Penanaman Pohon di Jalan Perkotaan dan Provinsi Penambahan Bahan Bakar Non Emiter Biofuel Program Non Teknis RAD-GRK berupa integrasi rencana aksi ke dalam

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 IV- 55 Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara Bab 4 1 hari dalam sebulan sebesar 1 dari seluruh lokasi Kota Medan, maka akan diperoleh penurunan emisi sebesar 2,1 ribu tCO 2 eq setahun.

15. Pemasangan Converter Kit pada Mobil PenumpangMobil Dinas

Pada aksi mitigasi nomor 7, secara nasional gasifikasi hanya difokuskan pada angkutan umum. Pada aksi mitigasi ini, direncakan kenderaan pribadi dan kenderaan milik Pemda juga akan dipasang converter kit untuk konversi bahan bakar dari Bensin ke CNG. Aksi ini diperkirakan akan menurunkan emisi 10 ritu tCO 2 eq pada tahun 2020.

16. Penanaman Pohon di Jalan Perkotaan dan Provinsi

Penanaman pohon merupakan salah satu alternatif penyerapan CO 2 yang sangat efektif. Salah satu pohon dengan laju penyerapan CO 2 yang besar adalah pohon trembesi. Pohon ini pada usia dewasa mampu menyerap 28,5 tCO 2 tahun. Jika di Provinsi Sumatera Utara dilakukan penanaman pohon sebanyak 5000 batang per tahun sejak tahun 2013, maka pada tahun 2020 akan dapat diserap 560 ribu tCO 2 tahun. Angka ini didapat dengan asumsi rata-rata pohon mampu menyerap 14 tCO 2 tahun atau setengah dari kemampuan pohon dewasa.

17. Penambahan Bahan Bakar Non Emiter Biofuel

Provinsi Sumatera Utara adalah daerah yang dikelilingi oleh pertanian dan perkebunan. Beberapa komoditi hasil pertanian dan perkebunan ini dapat dikonversi menjadi bahan bakar biofuel yang emisi GRK nya nol. Misalnya Biodiesel yang berasal dari tumbuhan dapat dicampur dengan solar dengan komposisi tertentu. Kemudian Bioetanol dapat dicampur dengan bensin. Misalnya bahan bakar solar B20 mempunyai komposisi 20 volume Biodiesel dan 80 Solar. Demikian juga bioetanol. Beberapa negara di dunia telah sukses melakukan langkah ini. Seperti negara-negara Eropa dan Amerika Utara yang mencampur 5-10 bioetanol dengan bensin, Brazil 25, dan India 10 IPCC, 2006. Jika aksi mitigasi ini diterapkan dengan bantuan asing, maka substitusi 12 bioetanol dan 20 biodiesel pada tahun 2020 akan mengurangi emisi 1,56 juta tCO 2 eq. Sebagian dari IV - 56 Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara Bab 4 target penurunan ini dapat dilakukan dengan bantuan asing untuk mencapai target 41 penurunan atas bantuan asing.

