perilaku nyeri yang diekspresikan responden dengan tipe kepribadian B M = .65, SD = .81.
Tabel 5.6. Mean dan Standar Deviasi Parameter Perilaku Nyeri Pasien Post Operasi dengan Tipe Kepribadian A dan B
di Ruang Rindu B2 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan N=47
No. Parameter
Mean SD
1. Tipe Kepribadian A a.
Grimacing ekspresi wajah b.
Guarding menjaga area yang sakit c.
Rubbing meraba atau menyentuh area tubuh yang sakit
d. Braching pergerakan tubuh yang
kaku e.
Sighing menghela nafas 1.81
1.55 1.33
1.29 .81
.39 .50
.48
.60 .62
2. Tipe Kepribadian B a.
Grimacing ekspresi wajah b.
Braching pergerakan tubuh yang kaku
c. Guarding menjaga area yang sakit
d. Rubbing meraba atau menyentuh
area tubuh yang sakit e.
Sighing menghela nafas 1.4
1.05 .95
.85
.65 .50
.60 .68
.58
.81
5.2. Pembahasan
Penelitian ini menjelaskan tentang perilaku nyeri pasien post operasi dengan tipe kepribadian A dan B di Ruang Rindu B2 Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan. Dengan jumlah responden 47 orang.
5.2.1. Perilaku Nyeri Pasien Post Operasi dengan Tipe Kepribadian A
Menurut Fordyce, 1976 dalam Harahap, 2006 bahwa perilaku nyeri merupakan perilaku yang tampak dan jelas kelihatan. Kehadiran
nyeri juga sering ditandai dengan beberapa jenis perilaku yang kelihatan maupun yang terdengar.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, perilaku nyeri yang diekspresikan oleh pasien post operasi dengan tipe kepribadian A ditampakkan oleh lima
parameter perilaku nyeri, yaitu guarding menjaga area yang sakit, braching pergerakan tubuh yang kaku, rubbing meraba atau
menyentuh area tubuh yang sakit, grimacing ekspresi wajah, dan sighing menghela nafas. Dimana ke lima parameter tersebut
diterapkan dalam tingkat perilaku nyeri tertentu, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa dari 27 orang responden tipe kepribadian A terdapat lebih dari setengahnya
51,85 mengekspresikan perilaku nyeri yang berada pada tingkat tinggi dan diikuti oleh perilaku nyeri pada tingkat sedang 44,45.
Hal ini mungkin dipengaruhi oleh tipe kepribadian A yang dimilikinya, usia, jenis kelamin, agama, suku budaya, tingkat pendidikan,
diagnosa, pasangan, dan pengobatan yang diberikan dalam 24 jam. Dilihat dari tipe kepribadian, sebanyak 27 responden 57,45
masuk kedalam kategori tipe kepribadian A. Hal ini berdasarkan lebih dari setengah responden menjawab ya pada pertanyaan tipe
kepribadian, yaitu pada pertanyaan nomor 1-20. Dimana sebanyak 82,92 menjawab bahwa mereka termasuk orang yang pekerja keras,
63,82 responden menjawab bahwa mereka suka tantangan dalam hal apapun, 63,82 responden menjawab bahwa mereka lebih banyak
menghabiskan waktu untuk bekerja, 68,08 responden menjawab
Universitas Sumatera Utara
bahwa mereka punya keinginan untuk menjadi nomor satu, dan 72,34 menjawab selalu berusaha untuk tepat waktu dalam
mengerjakan suatu pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarafino 2006 bahwa karakteristik individu yang memiliki tipe kepribadian A
adalah sebagai berikut: 1 pekerja keras, 2 suka tantangan dan kompetisi untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, 3 mempunyai
rasa ketidakpuasan terhadap karier, 4 sangat sulit untuk menjalin hubungan atau berhubungan dengan orang lain, 5 lebih banyak
menghabiskan waktu untuk bekerja daripada bersama keluarga, 6 mudah marah dan agresif sehingga terlihat sebagai orang yang suka
bermusuhan. Dengan karakteristik tipe kepribadian A ini, memungkinkan responden untuk lebih mengekspresikan perilaku nyeri
yang dirasakannya ketika ia merasakan ketidaknyamanan. Sehingga perilaku nyeri yang diekspresikan responden dengan tipe kepribadian
A adalah perilaku nyeri pada tingkat tinggi. Berdasarkan diagnosa, hampir setengah responden 44,44 tipe
kepribadian A menjalani operasi appendiktomi. Dan hasil observasi menunjukkan bahwa perilaku nyeri mereka berada pada tingkat tinggi.
