Peningkatan potensi kerjasama Indo-Pasifik

44 Dengan tingkat pertumbuhan yang dicapai Tiongkok dan India dalam dua dekade terakhir, prospek kawasan Indo-Pasifik menjadi semakin meningkat. Perdagangan Indonesia dengan India sendiri telah meningkat sebanyak 500 dalam kurun waktu satu dekade terakhir. Total perdagangan Indonesia – India pada 2014 telah mencapai 20 miliar dolar AS. Trend peningkatan perdagangan ini tampaknya masih akan terus berlanjut dalam beberapa tahun ke depan, jika melihat komitmen dan antusiasme India untuk meningkatkan perdagangan dengan Indonesia.

7. Kerjasama maritim

Pentingnya tata kelola maritim ditunjukkan dari data ekonomi dan geografis dari kemaritiman. 75 bumi tertutup oleh laut, sedangkan 90 perdagangan internasional dilakukan dengan melalui laut. Lebih dari itu, laut menyediakan sumber daya alam yang sangat besar, baik dalam bentuk perikanan maupun bahan bakar minyak. Perlindungan keamanan dan sumber daya, maupun eksplorasi sumber daya laut sampai saat ini masih menjadi tantangan bagi Indonesia. Jika Indonesia ingin melakukan penataan terhadap perlindungan dan eksplorasi laut maka kerjasama di bidang keamanan, perdagangan dan eksplorasi laut akan sangat diperlukan. Di kawasan Indo-Pasifik sendiri kerjasama maritim di antara negara-negara besar major powers menunjukkan trend yang meningkat. Pada tahun 2007, Jepang menandatangani kerjasama keamanan maritim dengan India. Amerika Serikat pada tahun yang sama mengeluarkan Grand Strategy untuk kerjasama maritim dalam buku putih Angkatan Lautnya, “Cooperative Strategy for 21st Century Seapower ”. Tiongkok, tidak ketinggalan, pada tahun 2012 juga menandatangani kerjasama dengan India untuk kerjasama keamanan maritim dan kolaborasi riset bawah laut. Kerjasama multilateral di Samudra Hindia melalui IORA dapat dikatakan memiliki prospek yang baik untuk berkembang. Meskipun asosiasi tersebut telah menghasilkan beberapa kesepakatan mengenai berbagai isu yang terkait dengan Samudra Hindia, namun saat ini IORA masih dipandang sebagai organisasi geografis daripada organisasi politik Luke, 2014. Asosiasi tersebut tidak diorganisasikan secara longgar dan relatif tidak memiliki kekuatan politik yang mengikat para anggotanya. Kerjasama yang dibicarakan di dalam asosiasi tersebut cukup beragam mulai dari liberalisasi perdagangan, investasi, kerjasama pertanian, 45 perang atas pembajakan, pendidikan dan termasuk di antaranya kerjasama transportasi maritim. Isu-isu yang dibahas dalam kerjasama IORA pada umumnya merupakan isu-isu yang non-sensitif bagi negara-negara anggotanya. Negara-negara anggota IORA meliputi Australia, Bangladesh, Kepulauan Comoros, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Seychelles, Singapura, Afrika Selatan, Tanzania, Thailand, Uni Emirat Arab dan Yaman. Di samping keduapuluh negara anggota tersebut, pertemuan-pertemuan IORA juga dihadiri oleh negara-negara mitra dialog, yaitu Tiongkok, Jepang, Inggris, Perancis, Amerika Serikat dan Mesir. Asosiasi tersebut tidak membahas isu-isu sensitif seperti politik domestik negara-negara anggota dan konflik bilateral. Fokus dari kerjasama IORA meliputi lima isu utama, yaitu 1 keamanan dan keselamatan maritim; 2 fasilitasi perdagangan dan investasi; 3 manajemen perikanan; 4 manajemen resiko bencana alam; 5 kerjasama akademik, ilmu pengetahuan dan teknologi; serta 6 pertukaran kebudayaan dan pariwisata. IORA memang merupakan salah satu lembaga yang merupakan bagian dari kawasan Indo-Pasifik. Namun tidak semua negara-negara di kawasan Asia Pasifik menjadi anggotanya. Negara-negara ASEAN, misalnya, hanya Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand yang menjadi anggotanya. Enam anggota lainnya, termasuk negara-negara pantai di IndoTiongkok belum menjadi anggota. Demikian juga dengan Korea Selatan di Asia Timur, Rusia, serta negara-negara Pasifik Selatan. Jika kerjasama maritim di Indo-Pasifik dilakukan dengan menggunakan IORA sebagai kendaraannya, kekurangannya adalah tidak mencakup seluruh kawasan. Namun dibandingkan dengan APEC, IORA relatif lebih independen dan membuka ruang bagi peran aktif serta kepemimpinan Indonesia. Selain IORA, kerjasama maritim di kawasan Indo-Pasifik lainnya yang telah dimulai adalah di dalam ASEAN dan APEC. Negara-negara anggota ASEAN telah menyepakati untuk meningkatkan kerjasama dan konektivitas maritim di antara mereka. Dua negara kepulauan di ASEAN, yaitu Indonesia dan Filipina, menekankan perlunya meningkatkan konektivitas maritim, terutama setelah konektivitas darat lebih berkembang berkat program-program kerjasama sub- regional. Indonesia sendiri secara aktif mendorong agenda konektivitas maritim untuk dibahas di dalam kelompok diskusi terfokus APEC pada pertemuan tahun 2013. Menilik dari keterbukaan negara-negara anggota di APEC dan ASEAN,