18. Program Non Teknis RAD-GRK berupa integrasi rencana aksi ke dalam

kurikulum pendidikan di Provinsi Sumatera Utara Merupakan media sosialisasi bagi masyarakat untuk berpartisipasi kedalam rencana aksi penurunan emisi GRK terkait dengan peningkatan pengetahuan dan pemahaman terhadap manfaat dari upaya-upaya aksi mitigasi sektor transportasi yang telah disusun melalui pendidikan formal khususnya mulai dari pendidikan dasar sampai dengan menengah atas di Provinsi Sumatera Utara 4.2.5. Usulan Aksi Mitigasi Sektor Industri 4.6.2. Aksi Mitigasi Pengurangan Emisi GRK Sektor Industri Pada bagian ini akan dijabarkan beberapa aksi mitigasi yang akan diusulkan untuk menjadi peraturan daerah untuk mengurangi emisi GRK. Strategi untuk memenuhi target penurunan emisi-GRK sektor Industri dan Komersial ini dibagi atas 5 kelompok. 1. Kelompok I adalah aksi-aksi yang sudah ditetapkan secara nasional pada PP No. 61 Tahun 2011 dimana Provinsi Sumatera Utara dimasukkan sebagai salah satu provinsi yang harus menjalankannya. 2. Kelompok II adalah strategi penggantian bahan bakar dari yang emiter besar ke bahan bakar dengan emiter lebih rendah. 3. Kelompok III adalah strategi mengganti bahan bakar yang menghasilkan emisi dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan emisi. 4. Kelompok IV adalah melakukan konservasi energi pada semua komponen industri dan komersial yang menggunakan listrik sebagai sumber energinya. 5. Kelompok V adalah teknik heat recovery, dengan memanfaatkan panas buangan sebagai sumber energi baru. Masing-masing kelompok aksi-aksi mitigasi ini akan dijelaskan pada bagian berikut beserta dengan target penurunan emisinya. Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 IV- 57 Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara Bab 4 Pada aksi mitigasi kelompok yang pertama ini, telah ditetapkan secara nasional dan tertulis pada Lampiran I Peraturan Presiden Nomor 61 tahun tahun 2011 tentang penurunan emisi-GRK. Pada kelompok ini ada dua aksi mitigasi yang secara spesifik menuliskan Provinsi Sumatera Utara sebagai target pelaksanaan. Yang termasuk aksi ini ada dua aksi yaitu: 1. Menyusun sistem manajemen energi di perusahaan industri lahap energi seperti industri baja, gelas dan keramik, pupuk, tekstil, petrokimia, makanan dan minuman. Target total penurunan emisi dari aksi ini untuk Provinsi Sumatera Utara adalah 421 ribu tCO 2 eq. Asumsi yang digunakan, target nasional terbagi rata untuk masing-masing provinsi. Aksi mitigasi ini dimulai tahun 2013 dan berkembang terus serta diharapkan tercapai pada tahun 2020. 2. Penghapusan bahan perusak lapisan ozon BPO secara berkala dan implementasinya di industri refrigerasi, foam, dan pemadam api. Target nasional penurunan emisi dari aksi ini adalah 1500 ribu ton CO 2 e dari 10 provinsi termasuk Sumatera Utara. Dengan mengasumsikan target ini terbagi rata, maka penurunan emisi di Provinsi Sumatera Utara adalah 150 ribu tCO 2 eq. Aksi ini sudah sedang dimulai dan diharapkan target itu sudah tercapai pada tahun 2020. Strategi aksi mitigasi kelompok kedua ini adalah mengganti penggunaan bahan bakar dengan emisi besar ke bahan bakar dengan emisi yang lebih kecil. Untuk satuan energi yang sama bahan bakar dengan emisi terkecil adalah Gas Alam, dimana intensitas emisinya adalah 56,15 tCO 2 eqTJ. Pada saat ini juga jalur pembangunan pipa gas untuk ke Industri dan sektor-sektor komersial sudah mulai berkembang. Bahan bakar yang akan diganti dan perhitungan penurunan emisinya akan dijelaskan pada bagian berikut. 