Sekretariat RAN-GRK - Publikasi RAD GRK DIY

(1)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rum PEMERINTAH P

BADAN PE

PEK

RE

PENURUN

umah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 201 H PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYA

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAER

(BAPPEDA)

TAHUN ANGGARAN 2012

EKERJAAN PENYUSUNAN

ENCANA AKSI DAERAH

(RAD)

UNAN EMISI GAS RUMAH K

2012

i

YAKARTA ERAH


(2)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ...xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Sasaran ... 2

1.2.1 Tujuan ... 2

1.2.2 Sasaran ... 2

1.3 Keluaran... 2

1.4 Landasan Hukum ... 2

1.5 Ruang Lingkup Wilayah ... 3

1.6 Metodologi dan Pendekatan ... 3

1.6.1 Kerangka Pikir Studi ... 3

1.6.2 Metode Survei Data ... 5

1.6.2.1 Survei Data Sekunder ... 5

1.6.2.2 Survei Data Primer ... 5

1.6.3 Metode Analisis ... 5

1.6.4 Instrumen Analisis ... 5

1.6.4.1 Analisis Sektor Kehutanan ... 5

1.6.4.2 Analisis Sektor Pertanian dan Peternakan ... 6

1.6.4.3 Analisis Sektor Energi dan Analisis Sektor Transportasi ... 6

1.6.4.4 Analisis Sektor Industri... 6

1.6.4.5 Analisis Sektor Limbah... 6

1.6.4.6 Analisis Sosial-Ekonomi dan Budaya ... 6

1.7 Kerangka Waktu Penyusunan ... 6

1.8 Sistematika Pembahasan ... 7

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI


(3)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

ii

BAB 2 PROFIL DAERAH DAN PERMASALAHAN EMISI GAS RUMAH KACA DI

PROVINSI DIY ... 8

2.1 Profil dan Karakteristik Daerah ... 8

2.1.1 Kondisi Fisik Alam Provinsi DIY ... 8

2.1.1.1 Kondisi Geografis dan Administasi ... 8

2.1.1.2 Kondisi Bentang Alam ...10

2.1.1.3 Kondisi Topografi dan Fisiografi ...10

2.1.1.4 Kondisi Geologi ...11

2.1.1.5 Kondisi Litologi ...11

2.1.1.6 Kondisi Klimatologi ...12

2.1.1.7 Kondisi Hidrologi ...12

2.1.2 Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan...13

2.1.3 Kondisi Kependudukan ...13

2.1.3.1 Kondisi Tenaga Kerja ...14

2.1.3.2 Transmigrasi ...14

2.1.3.3 Kualitas Pendidikan ...15

2.1.3.4 Kesehatan...15

2.1.4 Aktivitas Pertanian ...15

2.1.4.1 Tanaman Pangan ...15

2.1.4.2 Perkebunan ...16

2.1.4.3 Kehutanan ...16

2.1.4.4 Peternakan ...17

2.1.4.5 Perikanan ...17

2.1.5 Kondisi Transportasi di Provinsi DIY ...18

2.1.5.1 Transportasi Darat ...18

2.1.5.2 Transportasi Udara ...28

2.1.5.3 Transportasi Laut ...31

2.2 Kondisi Perekonomian Wilayah ...32

2.2.1 Perdagangan Dalam Negeri ...32

2.2.2 Ekspor dan Impor ...32

2.2.3 Pendapatan Daerah ...33

2.2.3.1 Pertumbuhan Ekonomi ...33

2.2.3.2 Struktur Ekonomi ...33

2.3 Program Prioritas Daerah ...33


(4)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

iii

2.3.1.1 Lima Tahun Pertama (2005-2009) ...34

2.3.1.2 Lima Tahun Kedua (2010-2014) ...36

2.3.1.3 Lima Tahun Ketiga (2015-2019) ...38

2.3.1.4 Lima Tahun Keempat (2020-2025) ...40

2.3.2 Rencana Jangka Menengah Provinsi DIY ...41

2.3.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DIY ...42

2.3.3.1 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan ...43

2.3.3.2 Rencana Pengembangan Prasarana Sumberdaya Air ...43

2.3.3.3 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Bawahan ...43

2.3.3.4 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Setempat ...43

2.3.3.5 Rencana Pola Ruang Kawasan Suaka Alam ...43

2.3.3.6 Rencana Pola Ruang Kawasan Suaka Margasatwa ...43

2.3.3.7 Rencana Pola Ruang Kawasan Rawan Bencana...43

2.3.3.8 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Peruntukan Hutan Produksi ...43

2.3.3.9 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Peruntukan Pertanian ...44

2.3.3.10Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Peruntukan Pertambangan ...44

2.3.3.11Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Peruntukan Industri ...44

2.3.3.12Rencana Penetapan Kawasan Strategis ...44

2.3.4 Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup Provinsi DIY ...45

2.4 Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca...46

2.4.1 Permasalahan Umum Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca ...46

2.4.2 Permasalahan Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY ...48

2.4.2.1 Permasalahan Fisik ...49

2.4.2.2 Permasalahan Ekonomi, Sosial, dan Budaya ...53

2.4.2.3 Komitmen dalam Pemeliharaan Lingkungan ...54

2.4.3 Dampak Aktivitas yang Memicu Peningkatan Gas Rumah Kaca ...54

BAB 3 PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP ...55

BAB 4 ANALISIS EMISI GAS RUMAH KACA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...58

4.1 Analisis Emisi Gas Rumah Kaca ...58

4.1.1 Analis Gas Rumah Kaca Sektor Berbasis Lahan ...58

4.1.1.1 Perhitungan Gas Rumah Kaca Hasil dari Perubahan Tutupan Lahan ...58


(5)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

iv

4.1.2 Analisis Gas Rumah Kaca Sektor Industri ...67

4.1.2.1 Potret Industri di Provinsi DIY ...67

4.1.2.2 Baseline Data Sektor Industri ...71

4.1.2.3 Konversi Satuan Bahan Bakar ...72

4.1.2.4 Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca ...76

4.1.3 Analisis Gas Rumah Kaca Sektor Energi ...81

4.1.3.1 Demand dan Supply Energi Listrik ...81

4.1.3.2 Ketenagalistrikan Sistem Jawa-Madura-Bali ...83

4.1.3.3 Tinjauan Ketenagalistrikan DIY ...84

4.1.4 Analisis Gas Rumah Kaca Sektor Limbah ...86

4.1.4.1 Komposisi Limbah Padat Organik dan Non Organik ...86

4.1.4.2 Komposisi Limbah Padat Organik dan Non Organik Tiap Jenis Kegiatan ...87

4.1.4.3 Sumber Limbah Padat ...88

4.1.4.4 Perhitungan Sampah Provinsi DIY ...89

4.1.5 Analisis Gas Rumah Kaca Sektor Transportasi ...91

4.1.5.1 Pemahaman Umum Pemodelan ...91

4.1.5.2 Analisis Bangkitan-Tarikan Perjalanan Eksisting di Provinsi DIY ... 106

4.1.5.3 Analisis Pembebanan Jaringan Eksisting di Provinsi DIY ... 109

4.1.5.4 Area Terdampak Aktivitas Bangkitan-Tarikan Perjalanan Eksisting di Provinsi DIY ... 115

4.1.5.5 Analisis Asal-Tujuan Perjalanan Probabilistik Tahun 2020 di Provinsi DIY ... 116

4.1.5.6 Analisis Konsumsi Bahan Bakar Minyak dan Emisi Kendaraan Bermotor ... 121

4.1.5.7 Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Eksisting di Provinsi DIY ... 121

4.1.5.8 Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Estimasi Tahun 2020... 123

4.1.5.9 Perhitungan Gas Rumah Kaca Eksisting untuk Kendaraan Bermotor di Provinsi DIY ... 124

4.1.5.10Perhitungan Gas Rumah Kaca Estimasi Tahun 2020 untuk Kendaraan Bermotor di Provinsi DIY ... 127

4.1.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Gas Rumah Kaca ... 130

4.1.7 Analisis Ruang Wilayah Provinsi DIY ... 132

4.1.8 Analisis Peran Sektoral Terhadap Kondisi Perekonomian di Provinsi DIY ... 135


(6)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

v

4.2.1 Usulan Aksi Mitigasi Sektor Transportasi ... 138

4.2.1.1 Optimasi Simpang Bersinyal ... 140

4.2.1.2 Penanganan Persilangan Tidak Sebidang Pada Jalur Kereta Api .... 144

4.2.1.3 Split Kendaraan Pribadi Menjadi Menggunakan Angkutan Umum ... 147

4.2.1.4 Smart Driving/Eco Driving ... 153

4.2.1.5 Unmotorized Priority ... 154

4.2.1.6 Estimasi Gas Rumah Kaca Eksisting dan Usulan Aksi Mitigasi Sektor Transportasi Sampai dengan Tahun 2020 ... 155

4.2.2 Usulan Aksi Mitigasi Sektor Berbasis Lahan (Peternakan) ... 156

4.2.2.1 Pemanfaatan Kotoran Ternak untuk Biogas ... 156

4.2.2.2 Pemanfaatan Kotoran Ternak untuk Pupuk Kompos ... 157

4.2.2.3 Estimasi Gas Rumah Kaca Eksisting dan Usulan Aksi Mitigasi Sektor Peternakan Sampai dengan Tahun 2020 ... 158

4.2.3 Usulan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan ... 159

4.2.3.1 Penambahan Tutupan Lahan ... 159

4.2.3.2 Mempertahankan Tutupan Lahan yang Berupa Hutan ... 159

4.2.3.3 Melakukan Perencanaan Hutan yang baik ... 159

4.2.3.4 Pembatasan Lahan Sebagai Permukiman ... 160

4.2.3.5 Pembatasan Laju Pertumbuhan Penduduk ... 160

4.2.3.6 Aksi Mitigasi Lainnya ... 160

4.2.3.7 Estimasi Gas Rumah Kaca Eksisting dan Usulan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan Sampai dengan Tahun 2020 ... 160

4.2.4 Usulan Aksi Mitigasi Sektor Energi ... 161

4.2.4.1 Penggunaan Lampu LED Untuk Rumah Tangga ... 161

4.2.4.2 Penggunaan Panel Surya ... 163

4.2.4.3 Alternatif Energi Terbarukan di Provinsi DIY ... 164

4.2.4.4 Estimasi Gas Rumah Kaca Eksisting dan Usulan Aksi Mitigasi Sektor Energi Sampai dengan Tahun 2020... 167

4.2.5 Usulan Aksi Mitigasi Sektor Industri ... 168

4.2.5.1 Produksi Bersih ... 168

4.2.5.2 Estimasi Gas Rumah Kaca Eksisting dan Usulan Aksi Mitigasi Sektor Industri Sampai dengan Tahun 2020 ... 170

4.2.6 Usulan Aksi Mitigasi Sektor Limbah ... 171

4.2.6.1 Sampah organik di buat kompos (Composting) ... 171

4.2.6.2 Penerapan Prinsip Reduce, Reuse, Recycle (3 R) ... 171


(7)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

vi

4.2.6.4 Waste to Energy (Menggunakan energi sampah) ... 172

4.2.6.5 Estimasi Gas Rumah Kaca Eksisting dan Usulan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan Sampai dengan Tahun 2020 ... 173

