Sektor Transportasi Lahan Lainnya Other Land

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 III - 17 Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup Bab 3

B. Ruang Lingkup Kewenangan Sektor Energi

Peran SKPD dalam rencana aksi daerah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca meliputi perencanaan, implementasi, pemantauan dan evaluasi. Dengan demikian terdapat SKPD yang berperan dalam tahap perencanaan, misalnya BAPPEDA, BLH, BPS, dan lain-lain. Sebagian SKPD turut berperan dalam implementasi program seperti Dinas ESDM, Dinas PSDA, Dinas Perhubungan, dan lain-lain. Ruang lingkup yang saling beririsan di SKPD terkait hendaknya dicermati dengan seksama agar tidak terjadi tumpang tindih program kegiatan. Untuk itu diperlukan koordinasi yang baik antar SKPD terkait.

3.3.4. Sektor Transportasi

A Pembagian Urusan Emisi Sektor Transportasi Pada bagian ini akan dijelaskan pembagian urusan emisi pada sektor transportasi. Pada sektor ini sumber emisi dapat berasal dari pembakaran bahan bakar, penggunaan minyak pelumas, dan penggunaan refrigeran pada sistem pengkondisian udara. Tetapi, yang akan diperhitungkan adalah hanya dari pelepasan gas-gas rumah kaca sebagai akibat dari pembakaran bahan bakar. Sementara emisi dari penggunaan minyak pelumas dan penggunaan refrigeran akan diperhitungakan pada sektor industri dan penggunaan produk yang akan dijelaskan pada sub bab berikutnya. Jenis gas emisi yang utama dan di sektor transportasi sebagai akibat dari pembakaran bahan bakar adalah gas CO 2 dan CH 4 . Sebagai catatan sektor transportasi juga menjadi penyumbang terbesar polusi udara, terutama pada daerah perkotaan yang menjadi pusat penggunaan kenderaan bermotor. Pada bagian ini pembahasan hanya akan difokuskan pada emisi GRK. Pembagian sumber emisi pada sektor transportasi dapat dijelaskan dengan menggunakan bagan pada Gambar 3.5. III - 18 Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup Bab 3 Gambar 3.5. Sumber Emisi dari Sektor Transportasi di Provinsi Sumatera Utara Secara umum sumber emisi dari sektor transportasi dibagi atas 3 tiga bagian utama, yaitu Transportasi Udara, Transportasi Darat, dan Transportasi Air. Sementara pada transportasi darat masih dibagi atas jenis kenderaan mobil penumpang, bus, mobil barang, sepeda motor dan kereta api. Untuk Transportasi air dibagi atas pengankutan pada sungai dan laut. Sebagai catatan, pembagian ini sedikit berbeda dengan yang dijelaskan pada IPCC. Perbedaannya hanyalah pada pemasukan sektor kereta api ke dalam transportasi darat. Diagram yang ditampilkan pada Gambar 3.5 ini akan dijadikan acuan dalam pembagian urusan emisi pada sektor transportasi. Pembagian urusan pada sektor transportasi terdiri dari identifikasi BAU, pembagian urusan, dan pelaksanaan aksi mitigasi. Dengan kata lain, beberapa SKPD yang ada di Provinsi Sumatera Utara akan bertanggung jawab dalam melakukan pengurusan, melakukan identifikasi, dan melakukan aksi penurunan emisi GRK. Ketiga bagian ini disimpulkan pada matriks pada Tabel 3.8 berikut. Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 III - 19 Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup Bab 3 Tabel. 3.8. Penanggung Jawab Identifikasi BAU dan Aksi Mitigasi Sektor Transportasi Penanggung jawab identifikasi emisi GRK pada sektor transportasi di Provinsi Sumatera Utara adalah Dinas Perhubungan, BLH, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Dinas Pertambangan dan Energi. Sementara Penanggung jawab urusan, termasuk melakukan perhitungan dan penyediaan data, adalah BAPPEDA, Dinas Perhubungan, BLH, Badan Ketahanan Pangan, BPS, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Dan setelah ditetapkan rencana aksi, maka yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan aksi-aksi ini di sektor transportasi ini adalah Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman, BAPPEDA, Dinas Perhubungan, BLH, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perkebunan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan Dinas Pertambangan dan Energi. B Ruang Lingkup Sektor Transportasi Seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.5 yang menjelaskan pembagian sumber emisi pada sektor Transportasi terdiri atas sub-sektor Transportasi Udara, sub-sektor Transportasi Darat, dan sub-sektor Transportasi Air. Pada bagian ini akan dijelaskan pembagian wilayah administratif masing-masing sumber emisi ini. Sebagai catatan, tahun 2005 sektor transportasi di Indonesia menjadi salah satu penyumbang utama emisi GRK. Menurut catatan ICCSR 2010, dimana III - 20 Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup Bab 3 sektor transportasi dimasukkan ke dalam rumpun energi. Kontribusi sektor transportasi adalah sebesar 23 dari total emisi CO 2 sekitar 68 juta ton CO 2 e dari bidang energi atau 20,7 dari emisi CO 2 global Indonesia. Kemudian di sektor transportasi sendiri subsektor Transportasi Udara mempunyai kontribusi sebesar 2,4, subsektor Transportasi air sebesar 6,9, dan yang terbesar adalah subsektor Transportasi Darat sebesar 90,7. Sumber emisi dari subsektor transportasi udara berasal dari pembakaran bahan bakar dari pesawat terbang yang beroperasi melintasi provinsi bahkan melintasi negara. Berdasarkan fakta ini maka dilakukan pembagian ruang lingkup pada masing-masing tahapan pelaksanaan RAD-GRK. Pada subsektor Transportasi Udara identifikasi dan perhitungan emisi akan dilakukan di tingkat provinsi dimana pengisian bahan bakar dilakukan. Sementara untuk melakukan aksi mitigasi kewenangan akan berada di tingkat nasional. Dengan kata lain, setiap penerbangan yang melakukan pengisian bahan bakar di wilayah administratif Provinsi Sumatera Utara akan menjadi sumber emisi bagi Provinsi Sumatera Utara. Tetapi kewenangan melakukan perencanaan aksi mitigasi pada sektor ini akan menjadi kewenangan pemerintah pusat. Ruang lingkup emisi subsektor transportasi darat akan dibagi atas 3 tiga bagian wilayah administratif. Identifikasi dan perhitungan emisi akan dilakukan di tingkat provinsi. Hal ini juga berlaku pada angkutan darat yang wilayah operasinya lintas provinsi. Sementara aksi mitigasi akan dibagi berdasarkan wilayah adiministratif dimana aksi dilakukan. Misalnya pengelolaan sistem transportasi darat provinsi yang melibatkan beberapa kabupaten akan menjadi kewenangan provinsi. Sementara pengelolaan sistem transportasi darat yang hanya beroperasi pada satu wilayah kabupaten atau kota akan menjadi kewenangan kabupatenkota. Hal ini telah digambarkan pada matriks Ruang Lingkup Mitigasi Daerah pada Tabel 3.8. Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2020 III - 21 Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup Bab 3

3.3.5. Sektor Industri