Hal ini mungkin berkaitan dengan tipe kepribadian A yang dimiliki responden, yang memungkinkan mereka untuk lebih agresif dan
apresiatif dalam menunjukkan perilaku nyeri ketika mereka merasakan ketidaknyamanan.
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari usia keseluruhan responden tipe kepribadian A rata- rata berusia 39 tahun. Usia ini termasuk kedalam masa dewasa lanjut.
Taylor 1997 dan Potter Perry 2009 menegaskan bahwa semakin tua seseorang maka nyeri yang mereka rasakan akan semakin
kompleks, karena mereka umumnya memiliki berbagai macam penyakit dengan gejala yang sering sama dengan bagian tubuh yang
lain. Sehingga perilaku nyeri yang diekspresikan responden dengan tipe kepribadian A adalah perilaku nyeri pada tingkat tinggi.
Berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan bahwa mayoritas responden 70,37 tipe kepribadian A berjenis kelamin perempuan.
Menurut Philips Jahanshasi 1986 dalam Harahap, 2007 perempuan lebih sering menunjukkan perilaku nyeri dan mengeluhkan nyeri
daripada laki-laki. Hal ini berlawanan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Gill 1990 dalam Potter Perry, 2005 yang
menyatakan bahwa jenis kelamin secara umum, laki-laki dan perempuan tidak berbeda secara bermakna dalam berespons terhadap
nyeri. Kelompok suku dan budaya berbeda-beda dalam mengekspresikan
perilaku nyeri Lovfander Furhoff, 2002 dalam Harahap, 2007. Dalam penelitian ini, lebih dari setengah responden 55,56 tipe
kepribadian A adalah suku batak. Suku batak merupakan suku yang apresiatif dalam mengungkapkan nyeri yang dirasakannya Jihan 2009
dalam Wardani 2011. Hal ini di dukung oleh Davidhizar Giger;
Universitas Sumatera Utara
Lasch 2002 dalam Potter Perry, 2009 bahwa individu mempelajari apa yang diharapkan dan diterima oleh budaya mereka, termasuk
bagaimana reaksi mereka terhadap nyeri. Dalam penelitian ini, lebih dari setengah responden 62,96
dengan tingkat pendidikan SMA. Menurut Gill 1990 dalam Wardani 2011 bahwa tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap
pengalamannya dalam menangani nyeri yang dirasakannya. Selama pengumpulan data, lebih dari setengah responden tipe
kepribadian A didampingi oleh pasangan mereka. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah responden 62,96 sudah menikah.
Dukungan yang diberikan pasangan hidup dapat mempengaruhi perilaku nyeri seseorang. Hal ini ditegaskan oleh Potter Perry 2009
bahwa kehadiran keluarga dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
Untuk pengobatan yang diberikan dalam 24 jam, lebih dari setengah responden 66,67 mendapatkan obat penurun nyeri yang
termasuk dalam Nonsteroid Anti Inflamasi Drugs NSAIDs yaitu ketorolac. Obat penurun nyeri mempunyai kontribusi terhadap
intensitas nyeri yang dirasakan pasien Wall Jones 1991 dalam Wardani, 2011.
Jenis operasi yang dilakukan responden adalah jenis operasi mayor 59,29. Menurut Taylor 1997 bahwa operasi mayor melibatkan
Universitas Sumatera Utara
organ visceral dan membutuhkan hospitalisasi lebih lama. Dengan begitu nyeri yang dirasakan juga lebih tinggi.