BAB 5 STRATEGI IMPLEMENTASI RAD-GAS RUMAH KACA DI PROVINSI DIY ... 174

5.1 Kelembagaan RAD-GRK Provinsi DIY ... 174

5.1.1 Kelembagaan Pemerintah ... 174

5.1.1.1 Unsur Pemerintah ... 174

5.1.1.2 Unsur Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi DIY ... 175

5.1.1.3 Unsur Organisasi Dinas Daerah ... 176

5.1.1.4 Unsur Lembaga Daerah Non-Dinas ... 176

5.1.1.5 Unsur BUMN ... 177

5.1.1.6 Unsur Perguruan Tinggi ... 177

5.1.2 Kelembagaan Swasta ... 177

5.1.3 Kelembagaan Masyarakat ... 177

5.2 Identifikasi Sumber Pendanaan ... 181

5.3 Jadwal dan Pendanaan Implementasi RAD-GRK ... 181

BAB 6 MONITORING DAN EVALUASI ... 186

6.1 Komponen Monitoring ... 186

6.2 Komponen Evaluasi ... 186

6.3 Komponen Kelembagaan dan Pelaporan Kegiatan Monitoring/Evaluasi ... 188

BAB 7 PENUTUIP ... 190

7.1 Kesimpulan ... 190


(8)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Suhu Udara dan Curah Hujan Rata-rata Provinsi DIY Tahun 2010 ...12 Tabel 2.2 Luas Lahan Pertanian dan Non Pertanian di Provinsi D. I. Yogyakarta

Tahun 2011 (Ha) ...13 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk di Provinsi D. I. Yogyakarta Tahun 2010 ...14 Tabel 2.4 Jumlah Kendaraan Bermotor Non Perorangan yang Terdaftar Menurut

Jenisnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 ...18 Tabel 2.5 Jumlah Kendaraan Umum yang Terdaftar Menurut Jenisnya di Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 ...19 Tabel 2.6 Jumlah Kendaraan Bukan Umum yang Wajib Uji Emisi di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 ...20 Tabel 2.7 Jumlah Kendaraan Umum yang Wajib Uji Emisi di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 ...21 Tabel 2.8 Terminal di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 ...21 Tabel 2.9 Jumlah Angkutan Penumpang dengan Kereta Api di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 ...27 Tabel 2.10 Jumlah Angkutan Barang dengan Kereta Api di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun 2011 ...28 Tabel 2.11 Arus Lalu Lintas Udara Penumpang di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun 2011 ...29 Tabel 2.12 Arus Lalu Lintas Udara Barang di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2011 ...30 Tabel 2.13 Indikator dan Target Sektor Lingkungan Hidup Menurut RPJMD Provinsi

DIY Tahun 2009-2013 ...42 Tabel 2.14 Indikator dan Hasil Capaian Sektor Lingkungan Hidup Menurut RPJMD

Provinsi DIY Tahun 2009-2013...42 Tabel 3.1 Matrik Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup Sumber Emisi Gas Rumah

Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ...55 Tabel 4.1 Matrik Perubahan Lahan di Provinsi DIY ...60 Tabel 4.2 Lanjutan Matrik Perubahan Lahan di Provinsi DIY ...61

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL


(9)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

viii

Tabel 4.3 Net Emission di Provinsi DIY ...61

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Karbon dengan Metode Historical di Provinsi DIY Menurut Data Penutupan Lahan Tahun 2000-2011 ...62 Tabel 4.5 Lanjutan Hasil Perhitungan Karbon dengan Metode Historical di Provinsi

DIY Menurut Data Penutupan Lahan Tahun 2000-2011 ...62 Tabel 4.6 Jumlah Ternak Berdasarkan Jenis di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2009-2011 (Ekor) ...63 Tabel 4.7 Faktor Pengali dalam Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca ...64 Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Gas Metana (CH4) Tiap Jenis Ternak di Provinsi DIY

Tahun 2009-2011 ...66 Tabel 4.9 Jumlah Industri Besar dan Sedang Menurut Golongan Pokok Industri dan

Status Pemodalan di Provinsi DIY ...67 Tabel 4.10 Jumlah Industri Besar dan Sedang Menurut Golongan Pokok Industri dan

Status Pemodalan di Provinsi DIY ...68 Tabel 4.11 Potensi Industri Kecil Menengah (IKM) di Provinsi DIY ...68 Tabel 4.12 Jumlah Konsumsi Bahan Bakar Sektor Industri Tiap Golongan Pokok

Industri di Provinsi DIY (dalam liter) ...71 Tabel 4.13 Konversi Jumlah Konsumsi Bahan Bakar Sektor Industri Tiap Golongan

Pokok Industri di Provinsi DIY (dalam Kiloliter) ...72 Tabel 4.14 Konversi Jumlah Konsumsi Bahan Bakar Sektor Industri Tiap Golongan

Pokok Industri di Provinsi DIY (dalam KBOEI) ...73 Tabel 4.15 Konversi Jumlah Konsumsi Bahan Bakar Sektor Industri Tiap Golongan

Pokok Industri di Provinsi DIY (dalam Gigajoule/Gj) ...74 Tabel 4.16 Konversi Jumlah Konsumsi Bahan Bakar Sektor Industri Tiap Golongan

Pokok Industri di Provinsi DIY (dalam Terrajoule/Tj) ...75 Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Konsumsi TJ/Unit (NCV) Konsumsi Bahan Bakar Sektor

Industri Tiap Golongan Pokok Industri di Provinsi DIY ...76 Tabel 4.18 Emisi Gas CO2 Sektor Industri Tiap Golongan Pokok Industri di Provinsi

DIY (dalam Gigagram/Gg) ...77 Tabel 4.19 Emisi Gas CH4 Sektor Industri Tiap Golongan Pokok Industri di Provinsi

DIY (dalam Gigagram/Gg) ...79 Tabel 4.20 Emisi Gas N2O Sektor Industri Tiap Golongan Pokok Industri di Provinsi

DIY (dalam Gigagram/Gg) ...80 Tabel 4.21 Jumlah Listrik yang Diproduksi, Terpasang, Terjual, dan Susut Per Bulan di

Provinsi DIY ...81 Tabel 4.22 Jumlah Tenaga Listrik yang Terpasang ...81 Tabel 4.23 Jumlah Pelanggan Menurut Jenis Pelanggan dan Unit Pelayanan di

Provinsi DIY ...82 Tabel 4.24 Jumlah Pelanggan, Tenaga Listrik yang Terpasang, Dibangkitkan, dan


(10)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

ix

Tabel 4.25 Jumlah Gardu Induk, Unit yang Disuplay dan Kapasitas ...84

Tabel 4.26 Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) ...85

Tabel 4.27 Panjang JTM, JTR, dan Jumlah Trafo ...85

Tabel 4.28 Komposisi Limbah Padat Pada Area Kartamantul Tahun 2007 ...86

Tabel 4.29 Komposisi Limbah Padat Pada Area Kartamantul Tiap Jenis Kegiatan Tahun 2010 ...87

Tabel 4.30 Komposisi Tiap Jenis Limbah Padat Pada Lokasi Pasar di Area Kartamantul Tahun 2011 ...88

Tabel 4.31 Jumlah dan Komposisi Sampah Berdasarkan Sumber Sampah di Area Kartamantul Tahun 2008-2011 ...89

Tabel 4.32 Jumlah Sampah yang Terangkut, Dilokasi TPA dan yang Tidak Terangkut di Provinsi DIY ...89

Tabel 4.33 Komposisi Sampah Tiap Jenis di Provinsi DIY ...89

Tabel 4.34 Hasil Perhitungan Komposisi Sampah Tiap Jenis di Provinsi DIY ...90

Tabel 4.35 Faktor Konversi Perhitungan Emisi Sumber Sampah Padat ...90

Tabel 4.36 Hasil Perhitungan Emisi CH4, CO2 dan Total Emisi Gas Rumah Kaca dari Sektor Sampah di Provinsi DIY (dalam Gg) ...90

Tabel 4.37 Zona Untuk Kebutuhan Pemodelan Provinsi DIY Tahun 2010 ...93

Tabel 4.38 Hasil Analisis Regresi Pemodelan Asal-Tujuan ...96

Tabel 4.39 Analisis Perhitungan Bangkitan-Tarikan Perjalanan di Provinsi DIY ...96

Tabel 4.40 Matrik Asal-Tujuan Perjalanan di Provinsi DIY ...99

Tabel 4.41 Tabel Kriteria Penentuan Kinerja Jalan ... 109

Tabel 4.42 Analisis Estimasi Pertumbuhan Kendaraan Bermotor di Provinsi DIY ... 117

Tabel 4.43 Analisis Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar (Liter/Jam/Km) ... 122

Tabel 4.44 Analisis Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Harian/Bulanan dalam Kiloliter (KL)... 122

Tabel 4.45 Analisis Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Harian/Bulanan dalam Kiloliter (KL)... 123

Tabel 4.46 Analisis Estimasi Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar dalam Liter/Jam/Km Tahun 2020 ... 123

Tabel 4.47 Analisis Estimasi Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Minyak Harian dan Bulanan dalam Kiloliter (KL) Tahun 2020 ... 124

Tabel 4.48 Analisis Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Harian/Bulanan dalam Kiloliter (KL)... 125

Tabel 4.49 Analisis Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Harian/Bulanan dalam Satuan KBOI ... 125

Tabel 4.50 Analisis Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Harian/Bulanan dalam Satuan Gigajoule (GJI) ... 125


(11)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

x

Tabel 4.51 Analisis Perhitungan Kadar Emisi Kendaraan Bermotor di Provinsi DIY

Berdasarkan Jarak Perjalanan ... 126

Tabel 4.52 Analisis Perhitungan Kadar Emisi Kendaraan Berdasarkan Jarak Perjalanan dalam Gigagram (Gg) ... 126

Tabel 4.53 Analisis Perhitungan Kadar Emisi Kendaraan Berdasarkan Jarak Perjalanan dalam Gram (gr) ... 127

Tabel 4.54 Analisis Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Harian/Bulanan Estimasi Tahun 2020 dalam Kiloliter (KL) ... 127

Tabel 4.55 Analisis Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Harian/Bulanan Estimasi Tahun 2020 dalam Satuan KBOEI ... 128

Tabel 4.56 Analisis Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Harian/Bulanan Estimasi Tahun 2020 dalam Satuan Gigajoule (GJI) ... 128

Tabel 4.57 Analisis Perhitungan Kadar Emisi Kendaraan Bermotor Estimasi Tahun 2020 di Provinsi DIY Berdasarkan Jarak Perjalanan ... 129

Tabel 4.58 Analisis Perhitungan Estimasi Kadar Emisi Kendaraan Tahun 2020 Berdasarkan Jarak Perjalanan dalam Gigagram (Gg) ... 130

Tabel 4.59 Analisis Perhitungan Estimasi Kadar Emisi Kendaraan Tahun 2020 Berdasarkan Jarak Perjalanan dalam Gram (gr) ... 130

