iv
5. Menguatkan Diplomasi Ekonomi
Penguatan diplomasi ekonomi diperlukan bagi peningkatan investasi inflow maupun outflow, penguatan hubungan perdagangan dengan pasar
tradisional seperti Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, Tiongkok, Kanada, Australia dan ASEAN, perluasan pasar non-tradisional di berbagai belahan
dunia, serta promosi pariwisata yang ingin mengejar target 20 juta wisatawan asing pada tahun 2019. Salah satu strategi yang diinginkan oleh
Presiden Joko Widodo adalah dengan perubahan paradigma perwakilan Indonesia di negara-negara sahabat, dari perwakilan menjadi marketing.
6. Meningkatkan promosi demokrasi, HAM dan lingkungan hidup
Promosi demokrasi, HAM dan lingkungan hidup tidak hanya merupakan bagian dari kepedulian bangsa Indonesia terhadap perdamaian dan jaminan
perlindungan hak-hak individu di berbagai belahan dunia. Lebih jauh, promosi demokrasi, HAM dan lingkungan hidup merupakan bagian dari
upaya untuk mewujudkan amanat konstitusi agar Indonesia turut menciptakan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Kontribusi dalam
menyelesaikan masalah-masalah global saat ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan internasional yang kondusif bagi kepentingan
bangsa dan meningkatkan kepemimpinan Indonesia di dalam berbagai arena kerjasama internasional.
7. Meningkatkan Kualitas Perlindungan WNIBHI
Jumlah WNI dan BHI di luar negeri memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Hal ini tentu sesuai dengan tujuan jangka panjang
pembangunan nasional agar terjadi peningkatan investasi Indonesia di luar negeri outflow dan pertukaran SDM terdidik dan terampil. Selain
memberdayakan SDM melalui pendidikan keterampilan bahasa maupun teknis, pemerintah perlu menyediakan fasilitasi bagi pengawasan dan
perlindungan bagi hak-hak dan keamanan WNI maupun BHI. Jumlah kasus WNI yang bermasalah di negara penampungnya bisa dikatakan cenderung
menurun, namun secara nominal masih terbilang banyak lebih dari 1000
v kasus pada tahun 2014. Oleh karena itu, agenda peningkatan kualitas
perlindungan tetap harus merupakan prioritas.
8. Menata Kebijakan dan Infrastruktur Diplomasi
Evaluasi yang dilakukan pada Background Study sebelumnya menunjukkan bahwa salah satu masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan
politik luar negeri dan diplomasi adalah kelemahan institusi dan koordinasi antar institusi pelaksana hubungan luar negeri. Kelemahan institusional dan
koordinasi dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan diplomasi menyebabkan outcome dari diplomasi seringkali tidak sesuai dengan tujuan
dan harapan semula. Oleh karena itu, menata kebijakan dan infrastruktur diplomasi harus menjadi salah satu sasaran prioritas dalam membangun
politik luar negeri yang dapat menjadi pilar penopang pembangunan nasional di berbagai bidang lainnya.
Studi ini juga mencatat adanya beberapa perangkap pitfalls dari visi-misi dan strategi dari pembangunan politik luar negeri Indonesia. Visi-misi dan strategi di bidang
politik luar negeri dari pemerintahan saat ini menunjukkan karakteristik yang cenderung nasionalistik dan self-centric. Kecenderungan ini dapat menimbulkan persepsi dan
reaksi negatif terhadap Indonesia dan diplomasi yang dijalankan. Apabila diplomasi dan kerjasama tidak dirancang dengan tepat dan lebih baik lagi, Indonesia dapat terjebak
dalam masalah dalam hubungan internasional.