5.2.2. Perilaku Nyeri Pasien Post Operasi dengan Tipe Kepribadian B
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa dari 20 orang responden tipe kepribadian B terdapat lebih dari setengahnya
75 mengekspresikan perilaku nyeri yang berada pada tingkat sedang dan diikuti oleh perilaku nyeri pada tingkat rendah 25. Hal
ini mungkin dipengaruhi oleh tipe kepribadian B yang dimilikinya, usia, jenis kelamin, agama, suku budaya, tingkat pendidikan,
diagnosa, pasangan, dan pengobatan yang diberikan dalam 24 jam. Dilihat dari tipe kepribadian, sebanyak 20 responden 42,55
masuk kedalam kategori tipe kepribadian B. Hal ini berdasarkan hampir dari setengah responden menjawab ya pada pertanyaan tipe
kepribadian, yaitu pada pertanyaan nomor 21-26. Dimana sebanyak 78,72 menjawab tidak terburu-buru dan tenang dalam mengerjakan
suatu pekerjaan, 93,61 menjawab bahwa mereka menjalani kehidupan secara santai dan fleksibel, 85,10 menjawab senang
menghabiskan waktu bersama keluarga ataupun teman-teman, dan 68,08 menjawab cenderung santai dalam mengerjakan suatu
pekerjaan meskipun membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarafino 2002; Sarafino 2006 bahwa
individu dengan tipe kepribadian B, perilaku atau emosionalnya dikarakteristikkan dengan seseorang yang lebih santai, tidak mudah
Universitas Sumatera Utara
marah dan sangat menikmati hidupnya. Oleh sebab itu ketika individu tersebut merasakan ketidaknyamanan, dia cenderung untuk lebih santai
dan tenang dalam mengekspresikan perilaku nyeri yang dirasakannya. Hal ini berkaitan dengan karakteristik tipe kepribadian B yang
dimilikinya tersebut. Sehingga perilaku nyeri yang diekspresikan responden dengan tipe kepribadian B adalah perilaku nyeri pada
tingkat sedang. Berdasarkan diagnosa, setengah responden 50 tipe kepribadian
B menjalani operasi appendiktomi. Dan hasil observasi menunjukkan bahwa perilaku nyeri mereka berada pada tingkat sedang. Hal ini
mungkin berkaitan dengan tipe kepribadian B yang dimiliki responden, yang memungkinkan mereka untuk lebih santai dan tenang dalam
menunjukkan perilaku nyeri ketika mereka merasakan ketidaknyamanan.
Dilihat dari usia keseluruhan responden tipe kepribadian B rata- rata berusia 35 tahun. Usia ini tesrmasuk kedalam masa dewasa muda.
Brunner Suddarth 2001 menegaskan bahwa semakin tinggi usia maka respon terhadap nyeri semakin menurun. Sehingga perilaku nyeri
yang diekspresikan responden dengan tipe kepribadian B adalah perilaku nyeri pada tingkat sedang.
Berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan bahwa mayoritas responden 75 tipe kepribadian B berjenis kelamin laki-laki.
Menurut Philips Jahanshasi 1986 dalam Harahap, 2007 perempuan
Universitas Sumatera Utara
lebih sering menunjukkan dan mengeluhkan perilaku nyeri daripada laki-laki. Hal ini berlawanan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Gill 1990 dalam Potter Perry, 2005 yang menyatakan bahwa jenis kelamin secara umum, laki-laki dan perempuan tidak berbeda
secara bermakna dalam berespons terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang merupakan suatu faktor dalam
pengekspresian nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya, menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus
berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama. Sehingga perilaku nyeri yang
diekspresikan responden dengan tipe kepribadian B adalah perilaku nyeri pada tingkat sedang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setengah dari responden 50 sudah menikah, dan terlihat mereka didampingi oleh pasangan
mereka selama di rawat di rumah sakit. Dukungan yang diberikan pasangan hidup dapat mempengaruhi perilaku nyeri seseorang. Hal ini
ditegaskan oleh Potter Perry 2009 bahwa kehadiran keluarga dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
Dalam pengobatan yang diberikan dalam 24 jam, mayoritas responden 70 mendapatkan obat penurun nyeri yang termasuk
dalam Nonsteroid Anti Inflamasi Drugs NSAIDs yaitu ketorolac. Obat penurun nyeri mempunyai kontribusi terhadap intensitas nyeri
yang dirasakan pasien Wall Jones 1991 dalam Wardani, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga perilaku nyeri yang diekspresikan responden dengan tipe kepribadian B adalah perilaku nyeri pada tingkat sedang.