Tabel 4.60 Hasil Rekapitulasi Perhitungan Gas Rumah Kaca ... 131

Tabel 4.61 Hasil Perhitungan Analisis Location Quotient (LQ) ... 136

Tabel 4.62 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009 di Provinsi DIY ... 137

Tabel 4.63 Usulan Aksi Mitigasi Penanganan Gas Rumah Kaca Sektor Transportasi ... 138

Tabel 4.64 Hasil Pemodelan Simpang Kondisi Eksisting dan Setalah Melalui Optimasi ... 141

Tabel 4.65 Hasil Perhitungan Bahan Bakar dengan Pendekatan Pemodelan Pada Simpang Eksisting dan Setelah Optimasi ... 142

Tabel 4.66 Hasil Perhitungan Emisi Tiap Jam Pada Simpang Eksisting dan Setelah Optimasi ... 142

Tabel 4.67 Hasil Perhitungan Emisi Tahunan Pada Simpang Eksisting dan Setelah Optimasi ... 143

Tabel 4.68 Hasil Perhitungan Persilangan Sebidang Eksisting dan Setelah Dilakukan Pembangunan Persilangan Tidak Sebidang ... 144

Tabel 4.69 Hasil Perhitungan Bahan Bakar Pada Persilangan Sebidang Eksisting dan Setelah Dilakukan Pembangunan Persilangan Tidak Sebidang ... 145

Tabel 4.70 Hasil Perhitungan Gas Rumah Kaca Pada Persilangan Sebidang Eksisting di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ... 145

Tabel 4.71 Hasil Perhitungan Gas Rumah Kaca Pada Persilangan Tidak Sebidang di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ... 145

Tabel 4.72 Hasil Analisis Sensitivitas Pergeseran Penggunaan Moda Kendaraan Pribadi Menjadi Menggunakan Kendaraan Umum ... 149


(12)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

xi

Tabel 4.73 Hasil Analisis Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Untuk Kendaraan Pribadi

(Sepeda Motor dan Mobil Pribadi) ... 152 Tabel 4.74 Prosentase Hasil Analisis Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Untuk

Kendaraan Pribadi (Sepeda Motor dan Mobil Pribadi) ... 152 Tabel 4.75 Estimasi BAU dan Usulan Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor

Transportasi Sampai dengan Tahun 2020 ... 155 Tabel 4.76 Estimasi BAU dan Usulan Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor

Peternakan Sampai dengan Tahun 2020 ... 158 Tabel 4.77 Estimasi BAU dan Usulan Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor

Kehutanan Sampai dengan Tahun 2020 ... 161 Tabel 4.78 Perbandingan Lampu AC dan Lampu LED ... 162 Tabel 4.79 Estimasi Perhitungan Penggunaan Lampu AC dan Lampu LED di Provinsi

DIY ... 162 Tabel 4.80 Estimasi Perhitungan Penggunaan Panel Surya ... 164 Tabel 4.81 Estimasi BAU dan Usulan Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Energi

Sampai dengan Tahun 2020 ... 167 Tabel 4.82 Estimasi BAU dan Usulan Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Industri

Sampai dengan Tahun 2020 ... 170 Tabel 4.83 Estimasi BAU dan Usulan Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Limbah

Sampai dengan Tahun 2020 ... 173 Tabel 5.1 Kelembagaan dan Usulan Aksi Mitigasi ... 177 Tabel 5.2 Jadwal dan Pendanaan Implementasi Rencana Aksi Daerah tentang


(13)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penyusunan RAD Gas Rumah Kaca ... 4

Gambar 2.1 Peta Administrasi Provinsi DIY ... 9

Gambar 2.2 Stasiun Lempuyangan Yogyakarta ...23

Gambar 2.3 Stasiun Maguwo Yogyakarta ...23

Gambar 2.4 Stasiun Patukan Yogyakarta ...24

Gambar 2.5 Stasiun Rewulu Yogyakarta ...24

Gambar 2.6 Stasiun Sentolo Yogyakarta ...25

Gambar 2.7 Stasiun Wates Yogyakarta ...26

Gambar 2.8 Stasiun Tugu Yogyakarta ...27

Gambar 2.9 Bandar Udara Adi Sutjipto Yogyakarta ...29

Gambar 2.10 Pelabuhan Perikanan Sadeng dan Glagah di Provinsi DIY ...32

Gambar 2.11 Permasalahan Umum Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca ...47

Gambar 2.12 Siklus Gas Rumah Kaca Menahan dan Memantulkan Radiasi Sinar Matahari di Atmosfer Bumi ...48

Gambar 2.13 Sumber Gas Rumah Kaca ...49

Gambar 2.14 Permasalahan Transportasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ...50

Gambar 2.15 Penumpukan Sampah Pada Beberapa Lokasi di Provinsi DIY ...50

Gambar 2.16 Peternakan Sapi di Provinsi DIY ...51

Gambar 2.17 Lahan Pertanian di Provinsi DIY ...51

Gambar 2.18 Jenis Refrigerant Penghasil Gas Rumah Kaca ...52

Gambar 2.19 Lahan Kritis di Provinsi DIY ...52

Gambar 2.20 Penambangan Karst dan Pasir di Provinsi DIY ...53

Gambar 4.1 Kelompok Penyimpanan Karbon ...59

Gambar 4.2 REL/RL dalam Aktivitas REDD+ ...59

Gambar 4.3 Model Inventarisasi Gas Rumah Kaca dari LULUCF ...60

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR


(14)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

xiii

Gambar 4.4 Hewan Ternak Sapi di Pasar Hewan Siyono Kabupaten Gunungkidul ...65

Gambar 4.5 Kandang Sapi Penduduk di Kabupaten Gunungkidul ...66

Gambar 4.6 Potensi Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ...69

Gambar 4.7 Potensi Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ...70

Gambar 4.8 Industri Kerajinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ...70

Gambar 4.9 Grafik Jumlah Pelanggan, Daya Terpasang, Daya yang DIbangkitkan, serta Daya Yang Dijual di Provinsi DIY Tahun 1995-2010 ...83

Gambar 4.10 Kondisi Pembuangan Sampah di Provinsi DIY ...91

Gambar 4.11 Centroid Zona, Node dan Jaringan di Provinsi DIY...95

Gambar 4.12 Hasil Analisis Asal-Tujuan Perjalanan Antar Zona dalam Bentuk Desire Line di Provinsi DIY ... 107

Gambar 4.13 Hasil Analisis Asal-Tujuan Perjalanan Antar Zona Kombinasi Desire Line dan Pie Chart di Provinsi DIY ... 108

Gambar 4.14 Hasil Analisis Asal-Tujuan Perjalanan Area Perkotaan YogyakartaKombinasi Desire Line dan Pie Chart di Provinsi DIY ... 108

Gambar 4.15 Kemacetan di Jalan Godean Yogyakarta ... 110

Gambar 4.16 Beban Jaringan Jalan di Provinsi DIY... 110

Gambar 4.17 Beban Jaringan Jalan Pada Ruas Jalan Solo di Provinsi DIY ... 111

Gambar 4.18 Beban Jaringan Pada Area Perkotaan Yogyakarta ... 112

Gambar 4.19 Kemacetan Pada Ruas Jalan Malioboro dan Kawasan Sekitar Keraton Yogyakarta ... 112

Gambar 4.20 Beban Jaringan Pada Wilayah Kabupaten Gunungkidul ... 113

Gambar 4.21 Analisis Awal Beban Jaringan Jalan di Provinsi DIY ... 114

Gambar 4.22 Overlay Kinerja Ruas Jalan di Provinsi DIY dengan Kontur ... 115

Gambar 4.23 Analisis Dampak Aktivitas Bangkitan-Tarikan Perjalanan di Provinsi DIY terhadap Pergerakan Regional ... 116

Gambar 4.24 Hasil Estimasi Bangkitan-Tarikan Perjalan di Provinsi DIY Tahun 2020 ... 119

Gambar 4.25 Hasil Estimasi Bangkitan-Tarikan Perjalan dalam Bentuk Pie Chart Diagram di Provinsi DIY Tahun 2020 ... 120

Gambar 4.26 Hasil Estimasi Bangkitan-Tarikan Perjalan dalam Bentuk Pie Chart Diagram di Area Perkotaan Yogyakarta Tahun 2020 ... 121

Gambar 4.27 Grafik Rekapitulasi Hasil Perhitungan Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY ... 132

Gambar 4.28 Pola Perkembangan Kota Berbentuk Grid Iron ... 133

Gambar 4.29 Pola Konsep Pemekaran Kota Yogyakarta ... 133


(15)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

xiv

Gambar 4.31 Grafik Pendapatan Menurut PDRB Atas Dasar Harga Konstan ... 137

Gambar 4.32 Gambaran Simpang Pada Kawasan Jogja Expo Center ... 140

Gambar 4.33 Kondisi Lalu Lintas Kawasan JEC ... 141

Gambar 4.34 Persilangan Sebidang dengan Kereta Api di Provinsi DIY ... 146

Gambar 4.35 Flyover Lempuyangan dan Flyover Janti ... 147

Gambar 4.36 Gantry Electronic Road Pricing (ERP) ... 148

Gambar 4.37 Skema Pemberlakuan Zona Electronic Road Pricing (ERP) ... 148

Gambar 4.38 Grafik Kurva Diversi Pergeseran Kendaraan Pribadi Menjadi AUM ... 151

Gambar 4.39 Konsep Integrasi Sistem Transportasi ... 153

Gambar 4.40 Pola Mengemudi Sepeda Motor dan Mobil ... 153

Gambar 4.41 Unmotorized Priority ... 154

Gambar 4.42 Estimasi Perhitungan Gas Rumah Kaca Sektor Transportasi Sampai dengan Tahun 2020 ... 156

Gambar 4.43 Konsep Pengembangan Biogas ... 157

Gambar 4.44 Kompos Hasil dari Biogas ... 158

Gambar 4.45 Estimasi Perhitungan Gas Rumah Kaca Sektor Lahan (Peternakan) Sampai dengan Tahun 2020 ... 158

Gambar 4.46 Estimasi Perhitungan Gas Rumah Kaca Tutupan Lahan Sampai dengan Tahun 2020 ... 161

Gambar 4.47 Lampu LED ... 163

Gambar 4.48 Panel Surya... 164

Gambar 4.49 Pengembangan Kawasan Baron Technopark ... 165

Gambar 4.50 Pengembangan Energi Hibrid di Pantai Pandansimo ... 165

Gambar 4.51 Bahan Baku Bioethanol ... 166

Gambar 4.52 Bahan Baku Biofuel ... 166

Gambar 4.53 Pompa Air Bertenaga Surya ... 167

Gambar 4.54 Estimasi Perhitungan Gas Rumah Kaca Sektor Energi Sampai dengan Tahun 2020 ... 168

Gambar 4.55 Penerapan Produksi Bersih ... 170

Gambar 4.56 Estimasi Perhitungan Gas Rumah Kaca Sektor Industri Sampai dengan Tahun 2020 ... 171

Gambar 4.57 Pengelolaan Sampah ... 172

Gambar 4.58 Estimasi Perhitungan Gas Rumah Kaca Sektor Limbah Sampai dengan Tahun 2020 ... 173

Gambar 6.1 Kerangka Keterkaitan Dokumen Kebijakan Nasional-Daerah dengan Rencana Aksi Daerah tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca ... 187


(16)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

xv

Gambar 6.2 Kerangka Implementasi Rencana Aksi Daerah (RAD) Tentang Penurunan


(17)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan cuaca dan iklim saat menunjukkan gejala yang dominan mengarah pada kondisi yang ekstrim. Kondisi cuaca dan iklim yang berubah secara mendadak memberikan dampak signifikan pada kehidupan manusia, diantaranya adalah kondisi udara yang dirasakan oleh penduduk saat ini dirasa lebih panas. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya suhu permukaan bumi akibat berubahnya iklim secara global. Kondisi tersebut berdampak pada perubahan ekosistem di permukaan bumi, diantaranya adalah mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang menyebabkan semakin meningkatnya permukaan air laut dan menyebabkan terjadinya abrasi pantai-pantai di sekitar kawasan pesisir dan daerah kepulauan salah satunya yang dialami Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Perlu diketahui bahwa di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan sampai dengan 33º C dari kondisi normal yang hanya berkisar antara 24-32º C. Kondisi demikian tentunya menjadikan suasana menjadi tidak kondusif, serta tidak nyaman.

Permasalahan-permasalahan diatas disebabkan karena peningkatan gelombang panas akibat radiasi sinar matahari yang tidak dapat dipantulkan kembali oleh atmosfer akibat semakin meningkatnya Gas Rumah Kaca di permukaan bumi. Jenis-jenis Gas Rumah Kaca yang mengikat radiasi sinar matahari diantaranya, meliputi Karbon Dioksida (CO2), Metana, Nitrogen

Oksida, Hidrofluorokarbon (HCFC-22), Klorofluorokarbon (CFC), serta Trifluorometil Sulfur Pentafluorida. Gas-gas tersebut muncul sebagai akibat dari meningkatnya aktivitas industri, pertumbuhan lalu lintas kendaraan bermotor, limbah kotoran ternak, pembakaran batu bara, bahan bakar fosil, gas alam, deforestrasi dan degradasi hutan, aktivitas pertanian, penggunaan refrigerant jenis air conditioner, kulkas, serta bahan-bahan lainnya.

Peningkatan aktivitas tersebut tentunya akan semakin mengalami perkembangan seiring dengan pertumbuhan penduduk. Negara-negara maju dengan pertumbuhan aktivitas ekonomi yang tinggi tentunya menjadi kontributor terbesar terhadap peningkatan Gas Rumah Kaca secara global, sehingga dengan melihat kondisi tersebut, maka melalui pertemuan ketiga

Conference of Parties (COP) UNFCC pada Tanggal 11 desember 1997 di Kota Kyoto Jepang

dirumuskan secara rinci langkah yang wajib dan dapat diambil oleh berbagai negara yang meratifikasinya untuk mencapai tujuan yang disepakati dalam perjanjian internasional perubahan iklim PBB, yakni “stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca dalam atmosfir pada tingkat yang dapat mencegah terjadinya gangguan manusia/antropogenis pada sistem iklim dunia” yang kemudian diratifikasi oleh Indonesia pada Tanggal 23 Juni 2004. Sesuai dengan ratifikasi protokol Kyoto tersebut, maka Indonesia sebagai salah satu negara di Asia dengan status sebagai negara dunia ketiga turut berpartisipasi dalam upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) melalui penyusunan Rencana Aksi Nasional. Dalam konteks UNFCCC, Rencana

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1

1

1

1

BAB

BAB

BAB

BAB


(18)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

2

Aksi Nasional tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dipandang sebagai upaya sukarela

Indonesia karena Copenhagen Accord bukan merupakan kesepakatan yang mengikat para negara Pihak (Parties).

Rencana Aksi Nasional tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan turunnya Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca yang kemudian ditindaklanjti oleh daerah salah satunya Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menyusun Rencana Aksi Daerah (RAD) Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) merupakan tindaklanjut Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari komitmen Indonesia dalam menghadapi permasalahan perubahan iklim yang disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya didepan para pemimpin negara pada pertemuan G-20 di Pittsburgh, Amerika Serikat, 25 September 2009. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca sebesar 26% pada tahun 2020 dari tingkat Bussiness As Ussual (BAU) dengan usaha sendiri dan mencapai 41% apabila mendapat dukungan internasional (Sumber : Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan

Emisi GRK, 2011 : 1).

1.2 Tujuan dan Sasaran

1.2.1 Tujuan

Menyusun skenario, strategi, rencana dan progra-program indikatif bagi Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam melakukan langkah-langkah dan upaya untuk menurunkan Emisi Gas Rumah Kaca.

1.2.2 Sasaran

Sasaran dari kegiatan penyusunan Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah, sebagai berikut :

1. Melakukan identifikasi sumber-sumber emisi GRK; 2. Melakukan perhitungan emisi GRK;

3. Melakukan analisis baseline emisi GRK;

4. Melakukan analisis mitigasi dan perkiraan penurunan emisi; 5. Menyusun skala prioritas;

6. Merumuskan skenario, strategi, rencana dan roadmap implementasi RAD GRK; 7. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan RAD GRK.

1.3 Keluaran

Keluaran dari pelaksanaan kegiatan ini adalah tersusunnya dokumen Rencana Aksi Daerah (RAD) Penurunan Emisi GRK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010 - 2020.

1.4 Landasan Hukum

Landasan hukum penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Penurunan GRK adalah, sebagai berikut :


(19)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

3

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Framework

Convention on Climate Change;

2. Undang-Undang Nomor 25 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang Wilayah Nasional;

5. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;

6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air; 9. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan;

10. Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Penguatan Peran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat di Daerah;

11. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang RPJMN 2010-2014;

12. Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 Tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca; 13. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2011 Tentang Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Nasional;

15. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2004 Tentang Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus Pencemaran atau Perusakan Lingkungan Hidup;

16. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009-2029; 17. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 11 Tahun 2009 Tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2009-2013.

18. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025.

19. Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 35/TIM/2012 tentang Pembentukan Tim Penyusun Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

1.5 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah penyusunan pekerjaan Rencana Aksi Daerah tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca adalah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulon Progo, dan Kotamadya Yogyakarta.

1.6 Metodologi dan Pendekatan

Metodologi dan pendekatan yang dibahas dalam kegiatan penyusunan Rencana Aksi Daera (RAD) tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, meliputi beberapa substansi pembahasan, diantaranya adalah kerangka pikir studi, metode survei data, metode analisis, serta instrument analisis.

1.6.1 Kerangka Pikir Studi

Kerangka pikir studi memberikan gambaran pelaksanaan studi dari awal sampai dengan akhir proses pelaksanaan pekerjaan. Dalam hal ini penyusunan pekerjaan ini diawali dengan proses identifikasi permasalahan Gas Rumah Kaca, yang dilanjutkan dengan survei primer dan sekunder yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi


(20)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rum Daerah Istimewa Yogyakarta analisis adalah secara sektor maupun peraturan perundang Lebih lanjut pembahasan ad strategis implementasi setiap dilanjutkan dengan perumusa Kaca.

Rencana Aksi Daerah (RAD) Istimewa Yogyakarta dilanjut POKJA dalam perumusan P Peraturan Gubernur. Lebih la dan evaluasi yang selanjutn Rencana Aksi Daerah tentan Istimewa Yogyakarta. Secara dilihat pada gambar berikut ini

Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusu

Gambar 1.1 Kerangka P

umah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 201 ta sebagai input dalam proses analisis. Dalam toral yang melibatkan substansi kebijakan pem ng-undangan yang berlaku.

adalah melakukan usulan aksi mitigasi yan p usulan aksi mitigasi di Provinsi Daerah Istim san rencana dan indikasi program penuruna D) tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kac jutkan dengan rapat pleno yang akan mem Peraturan Gubernur yang selanjutnya aka lanjut kegiatan tersebut juga akan melalui m

tnya akan dilakukan pula sosialisasi terhad ang upaya Penurunan Emisi Gas Rumah Kac

ra lebih jelasnya kerangka pikir pelaksanaan ini.

usun, Tahun 2012

Pikir Penyusunan RAD Gas Rumah Kaca

2012

4

lam melakukan kegiatan embangunan di daerah ang dilanjutkan dengan timewa Yogyakarta yang nan emisi Gas Rumah aca di Provinsi Daerah mbahas substansi Tim kan ditetapkan dengan i mekanisme monitoring adap hasil penyusunan aca di Provinsi Daerah an studi tersebut dapat


(21)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

5

1.6.2 Metode Survei Data

Survei data dalam kegiatan penyusunan Rencana Aksi Daerah tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah dengan pendekatan secara primer dan sekunder.

1.6.2.1 Survei Data Sekunder

Survei data sekunder yang dilakukan adalah dengan melakukan inventarisasi beberapa data terkait dengan :

1. Kebijakan pembangunan daerah, seperti RPJMD, RTRW Provinsi DIY, kebijakan pembangunan dan sektoral terkait lainnya, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. Data statistik terkait yang bersumber dari berbagai instansi sektoral termasuk diantaranya adalah Badan Pusat Statistik;

3. Data Peta yang bersumber dari single base map, serta citra satelit;

4. Data sektoral lainnya, meliputi limbah, transportasi, energi, pertanian, peternakan, kehutanan, kondisi sosial-masyakat, budaya, serta kelembagaan instansi pemerintah. 1.6.2.2 Survei Data Primer

Kegiatan survei data primer yang dilakukan adalah dengan pendekatan visualisasi yang dimaksudkan untuk membandingkan, serta melakukan capture terhadap kondisi wilayah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta secara riil. Diantaranya adalah survei kondisi transportasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada areal tertentu, seperti Ruas Jalan Malioboro, lokasi-lokasi transit point dan transfer point seperti Terminal Giwangan, Terminal Jombor, Halte Trans Jogja dan lain sebagainya. Lebih dari itu survei primer juga dilakukan di sekto lain baik kehutanan, pertanian, peternakan, energi, industri, dan sektor limbah, serta beberapa wawancara yang dilakukan dengan stakeholder di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terkait dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan kelembagaan.

1.6.3 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan adalah dilakukan dengan mix methods (campuran antara kualitatif dan kuantitaif). Dalam hal ini dilakukan dengan mix methods karena pembahasan masalah Gas Rumah Kaca bukan hanya sekedar melakukan perhitungan, namun juga mencari hubungan sebab-akibat, kajian secara teoritik, serta pembahasan kondisi sosio-ekonomi, serta budaya masyarakat yang berkaitan dengan perilaku terhadap lingkungan.

1.6.4 Instrumen Analisis

Instrumen sebagai salah satu bagian dalam melakukan pendekatan dalam pelaksanaan analisis, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1.6.4.1 Analisis Sektor Kehutanan

Pada analisis ini digunakan alat analisis berupa software Abacus S.P yang merupakan salah satu software analisis berbasis lahan yang digunakan dalam melakukan perhitungan gas rumah kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.