1. Intensitas emisi bahan bakar solar adalah 74,36 tCO 2 eqTJ. Jika penggantian bahan bakar solar dapat dilakukan secara bertahap mulai dari tahun 2013 sampai sebesar 50 di tahun 2020, maka emisi akan berkurang sebesar 760 ribu tCO 2 eq. Perhitungan telah dilakukan untuk bahan bakar yang lain dengan asumsi pada tahun 2020 sebesar 50 dari bahan bakar ini diganti dengan Gas Alam. Penggantian bahan bakar batubara akan mengurangi emisi 55,73 ribu tCO 2 eq. Sementara minyak bakar dan minyak tanah, masing- IV - 58 Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara Bab 4 masing akan mengurangi emisi 267,57 ribu ton dan 135,9 ribu tCO 2 eq. Secara total aksi mitigasi kelompok II ini akan mengurangi emisi sebesar 1,219 juta tCO 2 eq. 2. Mengganti bahan bakar ke biomassa dan biogas. Aksi ini digolongkan ke dalam aksi Kelompok III, yaitu strategi mengganti bahan bakar yang menghasilkan emisi dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan emisi. Penggunaan biomassa dan biofuel sebagai sumber energi industri dan komersial akan dilakukan secara bertahap sejak tahun 2013 dan akhirnya pada tahun 2020 bahan bakar industri dan sektor komersial sisuplai oleh 20 biomassa. Jika ini dilakukan maka akan diperoleh penurunan emisi sebesar 3,25 juta tCO 2 eq. 3. Meningkatkan efisiensi semua peralatan listrik di Industri dan sektor Komersial. Mitigasi ini memang tidak secara langsung memberikan penurunan emisi dari penggunaan bahan bakar di sektor Industri dan Komersial, tetapi penurunan pembakaran bahan bakar pada pembangkit energi. Konsumsi energi listrik pada tahun 2010 di sektor Industri, Komersial, Sosial, dan Pemerintah adalah sebesar 3208 GWH. Diperkirakan, pada tahun 2020 konsumsi ini akan menjadi 8028 GWH. Konsumsi ini setara dengan 6,27 juta tCO 2 eq. Energi ini umumnya digunakan untuk penerangan, menjalankan motor litrik untuk proses produksi, sistem pengkondisian udara, dll. Aksi-aksi penggantian motor listrik yang sudah tua dengan yang lebih hemat, lampu hemat energi dan sistem exhaust fan yang menggunakan energi angin diasumsikan dapat melakukan penghematan 10. Nilai ini setara dengan pengurangan emisi sebesar 627,2 ribu tCO 2 eq pada tahun 2020. Hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan capacity building bagi aparat pemerintah dan pelaku industri dan komersial. Aksi-aksi ini digolongkan ke Kelompok IV. Kelompok yang terakhir adalah penerapan teknologi heat recovery. Pada umumnya pengubahankonversi energi panas yang terdapat pada bahan bakar ke energi yang berguna jauh dari 100. Artinya akan selalu ada energi panas yang terbuang ke lingkungan. Teknik memanfaatkan kembali energi terbuang ini disebut heat recovery. Aksi ini akan mengurangi konsumsi energi secara Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 IV- 59 Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara Bab 4 langsung dan akan mengurangi emisi-GRK. Dihararapkan beberapa aksi-aksi ini dapat dilakukan dengan bantuan asing. Aksi mitigasi yang termasuk ke Kelompok V ini antara lain. 4. Pemanfaat panas buang sistem pendingin untuk pemanas air pada bagunan-bangunan komersial seperti hotel dan rumah sakit. Aksi ini diasumsikan dapat mengurangi konsumsi solar untuk menghasilkan air panas sebesar 10. Maka target penurunan yang diperoleh adalah sebesar 168 ribu tCO 2 eq. 5. Aplikasi heat recovery pada gas buang alat konversi energi seperti ruang bakar boiler. Asumsi konsumsi energi berkurang 5 akan mengurangi emisi sebesar 813 ribu tCO 2 eq. Skenario penurunan emisi dari kelompok aksi-aksi mitigasi ini digambarbarkan pada Grafik 4.24. Grafik 4.21. Skenario aksi-aksi