5.2.3. Parameter Perilaku Nyeri Tipe Kepribadian A dan B di Ruang Rindu B2 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Berdasarkan lima parameter perilaku nyeri, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa grimacing merupakan perilaku nyeri yang
frekuensinya paling sering diekspresikan oleh responden dengan tipe kepribadian A M = 1.81, SD = .39 dan B M = 1.4, SD = .50.
Perilaku grimacing merupakan parameter perilaku nyeri yang frekuensinya paling sering diekspresikan oleh responden dengan tipe
kepribadian A dan B dalam setiap aktivitas protokol perilaku nyeri yang diberikan. Perilaku grimacing berkaitan dengan ekspresi wajah,
dimana merupakan ekspresi yang tampak dan jelas terlihat sebagai cara pasien untuk menunjukkan tingkat nyeri yang dirasakannya. Semakin
tinggi tingkat nyeri yang dirasakan oleh seseorang, maka semakin jelas terlihat ekspresi wajahnya grimacing. Hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Wardani 2011 mengatakan bahwa perilaku grimacing didefinisikan sebagai ekspresi wajah yang tampak dan jelas dalam
mengekspresikan rasa nyeri yang dirasakan. Perilaku tersebut terdiri atas menyipitkan mata, mengernyitkan alis, mengatupkan bibir, dan
mengepalkan tangan. Pada responden dengan tipe kepribadian A, frekuensi grimacing
ekspresi wajah, guarding menjaga area yang sakit, dan rubbing
Universitas Sumatera Utara
meraba atau menyentuh area tubuh yang sakit mengindikasikan bahwa responden sedang mengekspresikan nyeri pada tingkat
intensitas nyeri tinggi. Sedangkan pada responden dengan tipe kepribadian B, frekuensi grimacing ekspresi wajah, braching
pergerakan tubuh yang kaku, dan guarding menjaga area yang sakit mengindikasikan bahwa responden sedang mengekspresikan nyeri
pada tingkat intensitas nyeri tinggi. Perilaku ini berbeda antara individu yang satu dengan individu
lainnya serta jenis penyakit yang dialami. Sebagai contoh, pasien dengan rematoid arthritis melaporkan bahwa pasien menunjukkan
perilaku rubbing meraba atau menyentuh area tubuh yang sakit, guarding menjaga area yang sakit, dan braching pergerakan tubuh
yang kaku dalam mengekspresikan perilaku nyeri mereka Anderson, 1998 dalam Harahap 2007.
Menurut Harahap 2007, beberapa orang tidak mampu atau mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi lokasi nyeri yang mereka
rasakan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini pasien lebih sering mengekspresikan perilaku grimacing ekspresi wajah. Peneliti
mengatakan bahwa responden mengetahui hal-hal yang memberikan keuntungan dalam proses penyembuhan seperti mobilisasi dini.
Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya secepat mungkin untuk berjalan Soelaiman, 1993
Universitas Sumatera Utara
dalam Wardani, 2011. Responden dalam penelitian ini mengetahui bahwa mobilisasi dini memberikan manfaat dalam proses
penyembuhan karena setelah tindakan operasi mereka mendapatkan pendidikan kesehatan dari perawat tentang pentingnya mobilisasi dini
untuk proses pemulihan mereka. Namun mereka mengakui bahwa terkadang mereka takut untuk melakukannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN