kepentingan pribadi
dan dapat menunjukan tindakan tersebut dilaksanakan berdasarkan alasan yang wajar serta itikad baik. Pihak yang menggugat keputusan dewan direksi
menghadapi resiko akan adanya ketentuan akan ditolaknya gugatan jika pada akhirnya dapat dibuktikan bahwa direksi membuat keputusan bisnis yang
tepat.
29
Blacks Law Dictionary mendefenisikan Business Judgment Rule sebagai berikut
30
: “Business Judgment Rule is the rule shields directors and officers from
liability for unprofitable or harmful corporate transactions if the transactions were made in good faith, with due care, and within the
directors or officers authority
.”
sebagaimana dikutip dalam buku Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi atas Kepailitan Perseroan Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 38.
28
Transaksi self dealing, yakni transaksi antara perseroan dengan direksi, yang dalam sejarah hukum semula dilarang by definition, kemudian dalam perkembangannya mulai dipilah-
pilah untuk dinilai mana yang dilarang dan mana yang diperbolehkan oleh sektor hukum. Atas adanya self dealing ini, maka dibebankan tanggung jawab pribadi terhadapa direksi, karena
transaksi ini pada dasarnya tidak layak dan bertentangan dengan fiduciary duty dari direksi. Di Indonesia sendiri tidak ada larangan bagi direksi untuk melakukan self dealing, asalkan dilakukan
secara fair, tidak ada unsur penipuan yang dapat merugikan perseroan.
29
Bismar Nasution, “Pertanggungjawaban Direksi Dalam Pengelolaan Perseroan”, http:bismar.wordpress.com20091223
diakses pada tanggal 16 Oktober 2015 pukul 21.30.
30
Bryan A Garner, dalam buku Frans Satrio Wicaksono : Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris Perseroan Terbatas PT Jakarta : Visimedia, 2009, hlm. 125.
Universitas Sumatera Utara
Dalam terjemahan bebas dapat diartikan sebagai berikut: “Business Judgment Rule dimaksudkan untuk melindungi direksi dan
karyawan, yang beritikad baik, dari pertanggungjawaban secara pribadi akibat keputusan bisnis yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan.”
Business Judgment Rule selain melindungi tanggung jawab pribadi seorang direksi apabila terjadi pelanggaran, ia juga dapat diberlakukan terhadap
pembenaran-pembenaran keputusan bisnis dimana perintah-perintah yang ditujukan kepada dewan direksi, atau terhadap keputusan-keputusan itu sendiri,
terhadap kasus yang menitikberatkan kepada keputusan bisnis yang merupakan tanggung jawab dari pembuat keputusan.
31
Business Judgment Rule yang diterapkan terhadap direksipembuat keputusan lazim disebut doktrin Business
Judgment Rule, dan Business Judgment Rule yang diterapkan terhadap keputusannya langsung disebut Business Judgment Rule.
32
Dilihat dari uraian sejarah diatas, dapat dikatakan bahwa awal mula doktrin Business Judgment Rule tidak ditentukan waktunya secara pasti, namun
dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan doktrin Business Judgement Rule sejalan dengan perkembangan doktrin doktrin lain dalam hukum
perusahaan di negara anglo saxon, yang melandaskan hukumnya kepada perkembangan putusan
–putusan hakim di pengadilan khususnya di negara Amerika Serikat.
B. Pemahaman Doktrin Business Judgment Rule Terhadap Direksi