(22)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

6

1.6.4.2 Analisis Sektor Pertanian dan Peternakan

Analisis ini dilakukan untuk menghitung emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh sektor pertanian akibat biomasa dan sektor peternakan akibat ekskresi hewan ternak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam melakukan kegiatan analisis sektor pertanian dan peternakan digunakan alat analisis berupa perhitungan software IPCC yang merupakan software terstandarisasi secara nasional dan internasional untuk menghitung emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.6.4.3 Analisis Sektor Energi dan Analisis Sektor Transportasi

Analisis ini dilakukan untuk menghitung jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan akibat dari penggunaan energi listrik dan penggunaan moda transportasi di Provinsi Derah Istimewa Yoyakarta. Dalam melakukan pendekatan analisis sektor energi digunakan perhitungan dengan menggunakan excel-sheet yang dikomparasi dengan faktor emisi dari IPCC, sedangkan untuk kondisi transportasi dilakukan perhitungan model menggunakan software Transcad untuk melihat kecenderungan beban jaringan, asal-tujuan perjalanan, serta perhitungan terhadap kondisi simpang bersinyal dan nilai optimasi simpang.

1.6.4.4 Analisis Sektor Industri

Analisis yang dilakukan untuk sektor industri tidak terlalu dominan, mengingat industri di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah berupa IKM dan UKM dan intensitas industri besar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak terlalu dominan. Pada proses produksi yang dilaksanakan juga kemungkinan menghasilkan limbah tidak terlalu signifikan memberikan pengaruh terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun meskipun demikian, perhitungan tetap dilakukan dengan analisis excel-sheet menggunakan standar emisi dari IPCC Software dan IPCC guidelines 2006.

1.6.4.5 Analisis Sektor Limbah

Analisis sektor limbah dilakukan untuk menghitung kadar emisi yang dikeluarkan oleh limbah baik padat maupun cair dengan menggunakan alat analisis excel-sheet yang menggunakan standar perhitungan berdasarkan IPCC Guidelines dan IPCC Software dengan menghitung timbunan limbah padat dan cair di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.6.4.6 Analisis Sosial-Ekonomi dan Budaya

Analisis sosial-ekonomi dan budaya dalam hal ini dilakukan secara kualitatif, sedangkan alat analisis yang digunakan adalah dengan pendekatan literatur dan ketersediaan data sekunder baik itu kondisi sosial-ekonomi dan budaya masyakarat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis ini dimaksudkan

1.7 Kerangka Waktu Penyusunan

Kerangka waktu penyusunan Rencana Aksi Daerah Penyusunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan skenario kegiatan dengan intervensi maupun tanpa intervensi diidentifikasi dalam kurun waktu yang disepakati selama 10 tahun (2010 sampai dengan Tahun 2020).


(23)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

7

1.8 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah, sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, keluran, landasan hukum, kerangka waktu penyusunan, serta sistematika pembahasan.

BAB II PROFIL DAERAH DAN PERMASALAHAN EMISI GAS RUMAH KACA

Pada bab ini berisi mengenai profil dan karakteristik daerah, program prioritas daerah, serta permasalahan emisi gas rumah kaca.

BAB III PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP

Pada bab ini berisi mengenai pembagian urusan sektoral maupun administratif sebagai bahan masukan menentukan ruang lingkup daerah dalam kegiatan penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.

BAB IV ANALISIS EMISI GAS RUMAH KACA

Pada bab ini berisi tentang penyusunan baseline emisi Gas Rumah Kaca, usulan aksi mitigasi dan perkiraan penurunan emisi gas rumah kaca, serta penyusunan skala prioritas penanganan emisi gas rumah kaca.

BAB V STRATEGI IMPLEMENTASI RAD-GRK

Pada bab ini berisi mengenai pemetaan kelembagaan dan pembagian peran dalam penurunan emisi gas rumah kaca, identifikasi sumber pendanaan, serta penyusunan jadwal implementasi penurunan emisi gas rumah kaca.

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI

Pada bab ini berisi mengenai monitoring dan evaluasi program/kegiatan pemerintah yang sudah ada saat ini dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca.

BAB VII PENUTUP

Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan, saran, dan kaidah-kaidah pelaksanaan Rencana Aksi Daerah tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.


(24)

BAB 2 PROFIL DAERAH DAN PERMASALAHAN

EMISI GAS RUMAH KACA DI PROVINSI DIY

2.1 Profil dan Karakteristik Daerah

2.1.1 Kondisi Fisik Alam Provinsi DIY

Kondisi fisik alam Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari kondisi geografis dan administrasi, kondisi topografi, kondisi litologi, kondisi hidrologi, serta kondisi tata guna lahan.

2.1.1.1 Kondisi Geografis dan Administasi

Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 7033’-8012’ Lintang Selatan dan 1100 00’-110050’ Bujur Timur, tercatat memiliki luas 3.185,80 km2 atau 0,17 persen dari luas Indonesia (1.890.754 km2), merupakan provinsi terkecil setelah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yang terdiri dari :

1. Kabupaten Kulon Progo, dengan luas 586,27 km2 (18,40%) 2. Kabupaten Bantul, dengan luas 506,85 km2 (15,91%)

3. Kabupaten Gunungkidul dengan luas 1.485,36 km2 (46,63%) 4. Kabupaten Sleman, dengan luas 574,82 km2 (18,04%)

5. Kota Yogyakarta, dengan luas 32,50 km2 (1,02%)

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari empat kabupaten dan satu kota dengan 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan yaitu:

1. Kabupaten Kulonprogo terdiri dari 12 kecamatan dan 88 kelurahan/desa. 2. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan dan 75 kelurahan/desa.

3. Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 18 kecamatan dan 144 kelurahan/desa. 4. Kabupaten Sleman terdiri dari 17 kecamatan dan 86 kelurahan/desa. 5. Kota Yogyakarta terdiri dari 14 kecamatan dan 45 kelurahan/desa.

Kondisi administrasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta secara lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

PROFIL DAERAH DAN

PROFIL DAERAH DAN

PROFIL DAERAH DAN

PROFIL DAERAH DAN

PERMASALAHAN EMISI

PERMASALAHAN EMISI

PERMASALAHAN EMISI

PERMASALAHAN EMISI

GAS RUMAH KACA DI

GAS RUMAH KACA DI

GAS RUMAH KACA DI

GAS RUMAH KACA DI

PROVINSI DIY

PROVINSI DIY

PROVINSI DIY

PROVINSI DIY

2

2

2

2

BAB

BAB

BAB

BAB


(25)


(26)

2.1.1.2 Kondisi Bentang Alam

Berdasarkan bentang alam, wilayah D. I. Yogyakarta dapat dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi Gunungapi Merapi, satuan fisiografi Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, satuan fisiografi Pegunungan Kulon Progo, dan satuan fisiografi Dataran Rendah.

a. Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, yang terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial gunung api termasuk juga bentang lahan vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Satuan bentang alam ini terletak di Sleman bagian utara. Gunung Merapi yang merupakan gunungapi aktif dengan karakteristik khusus, mempunyai daya tarik sebagai obyek penelitian, pendidikan, dan pariwisata.

b. Satuan Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, yang terletak di wilayah Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan batu gamping (limestone) dan bentang alam karst yang tandus dan kekurangan air permukaan, dengan bagian tengah merupakan cekungan Wonosari (Wonosari Basin) yang telah mengalami pengangkatan secara tektonik sehingga terbentuk menjadi Plato Wonosari (dataran tinggi Wonosari). Satuan ini merupakan bentang alam hasil proses solusional (pelarutan), dengan bahan induk batu gamping dan mempunyai karakteristik lapisan tanah dangkal dan vegetasi penutup sangat jarang.

c. Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah kecil.

d. Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses pengendapan sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang di bagian selatan D. I. Yogyakarta, mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Satuan ini merupakan daerah yang subur. Termasuk dalam satuan ini adalah bentang lahan marin dan eolin yang belum didayagunakan, merupakan wilayah pantai yang terbentang dari Kulon Progo sampai Bantul. Khusus bentang lahan marin dan eolin di Parangtritis Bantul, yang terkenal dengan gumuk pasirnya, merupakan laboratorium alam untuk kajian bentang alam pantai.

Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan prasarana dan sarana wilayah, dan kegiatan sosial ekonomi penduduk, serta kemajuan pembangunan antar wilayah yang timpang. Daerah-daerah yang relatif datar, seperti wilayah dataran fluvial yang meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul (khususnya di wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta) adalah wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi dan memiliki kegiatan sosial ekonomi berintensitas tinggi, sehingga merupakan wilayah yang lebih maju dan berkembang.

Dua daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar di DIY adalah DAS Progo di barat dan DAS Opak-Oya di timur. Sungai-sungai yang cukup terkenal di DIY antara lain adalah Sungai Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai Boyong-Code, Sungai Gajah Wong, Sungai Opak, dan Sungai Oyo.

2.1.1.3 Kondisi Topografi dan Fisiografi

Sebagian besar wilayah Provinsi D.I. Yogyakarta yang terletak pada ketinggian antara 100-499 m dari permukaan laut memiliki luas sebesar 65,65%, ketinggian kurang dari 100 meter sebesar 28,84%, ketinggian antara 500-999 m yang terdapat sebagian besar di Bantul sebesar 5,04% dan ketinggian di atas 1000 m yang terdapat sebagian besar di Sleman sebesar 0,47%. Pada tahun 2007 dari total luas area tersebut terbagi menjadi lahan sawah 17,97% dan lahan bukan sawah 82,02% termasuk wilayah hutan. Berdasarkan satuan fisiografis, D. I. Yogyakarta terdiri dari :


(27)

Pegunungan Sewu (luas: ± 1.656,25 km², ketinggian: 150 – 700 m); Gunung Merapi (luas: ± 582,81 km², ketinggian: 80 – 2.911 m);

Dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulonprogo (luas : ± 215,62 km², ketinggian: 0 – 80 m);

Pegunungan Kulonprogo dan Dataran Rendah Selatan (luas; ± 706,25 km², ketinggian: 0 – 572 m);

Satuan fisiografi Gunung Merapi yang meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul terbentang mulai dari kerucut gunung berapi hingga dataran fluvial gunung berapi termasuk juga bentang lahan vulkanik. Daerah kerucut dan lereng gunung berapi merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Satuan bentang alam ini terletak di Sleman bagian utara.

Satuan Pegunungan Selatan atau Pegunungan Sewu yang terletak di wilayah Gunungkidul merupakan kawasan perbukitan batu gamping (limestone) dan bentang alam karst yang tandus dan kekurangan air permukaan, dengan bagian tengah merupakan cekungan Wonosari (Wonosari Basin) yang telah mengalami pengangkatan secara tektonik sehingga terbentuk menjadi Plato Wonosari (dataran tinggi Wonosari). Satuan ini merupakan bentang alam hasil proses solusional (pelarutan), dengan bahan induk batu gamping dan mempunyai karakteristik lapisan tanah dangkal dan vegetasi penutup sangat jarang.

Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional yang memiliki topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah kecil.