mitigasi sektor Industri dan Komersial IV - 60 Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara Bab 4 4.2.6. Usulan Aksi Mitigasi Sektor Pengelolaan Limbah Berikut adalah Tabel 4.26 berupa usulan aksi mitigasi sektor pengelolaan limbah di Provinsi Sumatera Utara disertai dengan penurunan emisi dari setiap aksi mitigasi. Tabel 4.26. Usulan Aksi Mitigasi Sektor Pengelolaan Limbah No. Usulan Aksi Mitigasi Penurunan Emisi GRK Pelaksana 1. Program Peningkatan Sarana-Prasarana Persampahan sesuai UU No 18, 2008 751.694 tCO 2 eq PU Cipta Karya Prov dan KK, Satker PLP, BLH Prov, BLH KK 2. Program Minimasi Sampah dengan prinsip 3R 306.800 tCO 2 eq PU Cipta Karya Prov dan KK, Satker PLP, BLH Prov, BLH KK 3. Program Peningkatan Pengelolaan Gas Sampah 35.461 tCO 2 eq Satker PLP, Swasta 4. Pembangunan prasarana Waste Water Treatment Pemukiman 190.293 tCO 2 eq PU Cipta Karya Prov dan KK, Satker PLP 5. Program Pengendalian Banjir 94.303 tCO 2 eq Dinas PSDA 6. Program Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Persampahan Tidak ada nilai emisi PU Cipta Karya Prov dan KK, Satker PLP 7. Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Air Limbah Tidak ada nilai emisi PU Cipta Karya Prov dan KK, Satker PLP, BLH Prov, BLH KK 8. Program Pengelolaan Badan Air Tidak ada nilai emisi BLH Prov, BLH KK 9. Program Pemberdayaan Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat Tidak ada nilai emisi Dinkes KK, BLH Prov KK 10. Program Monitoring dan Evaluasi Tidak ada nilai emisi Bappeda Prov KK, BLH Prov KK, DKP KK, Satker PLP 11. Program Non Teknis RAD GRK Tidak ada nilai emisi Bappeda Prov KK, BLH Prov KK, Dinas Pendidikan Provsu Total kegiatan termasuk sub kegiatan 49 kegiatan Total Penurunan Emisi 1.368.449 tCO 2 eq BAU 5.315.858 tCO 2 eq Persentase Penurunan Emisi 25,7 Total biaya mitigasi 1.841.010,00 Rp.juta Sumber: Hasil Olahan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 IV- 61 Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara Bab 4 Kegiatan Inti Aksi Mitigasi 1: Program Peningkatan Sarana-Prasarana Persampahan sesuai UU No.182008 Program ini direalisasikan melalui rehabilitasi TPA un-managed deep menjadi semi aerob di 18 KabKota serta pembangunan 6 TPA Regional, sesuai dengan UU No 182008 dimana harus segera dilaksanakan pada tahun 2013. Namun, mengingat RAD-GRK baru masuk di RPJMD 2014-2019 maka kemungkinan rehabilitasi dan pembangunan akan dimulai pada tahun 2014 dan diasumsikan selesaioperasional pada tahun 2016. Kecuali TPA Aek Nabobar yang telah dimulai pembangunannya sejak tahun 2010 dan selesaioperasional pada tahun 2014. Rehabilitasi un-managed deep menjadi semi aerob menyebabkan berkurangnya emisi gas metana sekitar 751.694 tCO 2 eq. Hal ini disebabkan pipa oksigen yang disalurkan ke layer timbunan sampah menyebabkan methanobacterium tidak berkembang dan selanjutnya akan terjadi pengurangan produksi gas metana. Metode semi aerob menjadi pilihan yang lebih disenangi karena biaya pengoperasiannya lebih murah. Metode ini difasilitasi dengan komponen ventilasi gas vertikal sekaligus juga berhubungan dengan saluran penyalur lindi pada lapisan linerdasar dan juga saluran horizontal pada lapisan-lapisan sampah. Akibatnya O 2 akan tersalurkan sehingga tidak terjadi pembentukan gas metana. Nilai Methane Correction Factor MCF pada timbunan dengan kondisi semi- aerobic hanya sebesar 0,5, oleh karenanya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan kondisi open dumping un-managed yang sebesar 0,8. Mengecilnya nilai MCF ini karena produksi metan yang berkurang dari timbunan sampah. Gambar 