memperlihatkan pembagian urusan wajib dan pilihan pada sektor limbah di

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 III - 25 Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup Bab 3 Gambar 3.7. Sumber Emisi dari Sektor Limbah menurut RAN-GRK Pembagian urusankewenangan oleh instansi terkait dalam sektor limbah, seperti pada sektor-sektor lainnya terbagi atas urusan wajib dan urusan pilihan berkaitan dengan pelayanan langsung ataupun tidak langsung oleh SKPD. Tabel

3.10 memperlihatkan pembagian urusan wajib dan pilihan pada sektor limbah di

Sumatera Utara. Tabel 3.10. Penanggung Jawab Identifikasi BAU dan Aksi Mitigasi Sektor Limbah III - 26 Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup Bab 3 Urusan wajib melibatkan Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman, BLH, Dinas Kesehatan, sementara urusan pilihan menyangkut Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman menjadi koordinator dalam pengelolaan sektor limbah mengingat porsi pengelolaan limbah terbesar domestik padat maupun cair berada di bawah tugas fungsi pokok dari institusi ini. Pengelolaan sektor limbah oleh Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman termasuk pengaturan spesifikasi TPA, pembangunan mau pun rehabilitasi TPA, pengelolaandistribusi sampah termasuk ikut membantu pelaksanaan kegiatan 3R dan selanjutnya dinas ini juga melakukan pengelolaandistribusi air limbah domestik. Berkaitan dengan BLH, untuk sektor limbah BLH ikut dalam memonitor distribusi pengelolaan sampah, distribusi pengelolaan air limbah domestik serta memberikan masukan seperti berkenaan dengan komponen Degradable Organic dalam air limbah domestik misalnya. Limbah B3 adalah salah satu hal yang melibatkan Dinas Kesehatan pada sektor limbah. Rumah sakit pemerintah dan swasta yang menghasilkan limbah B3 menyebabkan munculnya kewajiban untuk dilakukan pengelolaan terhadap limbah tersebut. Pada Dinas Pertanian dihasilkan produk limbah seperti jerami padi atau pun pada Dinas Perkebunan yang paling menonjol adalah limbah kelapa sawit. Khusus limbah kelapa sawit, mengacu pada kondisi di lapangan yaitu limbah kelapa sawit total sudah menjadi industri, maka untuk menghindari double counting, limbah kelapa sawit dimasukkan ke dalam sektor industripertanian. Sementara itu, peternakan mengemisi GRK dari kotoran ternak. Meskipun Sumatera Utara bukan merupakan daerah penghasil ternak, namun Sumatera Utara adalah konsumen yang cukup besar untuk ternak sapi di Indonesia dan secara rutin mengimpor ternak dari Australia. Selain itu, road map peternakan menunjukkan bahwa Sumatera Utara akan menjadi daerah sentra peternakan sapi mengingat fasilitas pendukung untuk hal tersebut melimpah yaitu limbah perkebunan. Hal-hal inilah yang menyebabkan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan terlibat dalam urusan emisi. Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 III - 27 Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup Bab 3

B. RuangLingkup Daerah

Potensi penurunan GRK di tingkat provinsi dijabarkan dalam Ruang Lingkup Daerah memberikan kejelasan tentang kewenangan dan kepemilikan program dalam rangka pelaksanaan aksi mitigasi GRK di daerah dan untuk menghindari perhitungan ganda. Dalam sub-bab ini, Pemerintah Provinsi menetapkan bidang sub-bidang dan kegiatan, serta wilayah administratif yang memiliki sumber-sumber emisi GRK dan berpotensi menurunkan emisi GRK. Ilustrasi penetapan ini untuk sektor limbah dapat dilihat pada Tabel 3.11. Tabel 3.11. Penetapan Kewenangan Pelaksanaan Aksi Mitigasi Sektor Limbah Berdasarkan pembagian urusankewenangan diatas dapat dilihat bahwa secara nasional pada sektor limbah diatur mengenai kebijakan dan program pengelolaan limbah serta pengelolaan limbah B3 dalam rangka pelaksanaan aksi mitigasi GRK daerah untuk menghindari perhitungan ganda. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara lebih spesifik kepada pengelolaan limbah padat dan cair domestik termasuk yang dihasilkan dari kabupatenkota. Potensi dan sumber emisi GRK yang ada di kabupatenkota, mengharuskan untuk adanya kewenangan penuh baik secara administratif mau pun teknis untuk menyusun BAU Baseline, skenario mitigasi dan usulan-usulan aksi mitigasi. Bidang-bidang yang termasuk kedalam kelompok ruang lingkup daerah antara lain bidang persampahan, air limbah dan industri kecil yang ada di permukiman. Sektor Nasional KL Terkait Provinsi SKPD Terkait KabupatenKota SKPD Terkait Limbah • Kebijakan dan program pengelolaan limbah nasional • Pengelolaan limbah B3 Kordinasi pengelolaaan limbah padat dan cair yang dihasilkan dari Industri dan Domestik dari kabupatenkota Pengelolaan limbah padat dan cair yang dihasilkan dari Industri dan Domestik Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara Sebagaimana diuraikan dalam buku Pedoman Penyusunan dan Pelaksanaan RAD-GRK, maka proses terpadu penyusunan RAD-GRK secara regional di Provinsi Sumatera Utara, telah disepakati langkah-langkah pengembangan NAMAs sebagai berikut: 1 Penyusunan garis dasar bisnis seperti biasa BAU; 2 Usulan aksi mitigasi; 3 Perkiraan penurunan emisi GRK dan; 4 Menyusun skala prioritas kegiatan dan target penurunan emisi. Dari hasil penggabungan 6 enam sektor yang telah ditetapkan di Sumatera Utara yaitu sektor Pertanian, sektor Kehutanan dan Lahan Gambut, sektor Energi, sektor Transportasi, sektor Industri dan sektor Pengelolaan Limbah, maka telah dilakukan perhitungan emisi pada masing-masing sektor dan penggabungan hasil perhitungan dari masing-masing sektor tersebut. Uraian lebih jauh mengenai metode perhitungan BAU dan skenario-skenario RAD –GRK pada masing-masing sektor disajikan lebih rinci dalam Bab IV ini.

4.1. PENYUSUNAN BASELINE EMISI GRK