Satuan Dataran Rendah merupakan bentang lahan fluvial, yaitu hasil dari proses pengendapan sungai yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang di bagian selatan D. I. Yogyakarta, mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Satuan ini merupakan daerah yang subur. Termasuk dalam satuan ini adalah bentang lahan marin dan eolin yang belum didayagunakan, merupakan wilayah pantai yang terbentang dari Kulonprogo sampai Bantul.

Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan prasarana dan sarana wilayah, kegiatan sosial ekonomi penduduk, serta kemajuan pembangunan antar wilayah yang timpang. Daerah-daerah yang relatif datar, seperti wilayah dataran fluvial meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul.

2.1.1.4 Kondisi Geologi

Dilihat dari sisi geologi, wilayah Provinsi D. I. Yogyakarta bersifat cukup kompleks karena secara struktural terdiri dari lipatan dan patahan. Lipatan terdiri dari antiklinal dan sinklinal pada Formasi Semilir dan Kepek di sisi timur, sedangkan patahan berupa sesar turun berpola anthitetic fault block membentuk Graben Bantul. Formasi geologi dominan di wilayah Provinsi D. I. Yogyakarta adalah endapan gunung merapi muda di bagian tengah, yakni Graben Bantul dan bagian kecil berupa Formasi Sentolo di bagian barat, formasi Aluvium, Andesit (Baturagung), Formasi Semilir, Kepek dan Nglarang di sisi timur.

2.1.1.5 Kondisi Litologi

Berdasarkan data dari peta tanah Provinsi D. I. Yogyakarta, pembagian luas Provinsi D. I. Yogyakarta atas jenis tanahnya terdiri dari 33,05 % jenis tanah Lithosol, 27,09 % Regosol, 12,38 Lathosol, 10,97 % Grumusol, 10,84 % Mediteran, 3,19 % Alluvial dan 2,47 jenis tanah Rensina.

Dari total lahan sawah seluas 48.143 ha, secara umum wilayah Provinsi D. I. Yogyakarta memiliki sarana untuk mengembangkan sektor pertanian, sehingga sebagian besar lahan


(28)

sawah sudah mendapat irigasi seluas 84,08 %. Namun demikian, telah terjadi pergeseran fungsi lahan sawah menjadi lahan bukan sawah dengan rata-rata sebesar 0,39 % per tahun terhitung dari tahun 2001 hingga 2007. Faktor pertambahan jumlah penduduk merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perubahan ini. Jumlah penduduk yang terus meningkat serta banyaknya perubahan lapangan pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor non pertanian telah mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan permukiman, fasilitas umum serta sarana dan prasarana kerja terkait dengan penggunaan lahan sektor non pertanian. 2.1.1.6 Kondisi Klimatologi

Suhu udara tahunan di Provinsi D. I. Yogyakarta berkisar antara 18oC sampai dengan 24oC. Curah hujan tahunan di Provinsi D. I. Yogyakarta berkisar antara 718 mm/th sampai 2292,3 mm/th. Curah hujan yang rendah umumnya dijumpai di wilayah Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Bantul, sedangkan curah hujan yang relatif tinggi dijumpai di wilayah Kabupaten Sleman. Berdasarkan fakta ini dapat diketahui bahwa Kabupaten Sleman merupakan daerah yang memiliki potensi sumberdaya air yang besar ditinjau dari banyaknya input dari air hujan. Data suhu dan curah hujan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Suhu Udara dan Curah Hujan Rata-rata Provinsi DIY Tahun 2010

Bulan Suhu Udara (

o

C) Jumlah

Hujan (mm)

Jumlah Hari Hujan (kali)

Minimum Maksimum Rata-Rata

Januari 21,0 32,6 26,2 316,5 20 Februari 21,0 32,4 25,7 311,7 24 Maret 22,0 34,2 26,7 249,4 18 April 22,6 34,3 27,3 191,0 15 Mei 21,8 33,2 26,8 122,3 17 Juni 20,4 34,0 26,6 41,6 2

Juli 18,2 33,8 25,2 0 2 Agustus 18,9 34,0 25,4 0 1 September 21,0 34,4 26,8 0 0 Oktober 21,0 37,9 27,8 70,3 8 November 24,0 37,2 27,9 120,9 16 Desember 22,2 34,0 27,5 184,9 14

Sumber: DIY Dalam Angka, Tahun 2010

2.1.1.7 Kondisi Hidrologi

Sumberdaya air utama di D. I. Yogyakarta adalah Wilayah Sungai (WS) Progo-Opak-Oyo yang berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo, DAS Opak dan DAS Serang. Potensi sumberdaya air WS Progo-Opak-Oyo berasal dari air hujan, air permukaan, air tanah, mata air, sungai bawah tanah, waduk dan embung.

Ketersediaan air dalam pengertian sumberdaya air berasal dari air hujan, air permukaan, dan air tanah. Potensi paling besar untuk dimanfaatkan adalah sumber air permukaan dalam bentuk air di sungai, saluran, dan waduk. Potensi air di Provinsi D. I. Yogyakarta adalah curah hujan rata-rata 1.700 mm - 4.000 mm per tahun, air permukaan meliputi S. Progo Debit rerata 58.5m3/det. (St. Kalibawang), S. Opak debit rerata 12.35 m3/det. (St.

Karangsemut), S. Oyo debit rerata 9.31 m3/det. (St. Bunder), S. Serang debit rerata 10.8 m3/det. (St. Durungan), sungai bawah tanah meliputi SBT Bribin debit rerata 956 lt/det, SBT Ngobaran debit rerata 700 lt/det, SBT Seropan debit rerata 800 lt/det, SBT Baron debit rerata 100 lt/det. Total ketersediaan air di Provinsi D. I. Yogyakarta adalah 6.342.455.367 m3, sedangkan pemanfaatannya untuk keperluan domestik, industri, dan pertanian sebanyak 1.670.750.084 m3 (Neraca SDA Provinsi D. I. Yogyakarta, 2007).

Pemanfaatan air di Provinsi D. I. Yogyakarta meliputi irigasi sesuai dengan UU No 7 Tahun 2004 dan PP No 20 Tahun 2006, kewenangan provinsi adalah daerah irigasi dengan luasan


(29)

1.000-3.000 ha dan daerah irigasi lintas kabupaten/kota. Selain itu juga dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga, perkotaan, dan industri (RKI) serta pemanfaatan lain untuk tenaga listrik dan penggelontoran.

Kebutuhan air untuk rumah tangga dipenuhi melalui sistem air pipa PDAM, sumur dan hidran umum. Pemanfaatan air untuk industri berasal dari air tanah sumur dalam dan sebagian kecil memakai air dan sistem suplai perpipaan. Pemanfaatan air untuk tenaga listrik mikro hidro dilakukan di Saluran Van Der Wicjk dan Saluran Mataram dengan memanfaatkan air irigasi yang sudah ada. Pemanfaatan air untuk penggelontoran dilakukan dalam sistem penggelontoran sanitasi perkotaan dengan menggunakan air permukaan. Saat ini terjadi penurunan kuantitas dan kualitas air yang mengalir di badan sungai. Penurunan kuantitas terjadi sebagai akibat terganggunya fungsi hidrologi sebagai dampak penggunaan tanah atau alih fungsi lahan dan pengelolaan tanah yang tidak dikendalikan di daerah tangkapan air. Penurunan kualitas air akibat peningkatan limbah cair dari kegiatan penduduk dan berkembangnya industri. Selain itu juga terjadi pemakaian air yang tidak efisien, terutama untuk keperluan irigasi dan kolam ikan.

2.1.2 Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan

Luas lahan bukan pertanian di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 92.400 Hektar, sedangkan lahan pertanian dibagi menjadi 2, yaitu lahan sawah dengan luas 56.538 Ha dan non pertanian seluas 169.602 Hektar. Luas total adalah 318.580 Hektar. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Luas Lahan Pertanian dan Non Pertanian di Provinsi D. I. Yogyakarta Tahun 2011 (Ha)

Kabupaten/Kota Regency/City

Luas Lahan Pertanian

Agricultural Area Luas Lahan Bukan Pertanian Non Agricultural Area

Jumlah Total Sawah

Wetland

Bukan Sawah Dry land

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Kulonprogo 10 304 35 027 13 296 58 627

2. Bantul 15 465 13 628 21 592 50 685

3. Gunungkidul 7 865 104 117 36 554 148 536

4. Sleman 22 819 16 643 18 020 57 482

5. Yogyakarta 85 187 2 978 57 482

Provinsi DIY 56 538 169 602 92 440 318 580

Sumber : Provinsi DIY dalam Angka, Tahun 2011

2.1.3 Kondisi Kependudukan

Laju pertumbuhan penduduk di D. I. Yogyakarta antara 2003-2007 sebanyak 135.915 jiwa atau kenaikan rata-rata pertahun sebesar 1,1%. Umur Harapan Hidup (UHH) penduduk di D. I. Yogyakarta menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari 72,4 tahun pada tahun 2002 menjadi 72,9 tahun pada tahun 2005. Ditinjau dari sisi distribusi penduduk menurut usia, terlihat kecenderungan yang semakin meningkat pada penduduk usia di atas 60 tahun. Jumlah penduduk di Provinsi D. I. Yogyakarta menurut sensus Tahun 2010 sebanyak 3.457.491 jiwa dengan proporsi 49,43% laki-laki dan 50,57% perempuan.

Pertumbuhan penduduk pada Tahun 2010 sebesar 1,02% realtif lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk tahun sebelumnya. Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman memiliki angka pertumbuhan penduduk di atas angka provinsi, masing-masing sebesar 1,55% dan 1,92%.


(30)

Kepadatan penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat 1.085 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kota Yogyakrta yakni 11.958 jiwa/Km2 dengan luas wilayah hanya sekitar 1% dari luas seluruh Provinsi DIY.

Komposisi kelompok umur penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta didominasi oleh kelompok usia dewasa, yaitu kelompok umur 25-29 tahun, yaitu sebesar 10,78%. Kelompok umur 0-24 tahun tercatat 33,42%, kelompok umur 25-59 tahun tercatat 53,43% dan lanjut usia, yaitu umur 60 tahun ke atas sebesar 13,15%. Besarnya proporsi penduduk yang berusia lanjut mengisyaratkan tingginya usia harapan hidup penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakar\ta.

Jumlah penduduk secara keseluruhan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk di Provinsi D. I. Yogyakarta Tahun 2010

Kabupaten/Kota Laki-laki Perempuan Jumlah

Sex Ratio

(%)

Laju

Pertum-buhan (%)

Kepadatan Penduduk (Orang/Km2) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 01. Kulonprogo 190.694 198.175 388.869 96,23 0,47 663,29 02. Bantul 454.491 457.012 911.503 99,45 1,55 1.798,37 03. Gunungkidul 326.703 348.679 675.382 93,70 0,06 454,69 04. Sleman 547.885 545.225 1.093.110 100,49 1,92 1.901,66 71. Yogyakarta 189.137 199.490 388.627 94,81 -0,22 11.957,75

34. D.I.Yogyakarta 1.708.910 1.748.581 3.457.491 97,73 1,02 1.085,28

Sumber : BPS Provinsi D. I. Yogyakarta, Tahun 2011

2.1.3.1 Kondisi Tenaga Kerja

Pelaksanaan kegiatan pemerintahan di Provinsi DIY pada tahun 2010 didukung oleh 93.407 orang pegawai negeri sipil. Ditinjau menurut level pemerintahan, pegawai pemerintahan tersebar pada 5 kabupaten/kota di DIY. Menurut golongan, dari total PNS di DIY, 2,68 persen menduduki golongan I, golongan II sebesar 21,97 persen, 46,62 persen menduduki golongan III, dan selebihnya golongan IV sebesar 28,73 persen.

Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, mencatat jumlah pencari kerja pada tahun 2010 sebanyak 129.793 orang, turun sekitar 4,00 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 135.207 orang. Mereka terdiri dari 53,87 persen laki-laki dan 46,13 persen perempuan. Dari jumlah tersebut 40,09 persen berpendidikan SLTA, 13,89 persen Diploma I-III, 42,44 persen Diploma IV-S1, serta 0,91 persen S2-S3, 2,32 persen adalah SLTP dan sisanya 0,34 persen berpendidikan SD.

Persentase lowongan pekerjaan yang tersedia dan penempatan masing-masing adalah 18,06 persen dan 13,82 persen dari total pencari kerja. Berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2010, persentase penduduk DIY umur 15 tahun ke atas menurut kegiatan adalah 69,76 persen merupakan angkatan kerja (65,79 persen bekerja dan 3,97 persen pengangguran), sedangkan sisanya sebesar 30,24 persen merupakan bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumahtangga dan lainnya masing–masing adalah 10,36 persen, 16,22 persen, dan 3,66 persen). Sedangkan berdasarkan lapangan usaha utama, penduduk yang bekerja bergerak pada sektor pertanian 30,40 persen, perdagangan 24,69 persen, jasa 17,93 persen, industri 13,92 persen dan sisanya 13,05 persen di sektor-sektor lainnya.

2.1.3.2 Transmigrasi

Sebagai upaya melakukan pemerataan penyebaran penduduk antar wilayah di Indonesia, pemerintah melakukan transmigrasi penduduk. Jumlah transmigran dari DIY pada tahun


(31)

2010 tercatat sebanyak 250 KK atau sebanyak 824 jiwa. Jumlah KK transmigran terbanyak berasal dari Kabupaten Kulonprogo serta daerah penempatan terbanyak adalah Provinsi Sumatera Selatan.

2.1.3.3 Kualitas Pendidikan

Kualitas pendidikan yang memadai diperlukan penduduk untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Tingginya permintaan jasa pendidikan menuntut tersedianya penyelenggara pendidikan yang makin bermutu. Secara nasional, pendidikan diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun swasta.

Pada tahun 2010 untuk jenjang TK hingga Sekolah Menengah Atas tercatat 5.178 unit sekolah atau meningkat 2,07 persen dibandingkan dengan tahun 2009 yang tercatat 5.073 sekolah. Pada jenjang Sekolah Dasar (SD), pada tahun 2010 memiliki 1.858 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 294.224 anak dan diasuh oleh 22.141 guru. Untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni SMP tercatat sebanyak 421 sekolah dengan 127.214 anak didik yang diasuh oleh 10.798 orang guru.

Pada Sekolah Menengah Umum, tercatat sebanyak 5.624 orang guru yang mengajar 81.315 siswa yang tersebar pada 165 sekolah. Adapun untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan terdapat 195 unit sekolah dengan 77.077 siswa yang diajar oleh 8.067 orang guru. Jumlah murid putus sekolah tercatat 1.425 anak atau mengalami peningkatan 1,01 persen dibandingkan tahun 2009.

Pada jenjang perguruan tinggi negeri, Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki 10 perguruan tinggi, dengan jumlah mahasiswa keseluruhan sebanyak 78.992 orang dengan jumlah dosen tetap sebanyak 4.545 orang. Adapun perguruan tinggi swasta (PTS)tercatat sebanyak 112 institusi dengan rincian 38,39 persen akademi, 34,82 persen sekolah tinggi, 16,07 persen universitas serta masing-masing 7,14 persen politeknik dan 3,57 persen institut, dengan jumlah mahasiswa sebanyak 154.222 orang yang diasuh oleh 6.102 orang dosen.

2.1.3.4 Kesehatan

Untuk meningkatkan kualitas kesehatan penduduk, pemerintah berupaya menyediakan sarana dan prasarana kesehatan disertai tenaga kesehatan yang memadai baik kualitas maupun kuantitas. Upaya ini diarahkan agar tempat pelayanan kesehatan mudah dikunjungi dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.

Pada tahun 2010 sarana kesehatan yang tersedia di Provinsi D.I. Yogyakarta sebanyak 63 unit rumah sakit umum, 71 unit rumah bersalin, 180 unit balai pengobatan dan 121 unit puskesmas induk dan 1.697 praktek dokter perorangan.

Untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) dengan memberikan sarana pelayanan dan prasarana yang memadai. Hal ini memperoleh respon baik dari masyarakat yang tercermin dengan tingginya pencapaian akseptor aktif, dan tahun 2010 tercatat mencapai 430.231 orang dari target sebanyak 436.212 orang atau 98,63 persen dari target. 45,50 persen dari akseptor aktif memilih suntik, disusul 24,57 persen menggunakan IUD serta 12,68 persen memakai pil dan selebihnya 17,25 persen menggunakan alat kontrasepsi lainnya.

2.1.4 Aktivitas Pertanian

2.1.4.1 Tanaman Pangan

Tanaman pangan meliputi komoditas padi, palawija serta hortikultura. Tanaman palawija terdiri dari komoditas jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai serta kacang hijau. Adapun hortikultura terdiri dari komoditas sayur-sayuran,


(32)

buahanserta tanaman hias. Data tanaman hias tidak disajikan karena pengumpulan datanya tidak rutin setiap tahun.

Pada tahun 2010, produksi padi tercatat sebesar 823.887 ton (menurun sebesar 1,68 persen dari tahun 2009) dengan rincian 78,51 persen merupakan padi sawah dan 21,49 persen padi ladang. Dengan luas panen masingmasing sebesar 106.907 ha dan 40.151 ha diperoleh angka produktivitas sebesar 60,5 kuintal per ha untuk padi sawah dan 44,1 kuintal per ha untuk padi ladang.

Produksi palawija didominasi oleh komoditas ubi kayu sebesar 1.114.665 ton, kemudian jagung sebesar 345.576 ton serta kacang tanah dan kedelai masing-masing 58.918 ton dan 38.244 ton. Adapun ubi jalar, kacang hijau, serta cantel relatif kecil masingmasing 6.484 ton, 610 ton, dan 228 ton. Komoditas yang mengalami kenaikan produksi apabila dibandingkan dengan tahun 2009 adalah kacang hijau, jagung dan ubi kayu, masingmasing sebesar 28,96 persen, 9,73 persen serta 6,39 persen. Sedangkan cantel, kacang tanah, kedelai dan ubi jalar mengalami penurunan masing-masing sebesar 23,49 persen, 10,59 persen, 5,05 persen dan 3,04 persen.

Tanaman sayur-sayuran yang banyak dihasilkan adalah bawang merah, cabe besar dan sawi masing-masing sebesar 19.950 ton, 13.049 ton, 6.756 ton. Bawang merah dan sawi masing-masing mengalami kenaikan produksi sebesar 0,95 persen dan 18,68 persen; sedangkan cabe besar menurun 13,69 persen. Adapun produksi jenis tanaman sayur-sayuran lainnya relatif kecil.

Pada tahun 2010, produksi salak mencapai 57.801,1 ton atau mengalami penurunan sebesar 7,62 persen dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya yang mencapai 62.571,7 ton. Buah-buahan lainnya yang mengalami penurunan produksi juga adalah mangga, durian, jambu biji, rambutan, alpukat, pepaya, belimbing, melon, jeruk siam, dan pisang masing-masing sebesar 71,65 persen, 41,61 persen, 26,03 persen, 19,24 persen, 17,12 persen, 13,22 persen, 9,55 persen, 7,08 persen, 5,39 persen dan 3,62 persen. Sedangkan tanaman tahunan lainnya mengalami kenaikan Kenaikan produksi cukup besar terjadi pada buah sukun (1.527,97%). Diikuti jeruk besar, manggis, semangka, jambu air, nangka, sawo, duku dan nanas masingmasing turun sebesar 52,41 persen, 44,65 persen, 15,32 persen, 14,97 persen, 4,29 persen, 4,23 persen, 3,98 persen dan 0,87 persen.

2.1.4.2 Perkebunan

Dari segi produksi, tanaman perkebunan yang cukup potensial di Provinsi D.I. Yogyakarta adalah kelapa dan tebu. Pada tahun 2010 produksi masing-masing komoditas mencapai 56.754,13 ton atau naik 6,77 persen dan 17.031,34 ton atau menurun 2,9 persen.

2.1.4.3 Kehutanan

D.I. Yogyakarta memiliki kawasan hutan yang terkonsentrasi di Kabupaten Gunungkidul seluas 79,59 persen dari keseluruhan 18,71 ribu ha. Sebagian besar dari kawasan hutan tersebut merupakan hutan produksi sebesar 71,66 persen, hutan lindung 12,36 persen dan hutan konversi 15,98 persen. Nilai produksi hutan pada tahun 2010 tercatat sebesar Rp 5.067,22 juta, meningkat sebesar 23,41 persen dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar Rp 4.106,12 juta.

Adapun luas Kawasan Hutan yang ada di wilayah Provinsi D.I. Yogyakarta dapat diperinci sbb :

1. Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam :2.990,5640 ha, terdiri dari :

a. Taman Nasional (TN) : 1.728,3800 ha

b. Taman Hutan Raya (Tahura) : 634,1000 ha

c. Suaka Margasatwa (SM) : 615,6000 ha


(1)

1. Baseline data Jumlah dan Sumber Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah disusun dan dikembangkan perlu dilakukan komparasi dan verifikasi untuk mendapatkan kualitas baseline data yang optimum;

2. Melakukan publikasi terhadap hasil perhitungan Gas Rumah Kaca dan sumber pencemar Gas Rumah Kaca pada media masa maupun media elektronik sebagai bahan pembelajaran, penyadaran, dan bahan review dari kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

3. Melakukan evaluasi terhadap hasil penyusunan Rencana Aksi Daerah tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan melakukan revisi komponen Perturan Gubernur tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang telah ditetapkan yang dapat dilakukan dalam kurun waktu setiap 3-5 Tahunan untuk disesuaikan dan diintegrasikan dengan kebijakan perencanaan dan pembangunan atau kebijakan/peraturan perundang-undangan yang berlaku. Secara lebih jelasnya pola dan mekanisme pengintegrasian Rencana Aksi Daerah (RAD) tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat mengacu pada skema pada gambar berikut ini.

