Pengantar SITUASI POLITIK DAN EKONOMI INTERNASIONAL
27 transaksi yang dilakukan. Dalam kasus dimana negara-negara lain bersikap acuh tak
acuh danatau netral terhadap persaingan keduanya, maka yang terjadi adalah situasi non-polar. Tidak ada satu negara pun yang menjadi pemimpin dalam tata politik dunia.
Tanggung jawab sebagai pemimpin dalam tata politik dunia kemungkinan akan dihindari oleh AS di masa depan meski saat ini AS masih berkontribusi Sukma, 2013.
Pergeseran kekuatan dari Barat ke Asia Timur memiliki implikasi terhadap isu- isu global. Pergeseran ini sudah terlihat jelas dari menguatnya Tiongkok dan
melemahnya Eropa Barat. Asia saat ini telah menjadi center of gravity, menggantikan Trans-Atlantic yang mengalami masa surut Wirajuda, 2013. Pergeseran ini telah
menyebabkan AS sangat berkepentingan untuk menjaga balance of power di Asia Timur, ditunjukkan dengan prioritas politik luar negerinya yang diletakkan pada pivot to
Asia. Negara-negara Eropa Barat di masa pemulihan krisis saat ini kemungkinan akan lebih berkonsentrasi pada urusan domestik dan regional di kawasannya sendiri dan tidak
menghabiskan energi serta sumber dayanya untuk berpartisipasi dalam menjaga balance of power di Asia Timur. Perubahan ini memiliki implikasi yang cukup besar bagi
Indonesia dalam merespon isu-isu global seperti perubahan iklim dan peran institusi global seperti PBB, IMF, G20, OKI, dan sebagainya.
Kedua
, terjadi perubahan kekuatan di Asia Timur. Tiongkok telah menggeser Jepang sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua setelah AS pada tahun 2010.
Sebelumnya Jepang merupakan kekuatan ekonomi kedua terbesar selama lebih dari tiga dekade sejak tahun 1978. Pergeseran ini bukan hanya gambaran angka statistik kosong
karena perbedaan GDP per kapita di antara keduanya yang tetap menjadikan Jepang sebagai negara industri maju terbesar kedua di dunia, akan tetapi peningkatan
perdagangan internasional Tiongkok membuat negara tersebut menjadi negara dengan cadangan devisa terbesar di dunia. Hal ini meningkatkan pengaruh Tiongkok karena
peningkatan kemampuan untuk membantu proses pemulihan krisis ekonomi global. Di Asia Timur sendiri, kontribusi Tiongkok di dalam CMIM meningkat sehingga
meningkatkan pula pengaruhnya di kawasan tersebut. Meskipun kebangkitan Tiongkok merupakan fenomena yang penting di dalam
pemeliharaan keseimbangan kekuatan di Asia Timur, namun ada dinamika lain yang memiliki implikasi penting terhadap pemeliharaan balance of power di kawasan
tersebut. Dinamika tersebut adalah kecenderungan kebangkitan kembali Jepang. Setelah cukup lama mengalami stagnasi dalam pertumbuhan ekonominya, Jepang dalam
kepemimpinan Shinzo Abe yang kedua sedang merajut kembali harapan untuk bangkit