Operasi 1. Definisi TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Operasi 2.2.1. Definisi Operasi adalah tindakan invasif yang direncanakan atau tidak direncanakan, mayor atau minor yang melibatkan bagian atau sistem tubuh Taylor, 1997. Sedangkan menurut Sjamsuhidajat 1998, operasi adalah tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan perbaikan yang akan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Operasi umumnya dilakukan untuk berbagai alasan seperti diagnostik, kuratif, separatif, rekonstruktif, kosmetik, dan paliatif Taylor, 1997.

2.2.2. Klasifikasi Operasi

Menurut Taylor 1997, berdasarkan tingkat risikonya, maka operasi dibagi atas: 1 operasi mayor, 2 operasi minor. Operasi mayor bersifat elektif, urgen, dan emergensi. Operasi mayor melibatkan organ vicera. Tujuan dari operasi ini adalah menyelamatkan nyawa hidup, mengangkat atau memperbaiki bagian tubuh, memperbaiki fungsi tubuh, dan meningkatkan kesehatan. Contoh: kolesistektomi, nefrektomi, kolostomi, histerektomi, radikal mastektomi, amputasi, dan operasi akibat trauma. Operasi mayor membutuhkan hospitalisasi, biasanya lama, dengan risiko yang tinggi, Universitas Sumatera Utara melibatkan organ tubuh yang penting serta berpotensi terhadap komplikasi postoperasi Taylor, 1997. Sedangkan operasi minor secara umum bersifat elektif, bertujuan untuk memperbaiki fungsi tubuh, mengangkat lesi pada kulit, dan memperbaiki deformitas. Operasi minor prosedurnya langsung, risikonya rendah, dan komplikasinya sedikit. Contoh: pencabutan gigi, pengangkatan kutil, biopsy kulit, kuretase, laparoskopi, arthroskopi, dan ekstraksi katarak Taylor, 1997.

2.2.3. Tahapan Operasi

Menurut Taylor 1997, tindakan operasi dibagi atas tiga fase yang terdiri dari: 1 fase preoperasi, 2 fase intraoperasi, 3 fase post operasi. Fase preoperasi adalah fase ketika keputusan untuk melakukan operasi dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi. Persiapan preoperasi penting sekali untuk memperkecil risiko operasi. Fase intraoperasi adalah aktivitas di ruang operasi yang dipusatkan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan, koreksi, atau menghilagkan masalah fisik. Fase ini di mulai ketika pasien masuk ke ruang bedah berakhir sampai saat pasien dipindahkan kembali ke ruang pemulihan. Fase post operasi adalah fase menstabilkan kembali ekuilibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri, dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera dalam membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman, dan senyaman Universitas Sumatera Utara mungkin. Mulai masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik Taylor, 1997.

2.2.4. Anestesi

Anestesi adalah suatu keadaan narkosis, analgesia, relaksasi, dan hilangnya refleks. Anestesi dibagi menjadi dua yaitu: 1 anestetik yang menghambat sensasi di seluruh tubuh anestesi umum dan 2 anestetik yang menghambat sensasi di sebagian tubuh, seperti anestesi lokal, regional, epidural, atau anestesi spinal Smeltzer Bare, 2001. Anestesi umum biasanya segera tercapai ketika diberikan anestetik diinhalasi atau secara intravena. Namun pada anestesi lokal, larutan yang mengandung anestetik lokal disuntikkan ke dalam jaringan pada bidang yang direncanakan sebagai tempat insisi Smeltzer Bare, 2001. Obat-obat anestesi lokal dapat menghambat hantaran syaraf pada semua jaringan syaraf, dan ini bersifat reversibel serta dapat terjadi perbaikan yang sempurna pada fungsi fisiologis. Obat-obat yang digunakan dalam anestesi lokal yaitu: 1 procaine, dengan waktu kerja selama ½ jam, 2 lidocaine, dengan waktu kerja selama 1-2 jam, 3 mepivacaine, dengan waktu kerja selama 1-2 jam, 4 teracaine, dengan waktu kerja selama 1-2 jam, 5 bupivacaine, dengan waktu kerja selama 5-7 jam, dan 6 etidocaine, dengan waktu kerja selama 4- 6 jam Siahaan, 2000. Universitas Sumatera Utara Anestesi regional adalah anestesi lokal dengan menyuntikkan agens anestetik di sekitar syaraf sehingga area yang dipersyarafi oleh syaraf ini teranestesi Smeltzer Bare, 2001. Anestesi epidural dilakukan dengan cara menyuntikkan larutan anestesi ke dalam kanalis spinalis dalam spasium sekeliling dura mater Smeltzer Bare, 2001. Obat-obat yang digunakan dalam anestesi epidural yaitu: 1 procaine, dengan waktu kerja selama 1 jam, 2 lidocaine, dengan waktu kerja selama 1,5 jam, 3 mepivacaine, dengan waktu kerja selama 1-2 jam, 4 etidocaine, dengan waktu kerja selama 4-6 jam, 5 tetracaine, dengan waktu kerja selama 1,5- 2 jam, dan 6 bupivacaine, dengan waktu kerja selama 3,5- 5 jam Siahaan, 2000. Anestesi spinal merupakan tipe blok konduksi syaraf yang luas dengan memasukkan anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid di tingkat lumbal biasanya L4 dan L5. Cara ini menghasilkan anesthesia pada ekstremitas bawah, perineum, dan abdomen bawah Smeltzer Bare, 2001. Obat yang selalu disediakan pada anestesi spinal yaitu tetracaine dengan waktu kerja selama 1,5-2 jam, lidocaine dengan waktu kerja selama 1,5 jam, dan procaine dengan waktu kerja selama 1 jam. Namun anestesi spinal yang paling banyak digunakan adalah tetracaine Siahaan, 2000. Universitas Sumatera Utara

2.2.5. Nyeri Post Operasi

Nyeri akut yang sering terjadi adalah nyeri post operasi. Kualitas, kuantitas, dan durasi nyeri berhubungan secara alamiah dengan proses pembedahan. Beberapa trauma, termasuk trauma pembedahan, merupakan kerusakan jaringan. Nyeri dihasilkan dengan melepaskan substansi di bawah jaringan yang trauma sampai pada ambang batas nyeri, ini merupakan stimulus normal yang tidak membahayakan. Panjangnya insisi secara langsung dapat menimbulkan sensasi nyeri yang dirasakan yang di produksi dengan melepaskan substansi. Durasi dan luasnya pembedahan juga secara langsung menimbulkan besarnya nyeri yang dirasakan. Insisi pembedahan yang transversal umumnya menimbulkan nyeri yang lebih ringan daripada insisi pembedahan yang vertikal atau diagonal, karena beberapa syaraf dan otot serta fascia sedikit yang terpotong Lewis, 1983.

2.3. Perilaku Nyeri