Sumber : Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, Tahun 2011

Gambar 6.1 Kerangka Keterkaitan Dokumen Kebijakan Nasional-Daerah dengan Rencana Aksi Daerah tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

4. Evaluasi Rencana Aksi Daerah tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca harus diikuti pula dengan evaluasi terhadap Kebijakan Perencanaan Pembangunan Daerah, kebijakan berbasis spasial, maupun kebijakan sektoral lainnya.


(2)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

188

5. Melakukan evaluasi dan penyusunan perencanaan penganggaran sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 dengan memperhatikan Rencana Aksi Daerah (RAD) tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

6.3 Komponen Kelembagaan dan Pelaporan Kegiatan

Monitoring/Evaluasi

Komponen kelembagaan dan pelaporan monitoring dan evaluasi kegiatan implementasi Rencana Aksi Daerah (RAD) tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah, sebagai berikut :

1. Pembentukan Tim Koordinasi dalam usaha implementasi kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang dapat beranggotakan :

a. Tim Kelompok Kerja (POKJA) Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang sudah ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

b. Tim dari Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait; c. Tim Anggaran Pembangunan Daerah;

d. Tim Badan Koordinasi Perencanaan Ruang Daerah (BKPRD) Provinsi DIY; e. Tim Akademisi/Perguruan Tinggi;

f. Tim Lembaga Sosial Masyarakat;

g. Forum kegiatan Tim Koordinasi tersebut dapat bersifat independen maupun berkoordinasi dengan Tim POKJA Sektor/Kegiatan lain yang berkorelasi dengan upaya Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

2. Monitoring dan Evaluasi dapat dimuat didalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dengan justifikasi bahwa indikator target kinerja penurunan emisi gas rumah kaca sudah termuat dan terintegrasi didalam Rencana Pembangunan Daerah (RPJMD), Rencana Strategis dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra dan Renja SKPD), serta kebijakan lain yang bersifat sektoral di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah terkuantifikasi secara jelas;

3. Mekanisme pelaporan yang dilakukan adalah segala permasalahan dan hasil perhitungan Gas Rumah Kaca, hasil review/evaluasi kebijakan pembangunan (sektoral maupun spasial), beserta hasil implementasi kebijakan yang berkaitan dengan usaha Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) pada tingkat Provinsi oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota;

4. Hasil pelaporan tersebut untuk kemudian dilakukan koordinasi dan pembahasan pada tingkat provinsi sebagai masukan dan konsep pelaporan dari implementasi Rencana Aksi Daerah (RAD) tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca pada tingkat pusat; 5. Hasil pelaporan tersebut menjadi sebagai bahan masukan perumusan kebijakan

pembangunan dan mekanisme penganggaran pada tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota setiap tahunnya;

6. Kegiatan dikoordinasikan langsung oleh Sekretaris Daerah yang dibantu oleh Asisten Sekretaris Daerah dengan Penanggung Jawab Kegiatan adalah Kepala Daerah. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai unsur pelaksana Teknis dalam pelaksanaan kegiatan tersebut dan Inspektorat sebagai unsur pengawas pelaksanaan kegiatan di Daerah.

Konsep implementasi Rencana Aksi Daerah (RAD) tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca sampai dengan monitoring dan evaluasi secara lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.


(3)

Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusu

Gambar 6.2 Kerangka Im Penurunan

usun, Tahun 2012

Implementasi Rencana Aksi Daerah (RAD) n Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY


(4)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

190

BAB 7 PENUTUIP

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari kegiatan Penyusunan Rencana Aksi Daerah tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah, sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil perhitungan emisi gas rumah kaca didapat nilai rekapitulasi tiap sektor, sebagai berikut :

Sektor CO2/Tahun CH4/Tahun N2O/Tahun Satuan 1 Sektor Peternakan - 16.49746 0.00000 Gg/Th 2 Sektor Berbasis Lahan 21.10598 - 0.00000 Gg/Th/Km2 3 Sektor Industri 2.59476 0.00029 0.00009 Gg/Th 4 Sektor Transportasi 195.49300 0.07859 0.00059 Gg/Th 5 Sektor Limbah 42.37000 2.02000 0.00000 Gg/Th 6 Sektor Energi 1,311.54000 - - Gg/Th/MWh Jumlah 1,573.10374 18.59634 0.00068 Gg/Th

2. Secara riil emisi dominan untuk Gas CO2 dan N2O di Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta yang diproduksi adalah dari Sektor Transportasi, mengingat pertumbuhan kendaraan bermotor khususnya kendaraan pribadi cukup besar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan menjadi salah satu kontribusi terhadap pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah;

3. Meskipun sektor energi memberikan sumbangan emisi paling dominan berdasarkan hasil perhitungan untuk gas CO2, namun emisi sektor energi tersebut tidak diproduksi

di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta karena Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak memiliki pembangkit listrik;

4. Untuk Gas Methana Sektor Pertanian menjadi penyumbang paling besar dibandingkan sektor lain, karena potensi pengembangan peternakan baik skala besar, maupun skala rumah tangga cukup besar dan dominan terdapat di Kabupaten Gunungkidul; 5. Berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient (LQ) dari 9 sektor di Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta dapat dilihat bahwa sektor-sektor yang memberikan implikasi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca adalah merupakan sektor yang masuk dalam kategori sektor basis atau memiliki keunggulan komparatif jika dibandingkan sektor lain atau mampu menopang pertumbuhan sektor lainnya, diantaranya adalah :

• Pertanian (termasuk diantaranya Kehutanan, Pertanian, Peternakan); • Listrik, Gas, dan Air Bersih;

• Pengangkutan dan Komunikasi;

PENUTUP

PENUTUP

PENUTUP

PENUTUP

7

7

7

7

BAB

BAB

BAB


(5)

• Sedangkan untuk Sektor Lainnya beberapa diantaranya memiliki nilai LQ < 1 dan nilai LQ > 1 memberikan kontribusi terhadap peningkatan gas rumah kaca pada sektor lain, yaitu :

- Sektor Limbah (sejalan dengan pertumbuhan penduduk, bangunan, aktivitas perdagangan, hotel, restoran, pasar, hunian, perkantoran, dan lain sebagainya);

- Sektor industri.

6. Perbaikan tata ruang wilayah, terutama pemusatan aktivitas pada Area Perkotaan Yogyakarta (APY) akan menyebabkan tingginya beban dan ketidakseimbangan ruang wilayah, sehingga perlu dilakukan pembenahan pada konsep ruang wilayah;

7. Berdasarkan hasil kajian analisis, maka dapat disusun usulan aksi mitigasi, sebagai berikut :

a. Usulan Aksi Mitigasi Sektor Transportasi, meliputi : • Optimasi Simpang Bersinyal;

• Penanganan Tidak Sebidang Pada Jalur Kereta Api dan Simpang Jalan; • Split Penggunaan Kendaraan Pribadi Menjadi Angkutan Umum;

• Smart/Eco Driving; • Unmotorized Priority;

• Usulan aksi mitigasi lain pada sektor transportasi diantaranya adalah manajemen parkir, integrasi tata ruang dengan transportasi, dan lain sebagainya.

b. Usulan Aksi Mitigasi Sektor Peternakan, meliputi : • Pemanfaatan kotoran ternak untuk biogas; • Pemanfaatan kotoran ternak untuk kompos; c. Usulan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan, meliputi :

• Penambahan tutupan lahan;

• Mempertahankan tutupan lahan yang berupa hutan; • Melakukan perencanaan hutan yang baik;

• Pembatasan penggunaan lahan untuk permukiman; • Rehabilitasi hutan;

• Pembangunan hutan kota;

• Rehabilitasi lahan kritis/berpotensi kritis. d. Usulan Aksi Mitigasi Sektor Energi, meliputi :

• Penggunaan lampu LED untuk Rumah Tangga; • Penggunaan Panel Surya;

• Alternatif energi terbarukan.

e. Usulan Aksi Mitigasi Sektor Industri dapat dilakukan dengan produksi bersih. f. Usulan Aksi Mitigasi Sektor Limbah, meliputi :

• Sampah organik dibuat kompos;

• Penerapan prinsip reduce, reuse, recycle; • Green consumer;

• Waste to energy.

8. Aksi mitigasi tersebut diatas memerlukan dukung pendanaan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan internasional, serta mekanisme pengelolaan kegiatan pembangunan/implementasi di daerah. Dalam hal ini, meliputi kelembagaan pusat, daerah, swasta, dan masyarakat;

9. Mekanisme monitoring dan evaluasi diperlukan sebagai kerangka untuk mengidentifikasi tingkat keberhasilan implementasi penurunan emisi gas rumah kaca yang tentunya harus terintegrasi dengan kegiatan perencanaan pembangunan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

10. Mekanisme monitoring dan evaluasi tersebut sebagai mekanisme umpan balik (feed-back) untuk kegiatan Rencana Aksi Daerah (RAD) tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.


(6)

RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012

192

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penyusunan Rencana Aksi Daerah Tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, maka Perlu dilakukan Tindak lanjut kegiatan diantaranya :

1. Kegiatan Sosialisasi Hasil Penyusunan Rencana Aksi Daerah tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca yang melibatkan Tim Kelompok Kerja (POKJA), serta Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait, Lembaga Sosial Masyarakat, Unsur Badan Usaha Milik Negara terkait, Unsur Swasta terkait, serta Unsur Masyarakat terkait;

2. Kegiatan Perumusan Draft Peraturan Gubernur yang memuat substansi terkait dengan Rencana Aksi Daerah tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang dilanjutkan dengan Penetapan Peraturan Gubernur;

3. Perlu dilakukan kegiatan evaluasi perangkat kebijakan perencanaan pembangunan di daerah, perangkat kebijakan spasial, serta perangkat kebijakan sektoral terkait dengan ditetapkannya Peraturan Gubernur tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca;

4. Dalam mendukung Masterplan Percepatan Perencanaan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Rencana Aksi Daerah tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca menjadi salah satu komitmen Pemerintah Pusat dan Daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berbasis lingkungan, sehingga dalam kegiatan perencanaan pembangunan yang diimplementasikan dalam mekanisme penganggaran harus berbasis pada konsep lingkungan dengan memperhatikan upaya pembatasan, serta reduksi terhadap emisi gas rumah kaca;

5. Target capaian penurunan emisi yang tertuang didalam Rencana Aksi Daerah tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta harus/wajib diinetgrasikan dengan Kebijakan Perencanaan Pembangunan di Daerah yang dalam hal ini, meliputi Rencana Pembangunan Daerah (RPJMD), Rencana Strategis dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah, Rencana Tata Ruang, Rencana Energi Daerah, Tataran Transportasi Wilayah/Lokal. serta Rencana/Kebijakan Sektoral lainnya, seperti :

• Sektor Transportasi; • Sektor Energi; • Sektor Industri; • Sektor Limbah; • Sektor Pertanian; • Sektor Kehutanan; • Sektor Peternakan; • Sektor terkait lainnya.

6. Tahun 2013 Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta akan melakukan Review dan Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2014-2018, sehingga Rencana Aksi Daerah (RAD) Tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca menjadi bagian penting dalam kegiatan tersebut.