4.3. Kondisi semi aerobic mengurangi 50 emisi CH 4 IV - 62 Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara Bab 4 Aksi Mitigasi 2: Program Minimasi Sampah dengan Prinsip 3R Mitigasi 2 menggabungkan komposting sampah organik untuk sampah uncatagorized di sumbernyadi masyarakat kota, sampah pedesaan yang dikelola dalam galian lubang serta komposting di TPST dengan prinsip 3R. Dana yang dialokasikan adalah untuk pendirian TPST, Bank sampah serta sosialisasi 3R dan pemilahan sampah di 33 kabupatenkota. Sementara komposting oleh masyarakat diasumsikan dilakukan secara spontan demikian juga dengan komposting di pedesaan dengan gali timbun diasumsikan meneruskan budaya yang sudah ada. Komposting untuk sampah uncatagorized perkotaan serta sampah yang dikelola dalam galian lubang di pedesaan, dan 3R diasumsikan sebesar 10 pertahun. TPST disumsikan akan dilokasikan pada lokasi yang tidak mendapat pelayanan pengangkutan sampah. Untuk Sumatera Utara ditargetkan tersedia 104 TPST sampai tahun 2020 dimana difasilitasi dengan mesin cacah plastik, ruangan pemilahan, bak khusus untuk sampah plastik, sampah kaleng, sampah kertas dan bak residu disertai ruang pengomposan. Dibutuhkan anggaran 500 juta rupiah untuk sarana prasarana dimana menjadi bagian pekerjaan Dinas Cipta Karya melalui APBD KotaKab, APBD Provinsi maupun APBN. Total sampah yang dikelola 6 ton per hari termasuk pemilahan dan dalam satu tahun jumlah sampah yang dikelola 900 ton dengan asumsi jumlah hari kerja 300 hari dalam setahun. Pemilahan 1 kubik sampah membutuhkan 5-6 tenaga kerja per jam. Komposting untuk sampah un-catagorized perkotaan serta sampah yang dikelola dalam galian lubang di pedesaan diasumsikan sebesar 10 per tahun. Asumsi sebesar 10 ditetapkan karena terjadi kenaikan pertanaman organik di Sumatera Utara serta disebabkan kegiatan membuang sampah di lubang sudah merupakan budaya masyarakat di pedesaan. Sentra-sentra pertanaman organik di Sumatera Utara terdapat di Langkat, Serdang Bedagai, Deli Serdang, Karo, Dairi, Pak pak Bharat, Kota Medan. Namun secara umum terjadi kenaikan pemakaian pupuk organik sesuai dengan kebijakan dari Departemen Pertanian. Tanaman pekarangan yang memakai pupuk organik akan menyebabkan penghematan biaya rumah tangga antara Rp. 200.000 – 400.000 per bulan. Selain itu, Kementerian Pertanian mengeluarkan kebijakan untuk didirikannya kampung organik untuk setiap kabupatenkota. Dengan dilakukannya komposting dimulai tahun 2014 Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 IV- 63 Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara Bab 4 maka terjadi penurunan jumlah sampah Gg dari 84 menjadi 82 dan seterusnya pada tahun 2020 menjadi sebesar 70. Selanjutnya emisi GRK yang bisa dihambat adalah 306.800 tCO 2 eq. Bank sampah diperlukan untuk melengkapi TPST. Biaya untuk pembangunan kelembagaan sekitar Rp. 50 juta per unit sehingga untuk 33 kabupatenkota selama 8 delapan tahun dibutuhkan biaya sekitar Rp. 13.200.000.000, sementara untuk sosialisasi dan bimbingan teknis bank sampah diperlukan biaya sekitar Rp. 80 juta per kabupaten. Komposting sampah organik di pedesaan dengan sistem gali timbun bagian dari kebiasaan masyarakat. Di Sumatera Utara, masyarakat pedesaan lazim membuang sampah dalam lubang galian di halaman rumah. Bila lubang sudah penuh maka dibuat lubang berikutnya. Selanjutnya sampah di lubang lama akan dimanfaatkan sebagai kompos. 3R di masyarakat perlu dilakukan dengan berbagai tujuan. RPJMD Provinsi Sumatera Utara salah satunya menitik beratkan kepada tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana hal ini juga ditindaklanjuti oleh Dinas PU Sumatera Utara dengan memberdayakan masyarakat dalam upaya meminimalisir sampah terutama sampah di sumbernya. Kebijakan 3R dapat diimplementasikan dalam berbagai wujud, antara lain sebagai berikut: 1. Menghimbau masyarakat untuk mengurangi pemakaian plastik. Sebenarnya hal ini sudah dirintis seperti beberapa pusat perbelanjaan di Kota Medan memberi discount apabila pembeli membawa sendiri belanjaannya Acer Hardware, Home Sentra ataupun super market yang tidak memanfaatkan plastik namun karton Maju Bersama, Lotte Mart, Indo Grosir. Plastik membutuhkan lebih dari seratus tahun untuk terdegradasi. 2. Memperbanyak kegiatan 3R reduce, reuse dan recycle, dimana sampah yang dibawa ke TPA menjadi diminimalisir. Kegiatan ini merupakan juga kegiatan daur ulang karena materialnya selanjutnya dikonversi menjadi berbagai produk. Terdapat juga kegiatan dimana investor meminjamkan mesin pencacah sehingga harga chip plastik menjadi lebih baik. 3. Waste collector swadaya di Medan, tidak saja mengumpulkan sampah anorganik, juga sampah organik yang kemudian dikomposkan. Pencarian IV - 64 Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara Bab 4 market untuk kompos telah dijajaki dengan pertanian organik di Kabupaten Dairi dan Humbang Hasundutan yang membutuhkan banyak pupuk kompos. 4. Recycle dalam bentuk komposting juga dilakukan oleh masyarakat petani organik. HKTI Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Kota Medan memfokuskan pada kegiatan komposting sampah organik dan dimanfaatkan menjadi pupuk untuk kebun organik. 5. Bank sampah. Saat ini bank sampah mulai muncul di Sumatera Utara. Kegiatan bank sampah harus diperbanyak antara lain di sekolah-sekolah bukan saja di kota namun juga di desa. Bank sampah sampai saat ini memfokuskan pada bahan anorganik, namun bukan suatu kemustahilan bank sampah juga menerima kompos. 6. Komposting di perumahanreal estate. Perumahan Setia Budi Medan dengan 2500 KK bermaksud mengolah sampah organik warga dikarenakan pengiriman sampah semakin jauh, yaitu yang sebelumnya pengiriman sampah dilakukan ke TPA Namo Bintang namun saat ini karena volume TPA Namo Bintang hampir maksimal maka pengiriman sampah dilakukan ke TPA Terjun. Kegiatan di perumahan Setia Budi selanjutnya oleh REIOrganisasi real estate Sumatera Utara akan dijadikan contoh untuk perumahan lainnya. Sekitar 67 komponen sampah domestik di Sumatera Utara berupa sisa makanan, dan sampah kayutaman. Kesemua ini adalah material untuk membuat kompos. Berdasarkan estimasi volume sampah sebesar 2.162 Gg sampah pada tahun 2010, dan asumsi 67 komponen sampah merupakan bahan organik, maka terdapat 1.449 Gg sampah organik sebagai bahan kompos, dan akan terus meningkat sampai 1.827 Gg sampah organik pada tahun 2020. Untuk menopang aksi mitigasi 2, terdapat beberapa kegiatan yang berhubungan dengan peluncuran kebijakan, peraturan dan sosialisasi antara lain seperti berikut; a. Menerbitkan kebijakan untuk memperbanyak kegiatan reduksi baik pengurangan pemakaian plastik, kegiatan botot, kegiatan seperti yang dilakukan HKTI, Bank Sampah. Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 IV- 65 Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara Bab 4 b. Menerbitkan peraturan tentang kewajiban perusahaan membeli pupuk kompos produksi masyarakat untuk kegiatan pertania organik atau untuk pemupukan taman kota oleh pemprovpemkabpemkot. c. Sosialisasi dan pelatihan pembuatan kompos untuk kelompok masyarakat oleh Dinas Kimpraswil,BLH dan Universitas yang memiliki Compost Centre seperti Universitas Sumatera Utara. d. Bantuan sarana komposting oleh CSR Perusahaan seperti PTPN, CSR Perusahaaan Perkebunan Swasta. e. Bantuan modal dasar untuk bank sampah oleh CSR Perusahaan lainnya seperti Bank nasional maupun swasta. f. Bantuan sarana daur ulang seperti mesin pencacah plastik, mesin pengepres karton, majalah, buku, dll. g. Bantuan pembuatan kertas daur ulang di kampus-kampus sehingga buku tulis yang dijual di kampus termasuk buku yang berbahan dasar kertas daur ulang. Aksi Mitigasi 3: Program Peningkatan Pengelolaan Gas SampahRecovery Gas Metana di TPA Aek Nabobar Recovery gas metana di TPA Aek Nabobar direncanakan bisa dimulai pada tahun 2014. Recovery akan dibantu dengan pembakaran dan dengan dilakukan pembakaran terhadap metana yang terbentuk akan terjadi pengurangan GRK sebesar 35.461 Gg CO 2 eq. Gambar 4.4 Fasilitas proyek pengambil, pengumpul dan pemanfaatan gas metana IV - 66 Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara Bab 4 Aksi Mitigasi 4: Pembangunan prasarana Waste Water Treatment Pemukiman, termasuk pembangunan off-site system, on-site system dan Migrasi sistem pit latrine eksisting menjadi septic systemtangki septik SANIMAS Dari dokumen PPSP Toba Samosir, diketahui bahwa pada tahun 2014 akan dilakukan pembangunanrehabilitasi IPAL komunal di Kecamatan Ajibata dengan populasi 1.500 kepala keluarga dan anggaran Rp 10.400.000.000 melalui dana APBN dan APBD Kabupaten. Selanjutnya terdapat pembangunan jaringan pipa kolektorseawer melalui dana APBN dan APBD Kabupaten. Berdasarkan laporan PPSP Kota Tebing Tinggi diketahui bahwa pada tahun 2015 akan membangun IPAL komunal dengan nilai proyek Rp 2 miliar dan pembangunan tangki septik komunal dengan nilai proyek Rp 500 juta. Selain yang telah direncanakan oleh kabkota melalui dokumen PPSP tersebut, maka pada aksi mitigasi 4 direncanakan pembangunan MCK Plus, Pembangunan MCK Komunal Sanimas dimana kegiatan ini merupakan upaya migrasi sistem pit latrine menjadi septic tanktangki septik. Pit latrine yang merupakan sistem pembuangan tinja paling sederhana mengemisi gas metana terutama pada daerah yang banyak curah hujan serta water table tinggi. Kondisi Sumatera Utara memfasilitasi teremisinya gas metana sehingga perlu dilakukan migrasi dari pit latrine menjadi tangki septik. Diasumsikan pada tahun 2020 pit latrine tidak dipakai lagi dan seluruhnya memakai tangki septik. Kabupaten Karo misalnya memprioritaskan untuk pembangunan sarana MCK komunal, MCK plus plus dan septic tank komunal. Kondisi pengolahan limbah cair di Kota Tanjung Balai saat ini melakukan prioritas pada SANIMAS. Secara umum semua daerah berusaha melakukan migrasi dari pit latrine menjadi septic system. Penurunan emisi dengan kegiatan ini sebesar 190.293 tCO 2 eq. Aksi Mitigasi 5: Progran Non Teknis RAD GRK termasuk di dalamnya Pembangunan Sistem Informasi Daerah untuk RAD-GRK dan Penyusunan Peraturan Daerah Aksi mitigasi 5 adalah suatu aksi yang tidak secara langsung mengurangi emisi GRK namun perlu dilakukan. Program kerja sistem informasi daerah untuk RAD-GRK antara lain sebagai berikut: Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 IV- 67 Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara Bab 4 1. Dimulai dengan sosialisasi ke daerah 2. Dibangun sistem informasi dengan menyebarkan formulir lembar kerja yang berhubungan dengan GRK yang telah dibuat sebelumnya oleh Kelompok Kerja di tingkat Provinsi 3. Integrasi rencana aksi ke dalam kurikulum pendidikan Tingkat dasar sampai menengah atas di provinsi Sumatera Utara 4. Seluruh