5 sebagai negara maritim”. Dalam berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo beberapa
kali menggunakan ungkapan “poros maritim dunia” global maritime-axis sebagai visi
Indonesia. Interpretas i tentang makna dari “poros maritim dunia” dan cara
mewujudkannya masih perlu dielaborasi lagi, namun visi untuk mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai bangsa maritim telah dinyatakan dan beberapa kali
ditekankan oleh Presiden Joko Widodo. Yang kedua adalah visi untuk mempererat kerjasama di kawasan Indo-Pasifik. Meskipun tetap menetapkan titik berat diplomasi
pada kerjasama regional di ASEAN, kontribusi di PBB dan G20, pemerintah memandang kerjasama Indo-Pasifik sangat penting untuk mewujudkan Indonesia
sebagai negara maritim yang strategis. Visi Indonesia sebagai “poros maritim dunia” ini memang sering dipertanyakan
operasionalisasinya. Sasaran strategis terukur dari visi tersebut perlu disusun dalam suatu peta-jalan roadmap pencapaiannya dengan indikator-indikator yang jelas.
Tambahan visi ini dan peningkatan kerjasama di kawasan Indo-Pasifik di dalam RPJMN membawa sejumlah implikasi pada sasaran-sasaran strategis yang harus
diprioritaskan oleh pemerintah dalam pembangunan politik luar negeri ke depannya.
B. Landasan dan Prinsip Politik Luar Negeri Indonesia
Sejak merdeka pada tahun 1945, politik luar negeri Indonesia dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa aspek normatif. Aspek normatif yang dimaksud pada
umumnya terdiri dari landasan dan prinsip-prinsip politik luar negeri Indonesia. Landasan politik luar negeri Indonesia ada tiga macam, yaitu landasan ideal, landasan
konstitusional, dan landasan konstitusional. Landasan ideal dan landasan konstitusional politik luar negeri Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Landasan
operasional lebih bersifat dinamis karena ditentukan oleh pemerintah yang sedang berkuasa. Sedangkan prinsip politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif.
Pancasila sebagai landasan ideal bagi politik luar negeri memberikan batasan tentang nilai-nilai dasar yang harus tercermin di dalam politik luar negeri. Pancasila
sebagai dasar negara memuat cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia, yang menjadi landasan bagi setiap peraturan dan kebijakan pemerintah di berbagai tingkatan,
mulai dari konstitusi hingga peraturan-peraturan lain di bawah nya. Tentu saja dalam hal ini termasuk kebijakan luar negeri Indonesia. Di dalam Pancasila misalnya
dinyatakan tentang norma kebebasan beragama sila pertama, norma kemanusiaan sila kedua, norma integritas dan integrasi nasional sila ketiga, norma kerakyatan dan
6 orientasi pada konsensus daripada konflik sila keempat, serta norma keadilan sosial
dan kesetaraan sila kelima. Politik luar negeri tentu tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dasar ini.
Implementasi Pancasila di dalam kebijakan luar negeri Indonesia dalam hal ini mengikuti interpretasi Pancasila sebagai ideologi terbuka. Artinya, interpretasi terhadap
Pancasila harus bersifat fleksibel sesuai dengan konteks permasalahan dan isu strategis yang akan dihadapi. Fleksibilitas merupakan hal yang penting mengingat bahwa di
dalam politik luar negeri, antara satu sila dengan lainnya dapat saling membatasi. Misalnya ketika ada ancaman terhadap integritas dan integrasi nasional, maka
pemerintah dapat menemukan batas dari orientasi terhadap konsensus, terutama di saat tindakan keras harus diambil.
UUD 1945 sebagai landasan konstitusional menyediakan beberapa arahan terhadap kebijakan luar negeri, baik di dalam pembukaan maupun di dalam batang
tubuhnya. Di dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat beberapa pernyataan yang terkait dengan politik luar negeri. Yaitu yang pertama adalah pernyataan bahwa “kemerdekaan
itu adalah hak segala bangsa, dan oleh karena itu, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Di dalam
pernyataan tersebut tersirat kepentingan Indonesia untuk menolak imperialisme dan kolonialisme, serta memperjuangkan kemerdekaan bagi negaranya sendiri maupun
negara lain di dunia. Pernyataan lainnya di dalam pembukaan yang terkait dengan politik luar negeri adalah empat tujuan nasional, yaitu 1 melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, 2 memajukan kesejahteraan umum, 3 mencerdaskan kehidupan bangsa, dan 4 ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Di dalam batang tubuh UUD 1945 yang telah diamandemen, terdapat satu pasal
yang terkait langsung dengan politik luar negeri, yaitu Pasal 13 tentang kekuasaan presiden dan Pasal 30 tentang Pertahanan dan Keamanan Negara. Bunyi dari Pasal 13
adalah sebagai berikut: 1
Presiden mengangkat duta dan konsul. 2
Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
3 Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.