daerah mengisi form dan mengirimkannya ke Pokja Provinsi 5. Dilakukan input data dan evaluasi Selanjutnya pada mitigasi 6 akan disusun Perda yang berhubungan dengan mitigasi GRK seperti Perda Pelarangan Pembakaran Sampah, Perda Pemanfaatan Limbah Organik Menjadi Kompos, Perda Pelarangan Pemakaian Pit Latrine Kegiatan Pendukung Aksi Mitigasi 6: Program Pengendalian Banjir yang akan mengurangi emisi sebesar 93.860 Gg CO 2 eq. Kegiatan mitigasi Pengendalian Banjir dilakukan melalui serangkaian kegiatan sebagai berikut:  Pengerukan sludge dari sungai dan kolam retensi  Sosialisasi ProkasaihSuperkasih  Pemantauan kualitas air permukaan sungai dan kolam retensi Aksi Mitigasi 7: Program Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Persampahan Program ini tidak menghasilkan penurunan emisi secara langsung dan direalisasikan melalui penyusunan Master Plan Persampahan di 33 KabKota, berikut penyusunan Studi Kelayakan dan DED serta AMDAL 6 TPA Regional dan 18 TPA Kabupaten, Perencanaan teknik TPST 3R dan Pembebasan Lahan TPA Regional. Aksi Mitigasi 8: Penyusunan Perencanaan Pengelolaan Air Limbah Program ini juga tidak menghasilkan penurunan emisi secara langsung dan direalisasikan melalui serangkaian kegiatan Penyusunan Master Plan Air Limbah, Studi Kelayakan dan DED IPAL Komunal, Sudi Kelayakan dan MCK Komunal, IV - 68 Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara Bab 4 Sosialisasi Rencana Pembangunan IPAL Komunal, Penyusunan SOP Pengelolaan IPAL Komunal serta Penyusunan AMDAL Pengelolaan Limbah Terpusat Kawasan Perkotaan Mebidangro. Aksi Mitigasi 9: Program Pengelolaan Badan Air Program ini termasuk tidak menhasilkan penurunan emisi langsung. Kegiatan yang akan direalisasikan adalah kegiatan Sosialisasi ProkasihSuperkasih serta Pemantauan kualitas air permukaan di sungai, rawa dan kolam retensi. Aksi Mitigasi 10: Program Pemberdayaan Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat Program ini mengurangi emisi sebesar 116.761 Gt CO 2 eq dan direalisasikan melalui kegiatan Kebijakan Pelarangan Open Burning, Sosialisasi, penyuluhan dan Pengkajian Kebijakan Lingkungan Hidup, Pembentukan Lembaga Sadar Sanitasi di setiap kelurahan, Pembinaan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan Adiwiyata. Aksi Mitigasi 11: Program Monitoring dan Evaluasi Program ini tidak mengurangi emisi secara langsung. Kegiatan bervariasi dimulai dengan Monev Kinerja Pengelolaan Persampahan, Monitoring Kualitas Lingkungan, Pengembangan Kemampuan Analisa Laboratorium, Bamtek, Bimtek dan Pendampingan Pengelolaan Air Limbah, Monev Kinerja Aksi Mitigasi Penurunan GRK, Monev Penggunaan Anggaran Terkait Aksi Mitigasi, Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kerja SKPD. Dengan dilakukannya akumulasi mitigasi satu sampai sebelas kemudian dilakukan pembandingan dengan BAU Baseline baik untuk sampah maupun limbah cair domestik, maka diperoleh pengurangan sebesar 25,7. Aksi mitigasi 1 sampai 5 merupakan kegiatan inti, aksi mitigasi 6 sampai 11 adalah kegiatan pendukung. Pada Grafik 4.22. dapat dilihat tren penurunan emisi GRK dengan dilakukannya aksi mitigasi 1 sampai 11. Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 IV- 69 Analisis Emisi GRK Provinsi Sumatera Utara Bab 4 Sumber: Hasil olahan, 2012 Grafik 4.22. Tren penurunan emisi GRK 25,7 di Provinsi Sumatera Utara Penurunan emisi diatur hanya sekitar 26 dan dilaksanakan dengan dana APBD dan APBN. Perencanaan aksi penurunan GRK sesuai dengan RAN GRK selanjutnya akan dilakukan sampai 41 dimana diharapkan adanya bantuan asingdonor.

4.3. SKALA PRIORITAS